x

Timnas U-22

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 8 Desember 2019 19:44 WIB

Selangkah Lagi, Tidak Jatuh di Lubang yang Sama, Timnas U-22 Gapai Emas

Selangkah lagi medali emas SEA Games digenggam Timmas U-22

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Harapan meraih medali emas SEA Games 2019 dengan mengulang sejarah di tempat yang sama tahun 1991 di negara yang sama, Filipina tinggal selangkah lagi bagi Timnas U-22.

Selain itu, partai final juga menjadi sejarah, karena untuk pertama kalinya Indonesia bersua Vietnam dalam cabang sepak bola sejak pertama SEA Games digelar.

Khusus dalam SEA Games kali ini, sebelum perjalanan ke babak final, Indonesia dan Vietnam yang berada dalam Grup B, sudah saling merasakan kekuatan masing-masing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat duel di fase Grup B, sejatinya Indonesia lebih diunggulkan untuk memenangi pertandingan, namun akibat komposisi pemain yang diturunkan tidak memenuhi ekspetasi pelatih dan strategi bertahan yang terlalu dalam, Vietnam dapat mengambil keuntungan mencetak dua gol.

Dua gol yang bersarang di gawang Indonesia, seolah menjadi hadiah bagi Vietnam, karena taktik yang diterapkan menjadikan lawan memang dipersilakan untuk mencetak gol.

Terlebih, tak diturunkannya Evan Dimas saat itu, entah karena persoalan apa, menjadikan permainan Garuda tak berarah dalam melakukan serangan balik dan sektor tengah menjadi pertahanan paling buruk sepanjang laga fase grup.

Kini, jelang duel penentuan, Vietnam yang telah berhasil menjungkalkan Indonesia di fase grup, tentu memiliki kepercayaan diri yang lebih besar. Mereka tentu sangat yakin dapat kembali membungkam Indonesia.

Sejak di latih Park Hang Seo, Vietnam tercatat sudah dua kali mengalahkan Timnas Indonesia U-23.

Pada Maret 2019, Garuda Muda gagal lolos ke putaran Piala Asia 2020 usai menderita kekalahan 0-1 dari Vietnam.

Sebab itu, setelah di fase grup juga kembali menjungkalkan pasukan Indra Sjafri, Park Hang Seo sangat percaya diri untuk meraih kemenangan ketiga kalinya.

Namun, bagi Indonesia, khususnya di even SEA Games kali ini, kekalahan yang tidak diperkirakan sebelumnya karena sebab komposisi pemain dan taktik-strategi, tentu menjadi koreksi vital.

Pasukan Vietnam dan pelatihnya yang sangat yakin dapat kembali meredam Indonesia, wajib paham peribahasa "not even a donkey falls in the same hole twice" yang maknanya "hanya keledai yang jatuh dua kali di lubang yang sama."

Indra Sjafri dan pasukannya, tentu tidak akan membiarkan Vietnam terus menyerang. Sebaliknya, pertahanan terbaik dengan menyerang seperti diperagakan saat Evan Dimas dan kawan-kawan tampil menyingkirkan Myanmar, akan menjadi senjata ampuh menjungkalkan Vietnam. Penggawa Garuda Muda, tidak akan jatuh dua kali di lubang yang sama.

Dalam laga final, juga tidak boleh ada pemain yang "grusa-grusu" terus menekan namun mudah sekali kehilangan bola karena tak cerdas intelegensi dan personaliti (tiada ketenangan).

Tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun yang akan sangat mudah menjadi gol bagi lawan.

Saat meladeni Myanmar, dua gol lawan tercipta dengan mudah dan cepat hanya karena dua kesalahan yang sama dari pemain gelandang bertahan kita. Sudah begitu, di laga krusial, kesalahan elementer dari seorang penjaga gawang juga sangat harus dihindari.

Kelemahan lain yang wajib sangat dihindari adalah adanya pemain yang "menghambat tim" dengan terlalu lama menguasai bola dan akhirnya sangat mudah di rebut oleh lawan dan menjadikan serangan balik yang berujung menjadi gol dan kita kalah.

Pemain penghambat yang tak cerdas intelegensi ini, sudah sangat dihafal oleh publik sepak bola nasional. Meski memiliki kelebihan teknik, skill, seringnya menghambat, menjadi memontum bagi rekan lain hilang.

Bahkan publik sepak bola nasional, sampai mengucap, Osvaldo memang hebat, tapi intelgensi dan personalitinya jauh dari harapan.

Buktinya pemain Myanmar sampai rela di kartu merah wasit demi menendang Osvaldo. Alasanya jelas, Osvaldo hampir setiap saat tertangkap layar kaca, sedang melakukan provokasi kepada lawan yang menjaganya. Bahkan kepada semua tim lain. Tidak tahu di mana kecerdasan Osvaldo yang tidak memikirkan akibat dari tindakan yang sangat menengkelkan itu.

Publik Indonesia, kini sangat yakin, bahwa di partai final, Indra tidak akan lagi salah komposisi pemain dan salah taktik dan strategi. Mengahancurkan Vietnam senjatanya hanya satu kata, "menekan".

Semoga, Garuda tidak akan jatuh di lobang yang sama. Mengulang sejarah 1991, dan menambah rekor medali emas SEA Games menjadi yang ketiga. Pertama 1987, kedua 1991, dan ketiga 2019.

Kita nantikan, Selasa, 10 Desember 2019
19.00 WIB, Stadion Rizal Memorial Stadium, Manila akan menjadi saksi catatan sejarah itu. Selangkah lagi. Aamiin.

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB