Merti umbul langse, Warga dukuh silem pentaskan tarian kuntul
BOYOLALI --- Ratusan warga dukuh Silem, Kadireso, Teras menggelar acara adat merti umbul langse di Lebak, Nepen, Sabtu (7/9/2019). Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk permohonan warga kepada Sang Maha Kuasa agar diberikan kelancaran air dari mata air Umbul Langse dan Umbul Sungsang yang berada di Desa Nepen, Teras, Boyolali. Kedua sumber mata air tersebut tersebut merupakan sumber pengairan warga di Desa Nepen, Kopen, Kadireso, Doplang hingga desa desa di kecamatan Sawit, Boyolali.
Warga percaya bahwa setiap tahun mata air di Umbul Langse dan di Umbul Sungsang tersebut harus diruwat dan harus menampilkan tarian khusus yaitu Kuntulan. Tarian Kuntulan tersebut merupakan sejenis tarian rodat yang dibawakan oleh puluhan orang dewasa dan diiringi tabuhan rebana dengan menyanyikan lagu lagu sholawatan dan lagu lagu dengan syair bahasa Jawa.
Setelah tokoh agama mendoakan, ingkung dan jajanan pasar yang berada di jodang langsung menjadi rebutan warga. Mereka percaya makanan yang sudah didoakan tersebut bisa membawa berkah. Menurut salah satu warga, Erni (39), dia sengaja menonton kegiatan tersebut karena acara ini cuma setahun sekali. "Dan merti umbul seperti ini juga salah satu budaya khas daerah yang perlu dilestarikan," kata dia. Erni juga ikut merebut jajanan pasar tadi. "Namun hanya dapat sedikit.”
Menurut Sekretaris Desa Kadireso, Astriyo Setiawan (28), kegiatan merti Umbul Langse dan Umbul Sungsang ini digelar agar kedua sumber mata air tersebut lancar kembali dan dapat mengairi persawahan warga disekitarnya. Juga, kata dia, kebutuhan air sehari hari warga desa dapat tercukupi.
Air dari kedua umbul tersebut mengalir ke Desa Nepen, Kopen dan Kadireso, hingga desa-desa di Kecamatan Sawit, Boyolali. Warga percaya bahwa dengan adanya merti umbul air akan kembali lancar. Sejak tahun 2006 hingga 2010 yang lalu mata air Umbul Langse memang sempat kering sama sekali. "Harapannya warga bisa menggunakan air dengan bijaksana dan penuh syukur apalagi seperti musim kemarau saat ini," kata Astriyo.
Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Agustus bertepatan HUT kemerdekaan RI. Namun kali ini warga menggelar acara ruwatan di bulan Sura dalam penggalan jawa, dengan harapan dapat meningkatkan rasa syukur warga pada Allah SWT atas kedua mata air tersebut.
Eksani
Ikuti tulisan menarik Eksani Boyolali lainnya di sini.