Gawat, Iran Siapkan Perang Besar, ‘Tumbanglah Amerika’: Perang Dunia Ketiga?

Senin, 6 Januari 2020 19:49 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iran vs AS
Iklan

Pemandangan tak wajar nampak di jalanan kota Teheran, Iran. Ratusan ribu orang menghadiri prosesi pemakaman Pemimpin Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Jenderal Qasem Soleimani.

Pemandangan tak wajar  nampak di  jalanan kota Teheran, Iran. Ratusan ribu orang menghadiri prosesi pemakaman  Pemimpin  Pasukan Quds Garda Revolusi Iran,  Jenderal Qasem Soleimani.  Sang jenderal meninggal setelah  mobilnya diserang lewat udara  oleh Amerika Serikat.

Lautan manusia memusat di  area sekitar Universitas Teheran yang menjadi lokasi prosesi pada 6 Januari 2020.  Media negara-negara Barat menyoroti  fenomena yang luar biasa itu dengan memapang foto-foto prosesi yag emosional itu di halam depan situs berita.  


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dieluk-elukan sebagai pahlawan, prosesi pemakaman Soleimani  dilakukan  secara bergilir di berbagai kota di Iran  sejak akhir pekan.  Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, hadir dalam prosesi di Teheran kali ini dengan membacakan doa bagi jenazah Soleimani.

Bendera merah berkibar di mana-mana.  Ada juga yang membawa poster, "Tumbanglah Amerika Serikat".  Menurut pakar dari Center for Global Policy, Hassan Hassan, pengibaran bendera merah itu memiliki satu makna: perang.  "Iran mengibarkan bendera merah di atas majid di Qom, sebuah pertanda perang besar akan datang," tulis Hassan via Twitter.

Adapun  CNN melaporkan,  bendera merah juga dikibarkan di Masjid Jamkaran. Bendera merah itu adalah simbol pembalasan terhadap kematian Husein saat Perang Karbala (680 M). Husein adalah cucu dari Nabi Muhammad SAW yang memimpin perang melawan kekhalifahan Umayyah di padang Karbala. Husein merupakan sosok penting dalam ajaran Syiah. Ia meninggal di Karbala bersama adik tirinya yang setia, Abbas.

 Selanjutnya:  gertakan Trump
<--more-->

Gertakan Trump
Adapun Presiden Donald Trump mengancam Iran dengan menyatakan pasukan AS telah menarget 52 situs yang sangat penting bagi Iran dan budayanya, jika negara itu membalas kematian  Jenderal Qassem Soleimani.

Trump melalui Twitter menyatakan soal ancamannya itu dengan memberikan tekanan pada kalimat serangan terhadap 52 sasaran itu akan dilakukan secara sangat cepat dan sangat keras.

 

"Kami telah menarget 52 tempat di Iran (merepresentasikan 52 orang warga Amerika yang ditawan oleh Iran setelah kedutaan AS di Teheran diserang pada November 1979), beberapa di antaranya sangat penting bagi Iran dan budaya Iran," tulis Trump.

"Jika Iran menyerang Amerika, atau aset Amerika, Iran sendiri akan diterjang dengan sangat cepat dan sangat keras," kata Trump dalam sejumlah cuitannya di Twitter, seperti dilansir dari CNN.

Menurut Trump, Iran terlalu berani menyasar aset-aset AS sebagai upaya balas dendam atas kematian Soleiman yang telah terlibat dalam sejumlah pembunuhan warga Amerika dan orang-orang lain sepanjang hidupnya, termasuk baru-baru ini membunuh ratusan pengunjuk rasa warga Iran.

"Dia baru saja menyerang Kedutaan kami, dan bersiap melakukan serangan di lokasi lain. Iran tidak ada apa-apanya kecuali masalah selama beberapa tahun ini," cuit Trump. Trump kemudian menegaskan: "AS ingin tidak ada lagi ancaman!"

Menurut laporan Reuters, meski Trump menyebut angka 52 situs milik Iran yang akan diserang, namun Trump tidak menyebut satupun lokasi itu.

Selanjutnya: Perang Dunia 3?
<--more-->
Seberapa besar kemungkinan Perang Dunia ketiga?  Wartawan pertahanan dan diplomatik  BBC Jonathan Marcus menjawab pertanyaan seputar masalah  genting ini.  Berikut ini petikannya  seperti ditulis dalam situs bbc.:

Akan terjadi  Perang Dunia I?
Meskipun beberapa orang menyebut pembunuhan Soleimani sebagai "deklarasi perang" dari Amerika Serikat terhadap Iran, penting untuk tidak melebih-lebihkan atau meremehkan signifikansi momen ini.

Ini tidak akan memicu Perang Dunia Tiga. Aktor kunci yang bisa terlibat dalam konflik seperti itu, misalnya Rusia dan China, tidak menjadi pemain penting dalam drama ini.Tapi ini bisa menjadi momen yang menentukan bagi Timur Tengah dan bagi peran Washington di dalamnya.

Apakah legal untuk membunuh seseorang seperti ini, berdasarkan hukum internasional?
AS akan berargumen bahwa Soleimani bertanggung jawab atas serangan tanpa alasan terhadap pasukan Amerika di Irak. Pasukan  Quds yang ia pimpin juga dipandang AS sebagai organisasi pendukung teroris. Jadi pembunuhannya bisa mengikuti narasi legal AS.

Namun pakar hukum internasional ternama, Profesor Mary Ellen O'Connell dari Sekolah Hukum Notre Dame, punya pandangan ini tentang implikasi hukumnya:

"Serangan pendahuluan atas nama membela diri tidak bisa menjadi pembenaran legal atas pembunuhan. Tidak ada yang bisa. Hukum yang relevan adalah Piagam PBB, yang mendefinisikan pembelaan diri sebagai hak untuk merespon serangan bersenjata yang aktual dan signifikan," ujarnya.

"Penggunan dron untuk membunuh jenderal Iran Qasem Soleimani di Baghdad bukan merupakan respon terhadap serangan bersenjata terhadap AS. Iran tidak menyerang wilayah kedaulatan AS."

"Dalam kasus ini, AS tidak hanya telah melakukan pembunuhan di luar proses hukum, mereka telah melancarkan serangan yang melanggar hukum di dalam Irak."

Apakah serangan ini diperintahkan untuk mengalihkan Presiden Trump dari sidang pemakzulan?
Gampang untuk membuat tudingan seperti ini tapi, meskipun pertimbangan politik domestik selalu penting – apalagi selama tahun pemilu bagi Presiden Trump – keputusan ini merupakan produk dari dua faktor: kesempatan dan situasi.

Konteksnya tampaknya serangan yang semakin besar terhadap fasilitas AS di Irak, beserta pernyataan samar-samar dari Pentagon tentang rencana serangan di masa depan.

Adakah bahaya Iran memilih respon nuklir? Apakah mereka punya kapabilitas nuklir?
Tidak. Iran tidak memiliki program senjata nuklir, meskipun mereka masih punya banyak elemen yang mendukung program seperti itu serta pengetahuan tentang cara menjalankannya. Iran selalu bersikeras bahwa mereka tidak menginginkan bom nuklir.

Tapi Iran telah menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi mematuhi batasan-batasan yang diterapkan oleh kesepakatan nuklir 2015. Dalam sebuah pernyataan, mereka mengatakan tidak akan lagi membatasi kapasitas untuk pengayaan uranium, tingkat pengayaan, stok bahan-bahan yang diperkaya, atau penelitian dan pengembangan. 

BBC|CNN| Reuters| berbagai sumber

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler