x

Cover Buku Memoar Hadrianus

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 25 Agustus 2019 06:35 WIB

Hadrianus, Kaisar Roma yang Cinta Damai

Hadrianus adalah Kaisar Romawi yang cinta damai dan menyelamatkan Kekaisaran dari kebangkrutan akibat perang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Memoar Hadrianus

Judul Asli (dalam Bahasa Perancis): Memoires d’Hadrien

Penulis: Maraguerite Yourcenar

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Apsanti Djokosujatno

Tahun Terbit: 2007

Penerbit: Yayasan Obor

Tebal: xii + 385

ISBN: 979-461-619-2

Pertama kali saya berjumpa dengan buku ini adalah saat berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, setengah tahun yang lalu. Buku berwarna hitam pekat itu mengingatkanku kepada buku karya penulis yang sama yang telah aku baca sebelumnya, “Cerita-Cerita Dari Timur.”

Saya segera membuka-buka isi buku yang berjudul “Memoar Hadrianus” tersebut. Karena kunjungan saya ke Perpustakaan daerah Kabupaten Malinau singkat saja, maka saya memotret cover buku tersebut. Dengan foto cover buku, saya berharap bisa mendapatkannya suatu hari nanti. Ternyata keinginanku segera terwujud. Saat saya terbaring sakit karena terserang radang paru-paru, tiba-tiba saya mendapat kiriman buku karya Marguerite Yourcenar ini dari sahabatku Ary Hana. Ary Hana adalah seorang pembaca buku yang serius, penulis dan traveler yang sangat berani. Terima kasih Ary Hana.

Saya segera mencicipinya. Saya membaca bagian pendahuluan di awal buku, bagian proses penyusunan buku dan bagian sumber-sumber yang dipakai untuk menyusunnya yang berada di bagian belakang. Namun karena kondisi fisik yang belum prima, saya memutuskan tidak melanjutkan membacanya. Sebab buku ini sangat berat. Selain disusun dalam waktu yang sangat lama – Yourcenar menulisnya dalam waktu 24 tahun, pengetahuan saya tentang sejarah Romawi juga sangat terbatas. Baru setelah kembali ke Kalimantan Utara, saya mulai membaca kisah salah satu Kaisar Romawi ini.

Sebagian besar dari kisah Hadrianus aku selesaikan saat aku kembali bertugas di Malinau selama 4 hari. Entah kebetulan atau tidak, nyatanya saya mengenal pertama kali Memoar Hadrianus di Malinau dan membacanya juga di kabupaten yang bupatinya sangat peduli kepada budaya ini. Yourcenar, Hadrianus dan Malinau sama-sama menghargai pluralitas.

Setelah mencoba berbagai pilihan, Yourcenar akhirnya memilih menjadikan Hadrianus sebagai pencerita tunggal. Yourcenar pernah menulis draf novel ini dengan cara dialog beberapa tokoh. Ia juga pernah mempertimbangkan untuk menggunakan Plotina, istri Kaisar Trayanus untuk membangun kisah. Namun dengan pertimbangan yang mantab, akhirnya Yourcenar memilih mode cerita tunggal dari sang tokoh utama – Hadrianus. Pilihan ini tentu sudah dipertimbangkan dengan masak. Sebab dengan menggunakan satu penutur, tentu saja kisah harus dibuat sangat menarik, supaya pembaca tidak jatuh kepada kebosanan. Yourcenar harus berjuang dalam mengatur detail kisahnya dengan stamina para pembaca bukunya. Khususnya pembaca dalam Bahasa Indonesia. Apalagi para pembaca dalam Bahasa Indonesia tentu tidak cukup banyak yang punya pengetahuan yang memadai tentang sejarah Romawi.

Yourcenar menampilkan Hadrianus tua yang sudah sakit-sakitan di awal cerita. Saat dalam kondisi sakit inilah Hadrianus menceritakan pengalaman masa mudanya dan saat ia menjadi kaisar. Pengalamannya di lapangan dan kesukaannya akan filsafat, membuat ia bisa menerima kondisi kesehatannya yang akan membawanya kepada kematian. Hadrianus tetap bahagia. Penampilan Hadrianus yang periang dan menerima kondisi apapun ini membuat cerita menjadi lebih lancar. Tokoh Hadrianus bisa mengajak pembaca untuk merenungkan hal-hal yang dialami oleh semua manusia, seperti persahabatan, cinta, kebahagiaan dan lain-lain. Pemilihan cerita berdasarkan geografis, yaitu bab Eropa, bab Afrika dan bab Asia membuat pembaca yang kurang faham tentang sejarah Romawi sedikit terbantu.

Membaca karya Yourcenar ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Sebab detail yang dihasilkan dari riset yang mendalam memerlukan kesabaran untuk mencernanya. Yourcenar berupaya keras untuk tidak menyimpang dari fakta-fakta sejarah yang didapatnya dari berbagai sumber tersebut.

Marilah kita lihat siapa Hadrianus melalui buku ini. Berbeda dengan kaisar-kaisar Romawi yang sering saya kenal sebagai kaisar yang suka berperang, atau kaisar brutal seperti Nero dan Caligula, Kaisar yang menggantikan Trayanus ini adalah seorang kaisar yang sederhana, suka belajar dan suka perdamaian. Ia menyukai filsafat dan ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastraan serta arsitektur. Ia juga menikmati petualangan-petualangan alam.

Kesan terkuat yang saya dapat tentang Hadrianus adalah seorang kaisar yang tidak suka perang. Meski ia juga berkarier dalam kemiliteran, ia tidak suka perang. Bahkan ia membenci perang. Ia berupaya mencegah perang sebisa mungkin. Perjanjian-perjanjian damai dilakukannya dengan pihak-pihak yang selama ini berperang dengan Romawi. Perang bisa menyelamatkan Romawi yang hampir bangkrut karena devisit akibat perang. Melalui situasi damai tersebut ia membangun kembali perdagangan sehingga kemakmuran bisa didapatkan.

Kaisar yang suka filsafat dan hidup sederhana ini memuja humanitas (kemanusiaan), felicitas (kebahagiaan) dan liberitas (kebebasan). Tulisan yang tertampang pada uang koin masa pemerintahannya ini menjadi panduan Hadrianus saat memerintah Romawi. Selama masa pemerintahannya, Hadrianus sangat getol memperjuangkan kemanusiaan, kebebasan dan kebahagiaan semua rakyat Romawi. Ia membuat peraturan tentang budak yang tidak boleh diperlakukan secara semena-mena. Ia mengurangi jumlah budak yang ada di istana.

Ia sangat menghargai keputusan pribadi. Termasuk keputusan untuk melakukan bunuh diri. Ia menyetujui permintaan Euphrates untuk melakukan bunuh diri, karena merasa sudah tidak ada yang bisa dilakukannya dalam hidup. Ia juga tidak mencegah Antinoos - pacar yang dikasihinya untuk bunuh diri demi menunjukkan cintanya kepada Hadrianus. Baginya moral adalah urusan pribadi dan kepatuhan adalah urusan umum. Ia memisahkan antara hal-hal yang bersifat pribadi dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan umum.

Ia mengembangkan kesusastraan di istana dan pusat-pusat pemerintahan di daerah. Ia membangun kembali bangunan-bangunan bersejarah yang hancur karena perang, termasuk membangun Yerusalem yang dihancurkan Jenderal Titus. Dalam membangun bangunan-bangunan bersejarah, Hadrianus mempromosikan pluralisme. Ia membangun bangunan-bangunan dari budaya lain di sekitar bangunan bersejarah lokal. Ia juga sering mengikuti ritual-ritual dari etnik-etnik yang menjadi warga Romawi.

Hadrianus adalah seorang pengejar kebahagiaan. Ia menyukai seks, baik dengan perempuan maupun dengan lelaki. Ia mempunyai seorang permaisuri yang tidak terlalu disukainya. Ia memiliki banyak pacar baik perempuan maupun lelaki. Namun pacar lelaki yang sangat dicintainya adalah Antinoos. Demi menunjukkan cintanya kepada Hadrianus, Antinoos melakukan bunuh diri. Bunuh-dirinya Antinoos sempat membuat Hadrianus kehilangan semangat. Namun karena tujuan utama pribadinya adalah menyejahterakan rakyat Romawi, maka ia bangkit kembali dan bekerja keras dan tekun untuk membuat Romawi menjadi negara yang menghargai kemanusiaan, menjamin kesejahteraan dan kebebasan rakyatnya.

Hadrianus adalah pemimpin yang suka belajar, menempatkan kemanusiaan lebih tinggi dari kepercayaan pribadinya, menghargai kemajemukan, berorientasi kepada pengupayaan kesejahteraan dan kebahagiaan semua rakyatnya. Ia adalah kaisar yang fokus menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan. Meski sederhana dan kelihatan santai, tetapi Hadrianus adalah pemimpin yang tegas dan cepat dalam mengambil keputusan.

Semoga Indonesia dikaruniai pemimpin yang seperti Hadrianus.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler