x

Iklan

Tatang Hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Catatan dari Seminar Nasional Pendidikan Dasar (Universitas Pasundan)

Makna Syukur berdasarkan Kajian Tematik Digital Alquran dan Implikasinya dalam Pendidikan Akhlak di Sekolah Dasar

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Catatan dari Seminar Nasional Pendidikan Dasar (PGSD FKIP Universitas Pasundan)

Oleh : Tatang Hidayat

Menghadiri berbagai forum ilmiah baik tingkat nasional maupun internasional merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi saya sebagai pembelajar, selain lahan untuk diskusi dan saling tukar informasi berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari sudut pandang keilmuan masing-masing. Kegiatan tersebut bisa dijadikan juga sebagai lahan untuk silaturahim antara dosen, praktisi dan mahasiswa dari berbagai kampus.

Sebagai seorang mahasiswa yang mengambil konsentrasi dalam bidang Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, saya selalu mendapat motivasi dari dosen bahwa kita selaku mahasiswa PAI mesti percaya diri dengan keilmuan yang kita ambil. Ucapan para dosen tersebut terekam oleh saya sehingga berani untuk mengaktualisasikannya dalam berbagai forum untuk tetap menunjukkan eksistensinya sebagai mahasiswa PAI, dengan menjadikan Islam sebagai rujukan dalam setiap gagasan dan solusi yang diberikan.

Pada hari Kamis, 15 November 2018 saya diberikan kesempatan kembali untuk menghadiri forum ilmiah dengan nama Seminar Nasional Pendidikan Dasar dan Call for Paper dengan tema “Literasi Digital dalam Keterampilan Abad 21 untuk membentuk Karakter Generasi Milineal”. Agenda tersebut diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Bandung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum mengikuti seminar tersebut, sebelumnya saya telah mengirimkan abstrak hasil penelitian, setelah dilakukan seleksi maka abstrak saya dinyatakan lolos dan diundang untuk mempresentasikannya. Adapun yang bertindak sebagai pembicara utama yaitu Dr. Fahrurrozi, M. Pd. Beliau adalah ketua 1 Himpunan Dosen PGSD Indonesia sekaligus Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Jakarta. Ada juga Dian Suryaningrum, M. Psi. selaku Psikolog dari Universitas Padjadjaran dan terakhir ada Edi Mulyono, M.M. perwakilan dari Direktur Pembelajaran pada Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Ada hal yang menarik saat sambutan seminar yang disampaikan oleh Dr. H. Dadang Mulyana, M. Si. selaku Dekan FKIP Universitas Pasundan beliau memaparkan bahwa pentingnya pendidikan karakter untuk ditanamkan dalam pendidikan, guru PKN dan Agama paling bertanggung jawab dalam pendidikan karakter.

Jika boleh berpendapat menanggapi pernyataan tersebut, sebenarnya yang memiliki tanggung jawab untuk menanamkan pendidikan karakter bukan hanya kewajiban guru PKN dan PAI saja, tetapi tanggung jawab semua guru, karena berdasarkan tuuan pendidikan nasional dalam UU.No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional salah satunya mengembangkan potensi peserta didik dalam menanamkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, tujuan tersebut harus harus dipahami sebagai tanggung jawab semua guru.

Pemaparan pertama yang disampaikan oleh Dr. Fahrurrozi, M. Pd. dengan mengangkat judul Generasi Milineal dan Cara Belajar Masa Kini. Beliau menjelaskan ada beberapa elemen penting yang diperlukan generasi milineal di Indonesia yakni : Pertama, penguatan pendidikan karakter. Kedua, revitalisasi pengetahuan humaniora yakni pengetahuan yang berhubungan dengan budaya, kemanusiaan, dan nilai-nilai spiritual ini bisa dianggap kalah pamor di kalangan generasi muda bangsa. Banyak yang lebih menyukai pengetahuan eksakta dan teknis yang bisa mengarahkan mereka ke hal-hal praktis serta menghasilkan skill untuk bekerja. Akan tetapi, jika generasi muda Indonesia mengabaikan pengetahuan budaya, kemanusiaan, dan religi, mereka akan mudah terpengaruh budaya luar. Ketiga, optimalisasi teknologi, yakni kemajuan sebuah bangsa sering diukur dengan seberapa canggih bangsa tersebut, baik itu dalam mengadopsi maupun mencipta sebuah teknologi. Dalam hal ini sebut saja Jerman, Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok yang merupakan bangsa-bangsa penemu teknologi canggih. Seakan-akan mencipta sesuatu yang baru atau inovasi sudah mendarah daging di dalam diri masyarakatnya.

Narasumber kedua yakni Edi Mulyono, M. M. mengangkat judul Pembelajaran Berbasis Digital untuk Generasi Milineal. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan berbagai problematika yang dialami pendidikan dan guru di Indonesia. Maka dari itu, untuk menjawab tantangan masa milineal, guru masa depan mesti memiliki kriteria yaitu unggul dalam kompetensi pedagogik, unggul dalam penguasaan bidang keahlian, unggul dalam kompetensi kepribadian, unggul dalam kompetensi sosial disertai dengan karakter kuat dan cerdas, cinta tanah air dan memiliki jiwa “kesepenuhatian” dan “kemurahatian”  dalam melaksanakan tugas kependidikan.

Beliau pun menambahkan bahwa profil guru zaman now harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, diantaranya : Melek digital, mampu menggunakan alat digital dan kecanggihan teknologi. Mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar. Menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan (tidak ceramah), menggunakan SCL. Guru harus menjadi Role Model dan Guru sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Sedangkan pembicara terakhir yakni Dian Suryaningrum, M. Psi. mengangkat judul Karakter Generasi Z untuk Menghadapi Abad ke 21. Beliau memaparkan dalam menghadapi abad ke 21, guru mesti memiliki peran : Peduli terhadap kebutuhan belajar setiap siswa. Memperhatikan proses belajar APA yang terjadi pada siswa. Memperhatikan proses mengingat APA yang terjadi pada siswa. Menggunakan sistem reward & punishment secara tepat Mengidentifikasi hambatan siswa untuk menguasai materi ‘advance’ ‘basic’. Mendorong perkembangan wawasan pengetahuan. Mendorong upaya evaluasi dan semangat terus mencoba. Mendorong siswa untuk menghargai perbedaan. Mendorong kolaborasi. Kompetisi diarahkan pada proses, bukan pada hasil. Kretatif dan inovatif.

Setelah pemaparan dari semua narasumber, maka berlangsung diskusi dari para peserta. Perserta dalam seminar ini terdiri dari dosen, praktisi, dan mahasiswa dari berbagai kampus. Setelah diskusi selesai, maka tibalah pada sesi seminar pararel yang sebelumnya diselang terlebih dahulu dengan istirahat. Dalam seminar kali ini saya mempresentasikan hasil penelitian yang berjudul Makna Syukur berdasarkan Kajian Tematik Digital Alquran dan Implikasinya dalam Pendidikan Akhlak di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut dibimbing oleh dua orang dosen kami, yakni Dr. Munawar Rahmat, M. Pd. Dan Dr. Udin Supriadi, M. Pd.

Dalam seminar pararel tersebut, ada juga dosen dari salah satu kampus di Gresik memaparkan hasil penelitian yang menarik, yakni berkaitan dengan model pembelajaran tradisional  dalam mata pelajaran matematika, ada juga mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya yang memaparkan gagasan berkaitan dengan sastra, dan masih banyak yang lainnya. Setelah seminar pararel selesai, akhirnya acara demi acara selesai, dan kami pun berpisah antara satu dengan yang lainnya, semoga bisa bertemu kembali di forum ilmiah selanjutnya. Semoga agenda ini bisa memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan tentunya memberikan manfaat untuk umat dan bangsa. Wallohu A’lam bi ash-Shawab.

 

 

 

 

  

Ikuti tulisan menarik Tatang Hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler