Mistik dan Mitos Menjadi Tren di Kalangan Masyarakat

Kamis, 9 Januari 2020 15:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kepercayaan adalah suatu kebutuhan yang mendasar pada manusia, kepercayaan merupakan sandaran nilai, fitrah yang patuh dan tunduk pada sesuatu yang bersifat absolut dan mutlak. Mistik dan mitos hanya sekedar kepercayaan leluhur yang kemudian menjadi budaya masyarakat masa moderen.

Berbicara masalah mistik dan mitos tidak ada habis-habisnya. Persoalan itu sudah menjadi buah bibir dikalangan masyarakat kota maupun pedesaan. Kepercayaan ini dianggap diluar akal sehat manusia sebagai makhluk rasional.

Kepercayaan sesungguhnya adalah sebuah kebutuhan yang mendasar pada manusia, disamping itu bahwa kepercayaan merupakan fitrah manusia untuk tunduk dan patuh kepada sesuatu yang bersifat mutlak dan absolut. Kepercayaan juga merupakan sandaran nilai. Manusia tidak mungkin hidup tampa kepercayaan.

Kepercayaan merujuk pada sandaran nilai yang tidak berfaedah, kemudian nilai-nilai mengacu pada fitrah manusia dan kebiasaan masyarakat. Kebiasaan itu mengacu pada hal-hal yang bersifat mistik, kemudian dianggap sebagai budaya leluhur pada wilaya tersebut. Bahwa sudah jelas mereka terjebak pada sesuatu yang dilarang oleh agama.

Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus bahwa kepercayaan masayarakat masa itu bahwa Tuhan bagi orang orang Arab dikala itu adalah Dewa Air atau dewa yang mengairi bumi sehingga menyuburkan pertanian dan tumbuh-tumbuhan serta memberi minuman pada ternak-ternak. Selanjutnya Islam datang dengan mengubah konsep bahwa Allah yang selama ini yang diyakini oleh orang Arab yaitu Allah Yang Maha Esa, tempat berlindung bagi segala yang ada dan tidak beranak dan tidak diperanakan, tidak ada satupun yang menyerupainya. ( NDP Islam Mazhab HMI)

Allah SWT berfirman, dan sesungguhnya jika engkau bertanya kepada mereka ya Muhammad, siapakah yang menciptakan seluruh langit dan bumi pastilah mereka menjawab, Allah.   

Dan pada ayat yang lain dikatakan, Dan jika engkau Muhammad tanyakan kepada mereka, siapakah yang menurunkan air hujan dari langit, sehingga air itu bumi dihidupkan sesudah kematian, pastilah mereka akan menjawab, Allah.

Efek kepercayaan mistik dan mitos itu, kemudian  merambat pada kalangan generasi kedepan, sehingga membatasi keterbukaan berfikir yang sifatnya kaku, pola pikir yang sifatnya klasik, terlihat tidak asik dikalangan pemuda dan intelektual masa modern ini. Sangat lucu lagi ketika kaum-kaum intelektual terjebak dalam pola pikir yang sifat nya seperti itu, melenceng dari apa yang dipelajari dari rung kelas dan bangku kuliah, disaat duduk melingkar diforum organisasi kemahasiswaan.

Kaum intelektual lebih mengedepankan berfikir yang sifatnya ilmu pengetahuan berlandaskan pada referensi yang sudah diuji kebenaran nya (Al-qur’an, Hadist dan buku ilmiah) itu menjadi kekuatan kita dan sebagai pondasi untuk mencampai kebenaran. Bukan hanya sebatas pola berfikir dan bertindak yang semata-mata pada isting (kebiasaan) yang hanya didengar pada cerita dan dongeng masa lalu.

Tetapi perlu kita identifikasi dan klarifikasi persoalan itu melalui (IPTEK) yang dilakukan dalam ruang laboratorium (penelitian) untuk menguji kebenaran yang terjadi. Jadi perlu kita sebagai kaum intelektual menengahi persoalan ini, sehingga masayarakat tidak terjebak pada pola berfikir yang sifatnya mistik dan mitos itu. Bukan semata-mata kita menyalahkan mereka, karena keterbatasan ilmu pengetahuan sehingga mereka tidak bisa memposisikan sesuatu yang sifatnya rasional.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler