x

Menpar Tawarkan 10 Bali Baru ke Tiongkok

Iklan

Hamidulloh Ibda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 16 September 2019 04:43 WIB

Memajukan Ekonomi Nasional Lewat 10 Bali Baru


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Hamidulloh Ibda

 

Destinasi 10 Bali Baru sebagai ikon pariwisata baru di Indonesia harus dikuatkan karena menjadi pintu kemajuan sektor ekonomi nasional. Akselerasi kemajuan 10 Bali Baru di kancah nasional maupun global menjadi keniscayaan. Jangan sampai 10 Bali Baru secara performance kalah dengan Bali dan tak berdampak pada penghasilan pemerintah daerah maupun nasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Pariwisata 10 Bali Baru itu meliputi Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Mandalika Lombok (NTB), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Morotai (Maluku Utara), dan Pulau Komodo (NTT). Selain visi mengglobalkan khazanah wisata Nusantara, 10 Bali Baru menjadi ruang meningkatkan pendapatan negara.

 

Data Kemenpar (2019) menyatakan Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia. Fakta itu tak terbantahkan lantaran 40 persen wisatawan mancanegara masuk Indonesia lewat pintu Pulau Dewata. Maka Kemenpar memilih ikon Bali untuk menyebut 10 destinasi prioritas itu dengan istilah “10 Bali Baru”. Apakah 10 Bali Baru dapat mendongkrak sektor ekonomi nasional? Tentu bisa.

 

Pariwisata: Pendongkrak Ekonomi Nasional

Kemenkeu menyebut pendapatan negara sebanyak Rp 530,7 triliun atau 24,51 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp 2.165,1 triliun per akhir April 2019 (Liputan6.com, 16/5/2019). Pada 2016, devisa sektor pariwisata US$ 13,568 miliar. Indonesia merupakan salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan paling cepat di sektor pariwisata. Kemepar menyebut devisa pariwisata pada 2017 sebesar US$15 miliar. Pada 2018 proyeksi devisa pariwisata sebesar US$17 miliar. Jika proyeksi itu terjadi maka pariwisata menjadi penghasil devisa terbesar (Bisnis.com, 13/2/2019).

 

Pendapatan sektor ekonomi dari pariwisata yang tinggi itu menjadikan pemerintah sejak 2016 hingga 2019 menggenjot akselerasi 10 Bali Baru. Tujuannya menambahkan APBN tiap tahunnya. Maka perlu cetak biru agar akselerasi 10 Bali Baru makin membahana dan mendongkrak pundi-pundi ekonomi.

 

Langkah strategis perekonomian 2020-2024 telah dirancang pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Selain lewat sektor manufaktur, pariwisata menjadi agenda urgen untuk mendongkrak ekonomi nasional. Implementasi inisiatif Making Indonesia 4.0 ini harus menguatkan pariwisata khususnya 10 Bali Baru karena menjadi jalan pendongkrak ekonomi nasional.

 

Merujuk data pengunjung Bali harus memotivasi untuk mendongkrak akselerasi 10 Bali Baru. BPS Bali sampai 10 Juli 2019 menyebut pada 2018 ada 6.070.373 wisatawan, dan pada Januari-Mei 2019 ada 2.305.004 wisatawan mengunjungi Bali. Bagaimana strategi menaikkan daya saing destinasi dan industri pariwisata 10 Bali Baru? Perlu cetak biru untuk mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara di destinasi 10 Bali Baru.

 

Sinyal kemajuan 10 Bali Baru sudah ditangkap Capres-Cawapres terpilih. Jokowi-Ma’ruf Amin telah membuat enam strategi ekonomi dan program memajukan pendapatan nasional. Salah satunya pengembangan sektor ekonomi baru berbasis SDA. Percepatan pengembangan pariwisata dengan melanjutkan pembangunan 10 Bali Baru sebagai kunci sektor ekonomi nasional menjadi agenda prioritas dalam agenda itu.

 

Dengan komitmen tersebut, Presiden Jokowi memberi enam poin untuk empat destinasi pariwisata super prioritas pada 10 Bali Baru. Pertama, infrastruktur. Kedua, akses konektivitas menuju ke kawasan destinasi wisata. Ketiga, ketersediaan fasilitas di lokasi wisata. Keempat, SDM di sekitar destinasi wisata. Kelima, atraksi dan produk-produk di tempat wisata terkait pasar, pasar seni, dan budaya yang perlu disuguhkan. Keenam, promosi besar-besaran secara integrasi (Kemenpar.go.id, 17/7/2019). Tujuannya mendapatkan manfaat dan efek pertumbuhan ekonomi daerah maupun ekonomi nasional

 

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga berkomitmen membangun sinergi dengan berbagai pihak untuk menuntaskan pembangunan infrastruktur di empat destinasi wisata super prioritas. Wujudnya, pembangunan di Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo yang ditarget selesai pada 2020 mendatang. Komitmen Presiden dan Kemenpar ini harus dikawal dan didukung semua kalangan untuk memajukan ekonomi nasional lewat 10 Bali Baru.

 

Akselerasi 10 Bali Baru

Banyak cara mempercepat kemajuan 10 Bali Baru sebagai sektor ekonomi nasional. Dari strategi Presiden Jokowi dan Kemenpar di atas, ada beberapa cara mengakselerasi 10 Bali Baru dengan prinsip integrasi dan interkoneksi. Pertama, penguatan manajemen pariwisata berbasis kebutuhan dan kondisi era digital saat ini. Mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.  Tujuannya agar jutaan wisatawan mancanegara datang dan menikmati keindahan Indonesia di 10 Bali Baru.

 

Kedua, meneguhkan kecirian di masing-masing 10 Bali Baru dengan pertimbangan local genius (jenius lokal) dan local wisdom (kearifan lokal). Dengan kecirian, karakter, dan keunggulan 10 Bali Baru, maka akan “menaikkan gengsi” dan “dikangeni” wisatawan. Realitasnya, Bali dikunjungi, diimpikan, dan dinantikan karena memiliki karakteristik tidak hanya dari objek wisata alamnya, namun juga budaya, seni, tradisi, dan masyarakatnya.

 

Ketiga, dukungan pemangku kebijakan lokal untuk mempromosikan, memfasilitasi, dan sekaligus mendukung sarana-prasana di sekitar objek 10 Bali Baru dengan prinsip integrasi dan interkoneksi. Sukamdani (2012) menyebut untuk memaksimalkan promosi pariwisata dapat dilakukan dengan promosi saat low season, ekonomi kreatif, dan green tourism atau ekowisata.

 

Dukungan pemerintah dan masyarakat setempat sangat berdampak pada “rasa kangen” wisatawan ketika sudah berkunjung di objek 10 Bali Baru. Hal itu telah dilakukan pemerintah dan masyarakat Bali yang menjadikan objek wisata di Bali tak pernah sepi dari wisatawan. Maka prinsip promosi di 10 Bali Baru tak hanya dari objek alamnya, namun juga ekonomi kreatif serta ekowisata yang disuguhkan.

 

Keempat, memperbanyak promosi di kancah internasional. Tahun lalu, promosi 10 Bali Baru telah digelar di pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) di Nusa Dua, Bali. Promosi seperti ini harusnya melebar di berbagai kegiatan internasional yang menjadi tempat untuk diskusi, sharing, bahkan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara lain untuk menentukan kebijakan sektor ekonomi khususnya dalam rangka memajukan objek wisata 10 Bali Baru.

 

Kelima, dukungan dari semua pihak untuk empat destinasi pariwisata super prioritas 10 Bali Baru. Keenam, program pertukaran wisatawan di kancah nasional atau ASEAN. Konsepnya, 10 Bali Baru harus dijadikan pilot project Indonesia untuk dikunjungi, diteliti, dan dijadikan percontohan wisatawan asing dari negara yang ingin bertukar wisatawan.

 

Ketujuh, pagelaran kegiatan yang dipusatkan di 10 Bali Baru. Meski sudah ada empat destinasi super prioritas, namun tak menutup kemungkinan pada destinasi lain untuk dijadikan pusat semua kegiatan sosial, budaya, tradisi, bahkan agama di 10 Bali Baru itu.

 

Memajukan ekonomi nasional dapat dilakukan dari pintu mana saja. Saat ini 10 Bali Baru sangat strategis, dan berpotensi memajukan sektor ekonomi nasional. Sebab, 10 Bali Baru bukan segalanya, namun kemajuan sektor ekonomi nasional dapat berawal dari sana. Lalu, kapan kita memajukan ekonomi nasional lewat 10 Bali Baru?

 

- Penulis adalah Dosen Teacherpreneurship STAINU Temanggung, Ketua Bidang Diklat dan Litbang LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.

Ikuti tulisan menarik Hamidulloh Ibda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler