x

2020

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 31 Desember 2019 23:21 WIB

2020: Pemimpin Bangsa Wajib Meneladani tentang Sabar, Bersyukur, dan Ikhlas

Sepanjang tahun 2019, pemimpin bangsa belum mampu meneladani sikap sabar, syukur, dan ikhlas kepada rakyat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahun 2019, kondisi ekonomi global lemah. Indikator dapat dilihat dari perdagangan internasional yang menunjukkan angka terlemahnya sejak 20 tahun. Hal ini diungkap oleh Menteri Ekonomi kita. 

"Karena kita semua tahu bahwa kondisi perekonomian tidak statis, dinamis. Dan hari-hari ini ekonomi global dalam arah melemah," kata Sri Mulyani di Kantor Pajak, Kamis (14/11/2019). 

Atas kondisi tersebut, maka pelemahan perekonomian global berimbas masuk ke perekonomian nasional, baik melalui jalur perdagangan, barang dan jasa, melalui jalur arus modal termasuk dana dan dari sisi psikologis dan sentimen. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karenanya, ekonomi Indonesia, seperti ekonomi negara lain, tidak pernah bisa bebas dari imbas kondisi ekonomi global. Jadi di tahun 2019, Indonesia pun mengalami pertumbuhan ekonomi yang paling lemah dibandingkan 20 tahun terakhir atau bahkan sebelum itu. 

Berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi yang melemah termasuk banyaknya hutang negara kita, namun kondisi pemimpin bangsa ini justru tak nampak ada keprihatinan, sebaliknya malah terus menancapkan kuku kekuasaan dengan bagi-bagi kursi dan uang rakyat untuk diri dan keluarga, kelompok, dan golongan-nya demi perekonomian "mereka". 

Sungguh, pemimpin dan para elite politik kita, jauh dari harapan untuk teladan rakyat biasa. Kendati ekonomi negara sedang kacau, tetapi mereka tetap hidup mewah dan hedonis. 

Setali tiga uang, tabiat dan perilaku jelek pemimpin bangsa ini, dijiplak mentah-mentah oleh rakyat. Meski kondisi ekonomi "lemah" kini semakin banyak rakyat yang memaksakan diri dengan gaya hidup hedonis, bahkan "sok jadi orang kaya baru". 

Namun, budaya "gali lubang tutup lubang", masih sangat kental dalam kehidupan ekonomi rakyat kita. Semua maunya yang enak-enak, yang menyenangkan, dan sejenisnya. Perjalanan tahun demi tahun hingga penghujung tahun 2019, sangat terasa bahwa "manusia Indonesia" dari segi ekonomi masih jauh dari sikap sabar, ikhlas, dan bersyukur. 

Dari pemimpin hingga rakyat biasa, maunya hidup senang, mewah, menguasa, banyak harta, dan bagi tahta, namun miskin hati. Meski pemimpin tetap bersandiwara dengan gaya hidup sederhana, namun rakyat tahu, mereka tetap rakus akan harta. 

Karenanya, seberapa pun harta dan tahta di dapat, maka akan tetap mengeluh dan mengeluh. Tidak ada syukurnya. Saling telikung dan sejenisnya. Tidak pernah bersabar atas berbagai kondisi, lalu "hantam kromo" terhadap semua persoalan.Tidak ikhlas bila orang lain lebih berhasil atau lebih untung. 

Berbagai persoalan yang terus menghimpit bangsa ini, memang karena "manusia-nya" yang terus "gila harta". Dapat saya simpulkan bahwa sikap sabar, bersyukur, dan ikhlas tetap masih menjadi barang mahal sepanjang tahun 2019 di individu-individu rakyat Indonesia. 

Akibat gaya hidup hedonis yang sangat menonjol, maka semua rakyat tidak sabar untuk dapat lepas dari himpitan ekonomi. Bagi yang sudah hidup berkecukupan, masih banyak sekali yang jauh dari sikap ikhlas untuk berbagi, karena merasanya hidup hanya untuk diri dan keluarganya atau koleganya. 

Pada akhirnya, sikap bersyukur menjadi hal yang paling sulit kita temukan. Karena sudah tergerus budaya hedon, maka bila segala sesuatu tidak sesuai dengan ekspetasi dan keinginannya, maka tidak pernah akan ada rasa syukur. 

Maka, lengkaplah bahwa sepanjang tahun 2019, saat ekonomi global dan ekonomi Indonesia terpuruk dan Indonesia masih berkutat dengan "hutang", sikap pemimpin hingga rakyat biasa masih sangat memprihatinkan dari manusia-manusia yang pandai bersabar, bersyukur, dan ikhlas. 

Yang pasti, bila tahun 2020, Indonesia mau dipenuhi manusia-manusia yang pandai bersabar, pandai bersyukur, dan pandai ikhlas, pemimpin bangsa wajib meneladani. 

Bila itu tidak terjadi, maka tahun 2020 akan semakin sulit menemukan manusia Indonesia yang pandai bersabar, pandai bersyukur, dan pandai ikhlas. Semoga tidak. Aamiin. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu