x

Iklan

Abd AS

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Februari 2020

Minggu, 2 Februari 2020 19:40 WIB

Apakah Zul Hasan Masih Layak Dipilih?

Akibat dari bobroknya tata kelola partai, suara partai di daerah menguap pun persentase secara nasional. Karena tidak dikawal dengan baik di TPS. Kader-kader potensial yang mestinya lolos sebagai anggota DPR/DPRD, akhirnya tergerus suaranya di tingkat TPS.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketidakmampuan PAN di era Zul Hasan memenej saksi Pemilu 2019, adalah puncak dari bobroknya infrastruktur partai selama satu periode kepemimpinannya di PAN (2015-2020). Dengan modal per saksi Rp.50 ribu, partai dipaksa berkompetisi di medan laga, berhadapan dengan saksi partai lain, dengan dana saksi di kisaran Rp.350 ribu-Rp.500 ribu.

Oleh beberapa pengamat berkenaamaan di tanah air, semisal Siti Zuhro dari LIPI, menyebutkan, melorotnya PAN pada Pemilu 2019, adalah dampak dari lemahnya kapabilitas dan inovasi ketum PAN saat ini. Bahkan Arbi Sanit dalam komentarnya pada 30/1/2020, secara jelas mengatakan, PAN akan punah dengan keberadaan Zul Hasan di pusaran korupsi saat ini.

Sekarang jelang kongres PAN, banyak DPD yang mengaku, diiming-iming lagi dengan janji manis dan angin surga. Sementara, janji-janji manis Zulhasan pada Kongres Bali 2015 belum ditunaikan. Pikirkan dengan akal sehat, Janji 2015 di Bali ia ingkari, lalu sekarang janji manis lagi. Salah satu kebohongan Zul Hasan yang paling nyata dan memiliki jejak digital paling kuat adalah, janji sebagai ketum PAN satu periode. Janji itu kini benar-benar ia ingkari. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau kongres kali ini, misalkan Zul Hasan punya resource yang besar sebagai petahana, kenapa resource tersebut tak digunakan untuk membayar dana saksi? Bukan sebagai biaya untuk dia kembali berkuasa di partai. Kepada saudara-saudaraku PAN se tanah air. Mari berfikir dengan akal sehat. Bedakan, mana janji palsu dan mana yang genuine.

Akibat dari bobroknya tata kelola partai, suara partai di daerah menguap pun persentase secara nasional. Karena tidak dikawal dengan baik di TPS. Kader-kader potensial yang mestinya lolos sebagai anggota DPR/DPRD, akhirnya tergerus suaranya di tingkat TPS. 

Padahal, kalau mau dipikir-pikir, tidak sedikit sumberdaya partai, yang bisa dikonversi sebagai dana saksi. Dengan sumbangsih calon kepala daerah, dari total Pilkada 2015-2017 sekitar 370 Pilkada, pun kontribusi Capres/Cawapres pada Pilpres 2019 yang tak jelas pertanggungjawabannya. Ini adalah sumberdaya partai yang bisa dikelola untuk menangani problem-problem infrastruktur kepemiluan seperti dana saksi TPS.

Sekali lagi, mari kita berfikir secara logis, apa masih pantas Zul Hasan dua periode?

Pada era kepemimpinan Zul Hasan, ia baru saja selesai sebagai menteri kehutanan dan menjabat sebagai ketua MPR aktif. Artinya, Zul Hasan masih memiliki resources untuk mengelola partai. Namun apa faktanya? Ternyata ia tidak mampu. Gagal ! Sementara saat ini, ia cuma seorang wakil ketua MPR bagian persidangan. Artinya, resources Zul Hasan untuk mengelola partai semakin kecil. Ditambah lagi kemampuan manajerial yang lemah. Bagaimana masa depan PAN?

 Dengan kemampuan resources yang makin menipis dan kapabilitas mengelola organisasi yang lemah (secara leadership dan manajerial), maka bisa diperkirakan, ke depan, PAN akan terperosok dan mengecil di Pemilu 2024. Bahkan bisa punah seperti partai Hanura.

Apalagi Zul Hasan sendiri adalah faktor yang sangat lemah untuk membentuk brand awareness PAN. Sebagai contoh, di daerah asalnya—Dapil Lampung, suara PAN flat bahkan cenderung melorot dari Pemilu 2009-2014 ke 2014-2019. Di DPRD Lampung misalnya, kursi PAN berada di bawah PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, Demokrat dan PKS. Padahal ini adalah kampung halaman ketum PAN, Zul Kifli Hasan. 

Di PAN, Zul Hasan bukan sebagai trademark PAN. Tidak diterima PAN dan Zulhasan di Kabinet Jokowi II, adalah faktor lemahnya daya tawar Zulhasan dan PAN. Justru di media, jika kita lihat pada Pilpres 2019, semakin tinggi publisitasnya, dalam beberapa hal, justru ia menjadi public enemy dari sisi konfigurasi politik Pilpres 2019. Itu bisa dilihat dari komentar-komentar sarkastik terhadap berita tentang Zul Hasan. 

Semoga akal sehat kita bisa mencerna, menimbang dan memikirkan masa depan PAN lima tahun ke depan. Di bilik suara nanti, dengan nurani dan ujung jari anda, nasib PAN ditentukan lima tahun ke depan. Dengan senantiasa mengharapkan rahmat dan ridha dari Tuhan Yang Maha Esa, mari kita bikin perubahan. Tolak rezim Zulhasan dan status quo

 

Ikuti tulisan menarik Abd AS lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB