Trump Bikin Gara-gara Lagi, Terang-terangan Sokong Pendemo Pemerintah Iran

Minggu, 12 Januari 2020 10:02 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Krisis Iran
Iklan

Krisis politik kini terjadi di Iran menyusul insiden salah tembak terhadap pesawat penumpang Ukraina PS752. Ratusan mahasiswa berkumpul di beberapa titik pusat kota Teheran, Iran.

Krisis politik kini terjadi di Iran  menyusul  insiden salah tembak terhadap pesawat penumpang Ukraina PS752. Ratusan mahasiswa berkumpul di beberapa titik pusat kota Teheran, Iran, untuk memberi penghormatan kepada 176 korban pesawat yang jatuh. Para mahasiswa juga mengkritik  penembakan tersebut.

Seperti dilaporkan  oleh Dailymail, para pendemo juga mulai menuntut agar Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengundurkan diri setelah rejimnya mengakui  menembak jatuh pesawat penumpang sipil. Protes itu setidaknya meletup di empat lokasi di Teheran.


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di tengah situasi itulah, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendukung demonstrasi yang dilakukan rakyat Iran. Dukungan itu disampaikan Trump lewat akun Twitter-nya, @realDonaldTrump.

"Kepada orang-orang Iran yang pemberani dan menderita: Saya telah mendukung Anda sejak awal kepresidenan saya dan pemerintah saya akan terus mendukung Anda. Kami mengikuti protes Anda dengan cermat. Keberanianmu menginspirasi," tulis Trump, 12 Januari 2020.

Trump juga  meminta Pemerintah Iran mengizinkan kelompok pro  hak asasi manusia  memantau dan melaporkan  protes yang sedang berlangsung oleh rakyat Iran.” Tidak akan ada lagi pembantaian demonstran damai, atau penghentian internet. Dunia menyaksikan," tulis  Trump lagi.

 

Media Inggris,  Guardian,  mengambarkan bahwa Iran kini menghadapi kemungkinan krisis terbesar sejak revolusi Islam 1979. Para ulama senior, pemimpin politik dan militer berusaha keras untuk mengatasi dampak dari apa yang oleh Presiden Hassan Rouhani disebut sebagai "kesalahan bencana".

Krisis politik di Iran mulai terjadi setelah  Amerika Serikat   membunuh  Jenderal Qasem Soleimani. Pembunuhan lewat serangan udara yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump itu memacing amarah Iran.  Pemerintah Iran pun melancarkan serangan balasan dengan  menghujani basis militer AS di Irak dengan rudal pada dini hari,  8 Januari 2020.  Tapi beberapa jam kemudian, insiden salah tembak itu terjadi.

 

Selanjutnya: Iran Tangkap Dubes Inggris
<--more-->

Duta besar Inggris sempat ditangkap
Duta Besar Inggris untuk Iran, Robert Macaire, sempat ditangkap saat  bereda di  lokasi demonstrasi di depan Universitas Amir Kabir di Teheran, Sabtu 11 Januari.   Ia dianggap “menghasut” para pemrotes. Kantor berita Tasnim Iran mengatakan dia dibebaskan beberapa jam kemudian.

Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab,  mengatakan: "Penangkapan duta besar kami di Teheran tanpa alasan atau penjelasan adalah pelanggaran mencolok hukum internasional."

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan penyelidikan terhadap Korps Penjaga Revolusioner Islam (IRGC) yang selama ini  tidak tersentuh.  Pasukan merekalah yang meluncurkan rudal yang menumbangkan Flight 752.

Komandan senior IRGC, Amir Ali Hajizadeh, secara terbuka mengakui bahwa dia tahu pesawat itu ditembak jatuh dengan segera, dan meminta pengampunan.   Ia  meminta maaf kepada bangsa di televisi dan mengatakan kelompok itu bertanggung jawab penuh, mengatakan ia berharap "Aku bisa mati" ketika ia mendengar tentang insiden itu.


Operator rudal yang bertindak sendiri karena "gangguan komunikasi" telah mengira Boeing 737 sebagai rudal jelajah yang menuju ke situs IRGC yang sensitif, dan hanya memiliki 10 detik untuk memutuskan apakah akan menembak, katanya.  Mereka  sebetulnya wajib melakukan kontak dan mendapatkan verifikasi. Namun ternyata, sistem komunikasinya mengalami beberapa gangguan.  (Dailymail|Guardian|AFP)

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler