Konflik Natuna: Kapal Ikan Cuma Kedok? China pun Punya Drone Mata-mata Laut
Jumat, 17 Januari 2020 05:43 WIBAkhir-akhir ini, media China atau Tiongkok memberitakan tentang pemberian hadiah bagi yang menemukan "alat mata-mata asing." Di balik berita di media resmi China itu, ada sesuatu yang dipenuhi tanda tanya.
Akhir-akhir ini, media China atau Tiongkok memberitakan tentang pemberian hadiah bagi nelayan yang menemukan "alat mata-mata asing." Nelayan yang beruntung mencapai 11 orang, satu perempuan dan selebihnya laki laki. Mereka menemukan tujuh alat.
Menurut BBCIndonesia, sayembara seperti itu bukan yang pertama. Pada 2018, sebanyak 18 orang diberi hadian karena menemukan sembilan alat. Hadiah diperebutkan mencapai sekitar 500.000 yuan atau sekitar Rp1,2 miliar, sekitar 17 kali lebih tinggi dari pendapatan rata-rata di China.
Negara Tiongkok rupanya sedang membersihkan mata-mata di bawah laut yang berupa drone. Tak hanya memerangi drone dari negara lain, China sendiri diduga banyak menebar drone di laut. Negara ini juga punya milisi maritim sipil yang bisa juga berkedok sebagai nelayan pencara ikan.
Dalam strategi pertahan dan pertarungan gobal, drone di laut memang penting. Nah, Indonesia tampaknya belum terlalu peduli soal ini. Padaha, benda yang diduga drone dari China pernah sampai di perairan Bintan, Riau tahun lalu.
Menghadang mata-mata musuh
Pembersihan drone itu dilakukan China di perairan yang menghadap ke Jepang dan Korea Selatan, sementara letak Taiwan sekitar 1.000 kilometer di selatan. Letak geografis seperti ini dan besarnya kehadiran Amerika Serikat di kawasan menjelaskan mengapa para nelayan sering menemukan alat mata-mata ini.
Dikutip oleh BBC, pakar dan konsultan regional Alexander Neill mengatakan mungkin alat ini berasal dari "Kapal Angkatan Laut AS, pasukan keamanan Jepang atau mungkin Taiwan, karena di wilayah ini terjadi persaingan tinggi."
Pada 2009, Angkatan Laut AS pernah mensponsori penelitian drone bawah laut, yang dikenal sebagai "alat bawah laut tak berawak", "unmanned undersea vehicles (UUV)". Penelitian ini merekomendasikan tujuh cara penggunaan UUV untuk melacak kapal selam musuh, memonitor kabel laut, hingga mengerahkan perlengkapan mata-mata.
Sebagian nelayan sendiri adalah bagian dari militer dan hal ini menjelaskan mengapa mereka terus menemukan alat militer ini.
Selanjutnya: milisi sipil maritim China
<--more-->
China pun menggerahkan milisi maritim
Menurut Profesor Andrew S Erickso seperti dikutip BBC, China juga membangun milisi maritim yang kuat. Menurut laporan Kementerian Pertahanan AS pada 2017, organisasi ini memainkan "peran penting dalam sejumlah operasi militer selama bertahun-tahun."
Sebelumnya, organisasi ini menyewa kapal dari perusahaan-perusahaan atau nelayan. Kementerian Pertahanan mengatakan tampaknya "China membangun armada resmi untuk pasukan milisi."
Neill mengatakan banyak kapal yang "berkeliaran seperti kapal ikan" dan mereka sebenarnya melakukan mata-mata Angkatan Laut dan mata-mata terhadap "saingan-saingan China."
"Di atas kertas mereka tampak canggih dengan kapal pukat," katanya. "Namun armada ini sebenarnya adalah kapal dengan jenis militer dengan tonase tinggi."
"Bila Anda lihat foto-fotonya, jelas bahwa armada ini satu jaringan dengan kemampuan sinyal melalui komando (Angkatan Laut) dan kontrol jaringan." Pada dasarnya armada perikanan ini dapat memberikan pertahanan atau pengintaian awal - pasukan militer yang bekerja dengan kedok sipil.
"Armada perikanan China dijadikan milisi," kata Neill. "Saya rasa - melalui informasi yang saya gali sedikit -mereka ini (para nelayan Jiangsu) mungkin juga menjadi bagian dari itu," tambahnya.
Selanjutnya: drone Cina di Riau
<--more-->
Temuan drone di Riau
Kita masih ingat, benda yang diduga drone pernah ditemuakan di perairan Bintan, Riau, tahun lalu. Walaupun asalnya belum dipastikan, para pakar curigai alat itu adalah bagian dari pengintaian yang dilakukan China, atau yang disebut "Great Underwater Wall of China" atau "Tembok Besar Bawah Laut China."
Kapolres Bintan, AKBP Boy Herlambang mengatakan benda aneh yang ditemukan warga di Perairan Pulau Tenggel, Kecamatan Bintan Pesisir itu bukan rudal. "Itu bukan rudal tetapi drone laut yang biasanya digunakan untuk penelitian bawah laut," kata Boy, 23 Maret 2019.
Drone laut itu buatan dari negeri Tirai Bambu. Sebab badan kapal selam tanpa awak itu bertuliskan aksara Cina. Menurut dia, asal usul drone tersebut dari salah satu lembaga penelitian yang juga berasal dari Cina.
"Drone ini buatan Cina. Mungkin lembaga penelitian dari Cina melakukan penelitian namun hanyut sampai ke Pulau Tenggel," katanya.
Pemerintah Indonesia tampanya harus lebih jeli. Soalnya “ drone lembaga penelitian” atau kapal pencari ikan, bisa berfungsi ganda, yakni menjalan juga tugas pertahanan maritim negara tersebut.
***
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Dahsyatnya Corona: 300 Lebih Orang Tewas, 14 Ribu Terinfeksi, 24 Negara Tertular
Minggu, 2 Februari 2020 19:38 WIBMensesneg Minta Revitalisasi Monas Distop, Inilah 3 Blunder Gubernur Anies
Senin, 27 Januari 2020 21:12 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler