x

Iklan

Febrianto Edo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Mei 2019

Senin, 16 September 2019 19:55 WIB

Cover Majalah Tempo dan Aduan Pukul Angin

Majalah Tempo konsisten dengan cover dan isi terhadap polemik revisi UU KPK dan tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Akhir-akhir ini media massa beramai-ramai memberitakan tentang revisi Undang-Undang KPK dan terpilihnya, Ketua KPK baru, Firli Bahuri yang cacat kode etik. Kritikan masyarakat dan akademisi mewarnai media massa maupun media sosial agar KPK harus diperkuat. Media massa sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan hiburan masyarakat selalu mengalami perkembangan terutama Majalah Tempo.

Media berperan dalam menyampaikan informasi berdasarkan sudut pandang masing-masing media itu sendiri. Tak terkecuali Majalah Tempo dalam covernya yang menampilkan gambar Presiden Jokowi dan Selulet. Bahkan, sekelompok orang yang mengatasnamakan Jokowi Mania melaporkan Majalah Tempo ke Dewan Pers. Mereka mengakui keberatan terhadap cover Majalah Tempo dengan gambar Jokowi dengan bayangan hidung panjang seperti pinokio.

Untuk itu, mari kita menganalisis secara komunikasi (semiotika). Pada sebuah media, ideologi merupakan komponen utama yang terbentuk dari awal pendirian sebuah media massa. Ia berperan sebagai panutan, rambu- rambu dan petunjuk arah tentang bagaimana cara pandang media massa terhadap sebuah kasus pemberitaan dari realitas. Media massa sebagai ruang dan wadah publik digunakan sebagai penyalur, penyampaian dan penyebar ideologi. Ideologi yang dimiliki oleh media massa bermacam-macam, garis besarnya ada media massa yang memiliki ideologi sebagai pendukung pemerintahan, oposisi, kritikus pemerintahan dan ada juga sebagai penengah pemerintah dan rakyat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Majalah Tempo memiliki ideologi media yang berbeda dengan media massa cetak lainya. Selama berkarya, Majalah Tempo konsisten dengan ideologi sebagai kritikus pemerintahan yang liberal (bebas), tetapi tidak juga sebagai oposisi. Artinya, Majalah Tempo berusaha sebagai penyambung masyarakat dan pemerintahan, berada diantaranya dengan sikap kritis. Kaitannya dengan Majalah Tempo ini, harus kedepankan argumentasi ilimiah bagaimana sudut pandang Majalah Tempo.

Artinya, Majalah Tempo konsisten dengan cover dan isi terhadap polemik revisi UU KPK dan tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Ilustrasi dalam cover tersebut terjawab dengan sendiri, apabila realitas tersebut ada polemik. Artinya, ilustrasi bukan mimpi di siang bolong, tentu ada makna dan berita-berita yang digambarkan Majalah Tempo dan argumentasi akademisi terhadap masa depan lembaga anti rasuah tersebut.

Semiotika Roland Barthes

Tempo menyuguhkan cover Presiden Jokowi dan Selulet yang menyerupai pinokio. Judul Majalah Tempo, “Janji Tinggal Janji “. Menanggapai polemik cover majalah Tempo diatas saya mencoba menguliti dengan teori semiotika Roland Barthes. Barthes dikenal sebagai seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsis-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Elemen-elemen utama dalam teorinya adalah denotasi (makna yang sebenarnya), konotasi (makna ganda yang lahir dari pengetahuan kultural dan personal), dan Mitos menurutnya, terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda yang kemudian memiliki pertanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Menurut Ardianto dkk (2014,h.114-123), cover pada sebuah majalah memiliki peran yang penting dalam membangun identitas dan karakter sebuah majalah. Menarik tidaknya cover sebuah majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya. Desain cover yang baik ibarat pedang bermata dua. Sisi pertama harus mencerminkan isi majalah, sisi kedua harus mewakili golongan pembaca yang ia bidik.

Dengan melihat cover Majalah Tempo secara keseluruhan pembaca dapat mengetahui makna yang disampaikan oleh redaksi. Untuk menganalisis bagaimana Majalah Tempo menggambarkan Presiden Jokowi. Untuk itu, mari kita analisis bersama, menggunakan semiotika dengan model Roland Barthes.

Pertama, konotasi yang terdapat pada cover Majalah Tempo dengan judul “Janji Tinggal Janji” terdapat makna tentang ekspetasi masyarakat atas revisi Undang-Undang KPK. Adapun ciri-ciri diatas dapat diambil makna, pertama,  background, dalam Cover Majalah Tempo “Janji Tinggal Janji” terdapat background selulet warna hitam dengan hidung memanjang. Kedua, mimik Presiden Joko Widodo yang dengan mata tertutup dan bibir yang mengekspresikan sesuatu. Ketiga, mitos yang ada pada cover Majalah Tempo yang  menggambarkan ada tanggung jawab Presiden terhadap revisi Undang-Undang KPK. Sekaligus menjawab reaksi masyarakat atas revisi tersebut dan terpilihnya Firli menjadi Ketua KPK baru. Bawasannya, Firli Bahuri melanggar kode etik.

Begitupun, dengan makna denotasi dalam cover Majalah Tempo, bisa ditafsir secara semiotika Roland Barthes, baik makna selulet, pakaian maupun ekspresi yang digambarkan. Karena Majalah Tempo memiliki idiologi yang kritis sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Artinya gambaran realitas yang ada, sesuai ruh demokrasi yang kita anut.

Jadi, makna apa yang dibentuk dalam benak komunikan oleh cover Majalah Tempo, untuk mengetahui secara detail makna penggunaan cover. Dengan melihat ideologi Tempo sebagai suatu media yang kritis sesuai dengan konstitusi dan ruh demokrasi.

Surbakti (2007) mengatakan bahwa “Ideologi memiliki dua pengertian yaitu ideologi secara fungsional dan secara structural. Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik sedangnkan ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa”.

Dengan demikian, sesuai dengan teori ideologi media makna cover Majalah Tempo mengkonstruksikan pikiran media terhadap revisi Undang-Undang KPK dan cita-cita reformasi untuk memperkuat KPK dari tangan-tangan koruptor. Sekaligus dengan waktu (tempus) yang dilakukan oleh DPRI dan pemerintah pada masa akhir jabatan menjadi pertanyaan besar masyarakat.

 

 

Ikuti tulisan menarik Febrianto Edo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler