Dosen Muhammadiyah, Mahasiswa Syafi'iyyah & Shalat Shubuh

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

shalat shubuhnya antara mahasiswa Syafi'iyyah dan dosen Muhammadiyah

Antara Dosen Muhammadiyah, Mahasiswa Syafi’iyyah, Shalat Shubuh dan Negeri Gajah Putih

Oleh : Tatang Hidayat*)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari cacatan rihlah ilmiah ke Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bagi yang belum membaca tulisan sebelumnya bisa di cek kembali dalam tulisan saya sebelumnya. Catatan ini diawali dari peristiwa pelaksanaan shalat shubuh yang begitu mengesankan selama saya berada di Thailand, shalat shubuhnya antara mahasiswa Syafi’iyyah dan dosen Muhammadiyah.

Menjelang shubuh, atas nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala saya bisa bangun kembali setelah melewati peristiwa dari setengah kematian. Ada peristiwa yang menarik saat akan didirkan shalat shubuh pertama di Thailand. Sebagaimana biasa, seorang dosen dari salah satu kampus Muhammadiyah yang selalu satu kamar selalu menunjuk saya untuk menjadi imam, namun tidak untuk kali ini. Saya langsung mengumandangkan iqomah, supaya saya bisa menjadi makmum.

Setelah iqomah selesai, ternyata sebelum takbiratul ikhram dia bilang kepada saya “maaf kang saya tidak melaksanakan qunut” katanya. Saya pun dengan senang hati menjawab “tidak apa-apa kang silahkan”. masya Allah luar biasa ukhuwah ini, saya pun sangat kagum melihat sikap beliau yang sangat mengedepankan ukhuwah. Akhirnya shalat-pun dirikan, dan sebagaimana telah dimaklumi bersama, bahwa kader Muhammadiyah dalam shalat shubuh tidak mengamalkan qunut, begitupun dengan beliau.

Setelah i’tidal dalam rakaat kedua beliau langsung sujud, bagaimana dengan saya ? Tentunya saya pun mengikuti beliau, karena beliau sebagai imam saya dalam shalat. Adapun jika saya menjadi imam, tentu saya mengamalkan qunut shubuh, dan beliau sebagai makmum mengikuti qunut dengan mengangkat tangan dan mengaminkan do’a yang saya bacakan.

Sungguh pengalaman berharga ini sangat luar biasa dan akan selalu dikenang, ternyata ukhuwah ini melintasi batas negara dan kekuatan umat Islam ada di dalam persatuan, oleh karena itu jangan pernah putus asa untuk terus bersatu dan mempersatukan. Setelah shalat, kami segera menuju tempat sarapan dan bisa menikmati makanan khas Thailand  yang tentunya halal, terlihat ada sedikit perbedaan rasa di lidah apa yang selama ini saya rasakan.

Tidak lama dari hotel, kami segera menuju ke salah satu kampus terbaik yang ada di Thailand Selatan yakni Prince University of Songkhla. Di kampus tersebut kami tidak berlama-lama, namun waktu tersebut saya manfaatkan dengan baik sebagai perbandingan dengan kampus yang ada di Indonesia. Selanjutnya kami berangkat ke Chang Puak Champ, sebuah wahana layaknya kebun binatang jika di bumi pertiwi. Di sana saya melihat binatang khas dari Thailand apalagi kalau bukan gajah.

Tidak lama dari sana, kami segera menuju sebuah tempat yang ada patung Budha Sleeping yang lokasinya dekat dengan laut, karena waktu sudah siang, kami tidak berlama-lama di tempat tersebut. Selanjutnya kami menuju ke Tang Kuan Hill, disana kita bisa naik ke sebuah bukit dan cukup mengeluarkan uang 30 bath untuk naik ke sana dengan menggunakan sebuah cable lift.

Dari atas sana kita akan melihat Kota Songkhla sebagai Ibukota Hatyai Thailand Selatan, nampak setelah berada di bukit, saya merasakan suasana yang tenang dan sunyi yang sesekali ditemani hembusan angin yang menandakan ketenangan kota kecil tersebut. Dari atas bukit juga kita akan melihat indahnya Samila Beach dan kota Songkhla. Saat berada di atas saya berkeliling ke beberapa tempat untuk melihat sejarah  yang ada di bangunan tersebut.

Nampaknya bangunan tersebut seperti bangunan kerajaan, namun saya terkendala untuk membaca sejarah yang ada dikarenakan menggunakan bahasa Thailand. Saat berada di Royal Pagoda tepatnya diatas bukit tersebut, saya mendengar suara iqomah, ternyata di sekitar sana ada masjid dan shalat Jum’at akan didirikan. Sejenak saya merenung dan membayangkan perjuangan baginda Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi Wa Sallam beserta para sahabat-Nya sehingga cahaya Islam bisa sampai ke Thailand.

Setelah berkeliling di tempat tersebut, tidak berlama-lama saya harus segera turun dan menuju tempat selanjutnya yakni ke Samila Beach.  Untuk menuju Samila Beach tidak memerlukan waktu lama dari Tang Kuan Hill, saat berada di pantai kami gunakan untuk istirahat dan makan siang, sesekali kami selingi dengan bercanda dan diskusi, dan yang kami diskusikan adalah berkaitan dengan ukhuwah, meskipun kami berbeda organisasi perjuangan namun tetap kami adalah bersaudara.

 Setelah makan selesai, kami pun tidak ketinggalan untuk mengabadikan momen kebersamaan itu dengan fhoto bersama di pantai, meskipun kami berbeda organisasi perjuangan namun kami buka baju organisasi kami demi sebuah persatuan. Bersama dalam perbedaan dan berbeda dalam kebersamaan. Semoga Samila Beach menjadi saksi akan persaudaraan ini.

Di Samila Seach ada dua patung yang ramai dijadikan objek dokumentasi, yang pertama adalah patung naga yang mengeluarkan air dari mulutnya dan kedua patung putri duyung. Sepanjang pantai kami berkeliling dan melihat kultur masyarakat sana, ternyata banyak juga orang-orang yang memakai kerudung dan ini menandakan bahwa di Songkhla kaum muslimnya cukup banyak.

Tidak lama kami berada di Samila Beach, berhubung waktu akhirnya kami harus segera pergi lagi ke imigrasi, tidak terasa ternyata perjalanan ini akan segera selesai. Di tengah perjalanan saya merenung akan perjalanan ini, bertafakur atas kekuasaan Sang Pencipta, ternyata persaudaraan ini sangat luas dan melintasi batas negara. Ukhuwah ini perlu dijaga di wariskan kepada generasi-genarasi kita.

Waktu perjalanan kami lewati dengan penuh kegembiraan sehingga tidak terasa saat kami istirahat, akhirnya sampai juga di imigrasi, di sana kami mengambil kesempatan untuk melaksanakan shalat dzuhur jama’ takhir dengan qasar dan shalat ashar qashar berjama’ah. Sebagaimana biasa beberapa kawan kembali menunjuk saya menjadi imam, padahal di sana ada kapten Romi, sempat beberapa kali saya menolak namun mereka tetap memaksa saya. Setelah shalat didirikan, sebagaimana biasa saya selalu berdo’a kepada Sang Pencipta supaya setiap tempat yang saya kunjungi bisa melahirkan para pemuda Islam yang akan berjuang dan bergerak dengan penuh kesadaran untuk menghidupkan kembali peradaban Islam.

Tidak disangka, setelah selesai shalat, saya melihat Guide dari Thailand yang bernama ‘Marisa’ entahlah sebenarnya nama dia itu siapa, dengan penampilan dan gaya sebagaimana lady boy ternyata shalat juga. Dari sana saya merenung, jadi dengan gaya yang ia tampilkan itu apakah benar atau seperti apa ? Terlepas dari beberapa dugaan, tentunya kita jangan melihat orang dari penampilannya, tetapi penampilan juga bisa mencerminkan kepribadian,  dari sana saya berharap mudah-mudahan negeri Thailand ini selalu diberkahi oleh Rahmat-Nya.

Setelah itu akhirnya tidak terasa kami harus berpisah dengan Marisa yang selama dua hari menemani kami, tidak lama kami masuk lagi imigrasi Malaysia dan dari sana perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Kuala Lumpur. Saat berada di perjalanan, saya manfaatkan waktu dengan istirahat, dan tidak terasa akhirnya bisa sudah sampai di salah satu rest area yang ada di negeri Jiran. Dari sana kami kembali bisa menikmati makanan khas yang ada di negeri Jiran, setelahnya kami mendirikan shalat Maghrib Jama’ Takhir dan Shalat Isya dengan Qasar.

Tidak berlama-lama di tempat tersebut, selanjutnya kami harus segera berangkat lagi menuju bandara, di tengah perjalanan akhirnya kami saling menyampaikan pendapat dan kesan setelah hampir 6 hari bersama, dari sana beberapa kawan mulai menyampaikan pendapatnya, sesekali diwarnai dengan  tetesan air mata, ini mendakan tetesan air mata sebagai symbol akan persaudaraan kami selama ini.

Dari sana saya pun ditunjuk beberapa kawan untuk maju ke depan dan menyampaikan kesannya, akhirnya dengan terpaksa saya-pun mewakili beberapa kawan untuk menyampaikan berapa kesan selama mengikuti kegiatan study comparative, terutama saya merasa beruntung bisa bertemu orang-orang hebat dari berbagai belahan tempat yang ada di bumi pertiwi.

Setelah semuanya menyampaikan beberapa kesan, akhirnya kami pun tertidur sepanjang jalan dikarenakan kelelahan setelah sehari berkeliling di negeri Thailand.  Saat kami beristirahat, tidak terasa menjelang shubuh kami pun sudah tidak di Kuala Lumpur International Airport. Akhirnya waktu perpisahan yang tidak diinginkan pun segera tiba, kami harus berpisah dengan kapten Romi yang selalu setia menemani kami, yang terkadang waktu tidurnya harus tersita karena harus mengantarkan kami ke beberapa tempat.

Kami-pun pamit kepada Kapten Romi dan Guide dari negeri Jiran, tidak lupa kami pun  meminta maaf kepada mereka jika selama ini kami banyak melakukan kesalahan. Sempat kami-pun terbawa suasana dengan perpisahan tersebut, namun kami-pun tidak mungkin untuk berlama-lama di negeri Jiran, karena kami memiliki tugas lagi masing-masing di bumi pertiwi.

Saat masuknya waktu Shubuh, kami-pun mencari mushola untuk mendirikan shalat Shubuh berjama’ah, tidak terasa waktu begitu cepatnya, setelah selesai shalat Shubuh,  matahari mulai naik dan menampakkan sinarnya dari ufuk timur, itu tandanya kami harus segera berangkat ke boarding room untuk pengecekan keberangkatan kami untuk kembali pulang ke bumi pertiwi.

Tidak berlama-lama di boarding room, akhirnya jadwal keberangkatan kami tiba, kami pun segera masuk ke dalam pesawat, saat pesawat mulai take off  tidak terasa waktu yang dilalui di 3 negara begitu sangat singkat,  waktu di mana saya banyak belajar akan sebuah persatuan dan peradaban masa depan dari negeri timur jauh, sebuah peradaban yang harus disiapkan, baik untuk sekarang maupun masa depan.  

*) Peserta International Class, Market Research dan Study Tour Ke Singapura, Malaysia dan Thailand Dalam Kegiatan Study Comparative 26-31 Maret 2018

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Travel

Lihat semua