Krisis politik kini terjadi di Iran menyusul insiden salah tembak terhadap pesawat penumpang Ukraina PS752. Ratusan mahasiswa berkumpul di beberapa titik pusat kota Teheran, Iran, untuk memberi penghormatan kepada 176 korban pesawat yang jatuh. Para mahasiswa juga mengkritik penembakan tersebut.
Seperti dilaporkan oleh Dailymail, para pendemo juga mulai menuntut agar Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengundurkan diri setelah rejimnya mengakui menembak jatuh pesawat penumpang sipil. Protes itu setidaknya meletup di empat lokasi di Teheran.
Di tengah situasi itulah, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendukung demonstrasi yang dilakukan rakyat Iran. Dukungan itu disampaikan Trump lewat akun Twitter-nya, @realDonaldTrump.
"Kepada orang-orang Iran yang pemberani dan menderita: Saya telah mendukung Anda sejak awal kepresidenan saya dan pemerintah saya akan terus mendukung Anda. Kami mengikuti protes Anda dengan cermat. Keberanianmu menginspirasi," tulis Trump, 12 Januari 2020.
Trump juga meminta Pemerintah Iran mengizinkan kelompok pro hak asasi manusia memantau dan melaporkan protes yang sedang berlangsung oleh rakyat Iran.” Tidak akan ada lagi pembantaian demonstran damai, atau penghentian internet. Dunia menyaksikan," tulis Trump lagi.
Media Inggris, Guardian, mengambarkan bahwa Iran kini menghadapi kemungkinan krisis terbesar sejak revolusi Islam 1979. Para ulama senior, pemimpin politik dan militer berusaha keras untuk mengatasi dampak dari apa yang oleh Presiden Hassan Rouhani disebut sebagai "kesalahan bencana".
Krisis politik di Iran mulai terjadi setelah Amerika Serikat membunuh Jenderal Qasem Soleimani. Pembunuhan lewat serangan udara yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump itu memacing amarah Iran. Pemerintah Iran pun melancarkan serangan balasan dengan menghujani basis militer AS di Irak dengan rudal pada dini hari, 8 Januari 2020. Tapi beberapa jam kemudian, insiden salah tembak itu terjadi.
Selanjutnya: Iran Tangkap Dubes Inggris
Ikuti tulisan menarik Anas M lainnya di sini.