x

googel

Iklan

CHADIJAH SUPARMAN

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 Januari 2020

Rabu, 5 Februari 2020 07:04 WIB

Tujuh Metode dalam Menjaga Surat Cinta

artikel ini mengajarkan kita untuk tetap menjaga apa yang kita miliki, apa lagi menjaga kitab sang pemilik cinta

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kiat-kiat Menguatkan Hafalan

Seperti yang kita ketahui, pengulangan hafalan yang biasa di kenal dalam kosa kata bahasa arab yaitu murajaah, ternyata sangat berpengaruh dalam dunia dan akhirat kita. Kebanyakan dari penghafal Al-Qur’an tidak memperhatikan apa yang telah mereka hafalkan, saat ditanyakan tentang suatu ayat jawabannya sangat mengharukan, seperti hafalan baru yang baru saja di hafalkannya kemarin.

Ini gambaran yang membuat miris para penghafal Al-Qur’an, jika kita mendapatkan hal seperti ini, jangan kita katakan bahwa dia adalah penghafal Al-Qur’an, akan tetapi Hamilal Qur’an (pembawa Al-Qur’an). Karena, yang pantas di katakan penghafan Al-Qur’an dialah yang mutqin dalam hafalannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam proses pengulangan hafalan tidak hanya sekedar pengulangan, akan tetapi dalam pengulangan hafalan sangat dibutuhkan stamina untuk tetap istiqamah. Sebenarnya, dalam memurajaah hafalan tidak dapat dipaksakan, melainkan tergantung kemauan dari diri sendiri, jika tidak dari diri sendiri sangat sulit untuk fokus terhadap hafalan.

Perlu kita ketahui, bahwa kunci utama menjadi seorang penghafal Al-Qur’an yaitu harus memiliki tekat yang kuat. Kekuatan hafalan tergantung dari kemauan yang ada pada diri kita, karena seorang penghafal Al-Qur’an sejati bukan seperti orang yang hanya sekedar menghafalnya tanpa ada kemauan, tetapi seorang penghafal yang sejati ketika dia menghafal lalu menjaganya.

Dengan begitu, perlu kita ketahui bahwa memurajaah hafalan memiliki cara yang tepat untuk mendapatkan hafalan yang baik dan lancar, dan cara itu memiliki beberapa metode. Metode pertama, yaitu menyusun target. Seorang penghafal Al-Qur’an pasti memiliki target tersendirinya, baik itu 3 juz perhari ataupun 5 juz sesuai dengan daya tanggap yang dia miliki. Sementara itu, ada juga yang bahkan belum mampu untuk menyelesaikan 3 juz dalam perhari, walaupun sedikit seperti satu halaman perhari tidak menjadi masalah, akan tetapi tujuan utamanya yaitu tetap konsisten pada jalannya.

Metode kedua, yaitu durasi atau kecepatan dalam menghafal. Benar saja, setiap orang sangat memiliki perbedaan dalam durasi atau kecepatan pada penghafalan, biasanya ada yang dapat menyelesaikan hafalan satu juz dalam durasi 30 menit atau bahkan ada yang mencapai sampai 1,5 jam. Akan tetepi, dengan menghafal lambat dia dapat membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lainnya dan itu membutuhkan konsentrasi yang ekstra.

Melangkah ke metode yang ketiga, yaitu mengulang hafalan tiap kali sholat dengan tartil dan makhorijil huruf yang baik dan benar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an “warattilil Qur’ana tartilaa” (QS. Al-muzammil:4) Allah azza wajalla memiritahkan kita untuk membaca ataupun menghafal dengan tartil atau bisa dibilang dengan tajwid. Karena, dengan memerhatikan tajwid dan tempat keluarnya huruf membuat hafalan atau bacaan enak didengar oleh telinga para pendengar.

Penghafal Al-Qur’an biasanya sangat mementingkan akan banyak hafalan yang mereka miliki tanpa memikirkan tajwid ataupun makhorijil huruf, dan juga mereka sangat fokus terhadap hafalan baru dari pada memurajaah hafalan mereka yang lalu. Perlu diingat, bahwa semakin banyak hafalan semakin banyak beban, hafalan yang lancar tidak akan menjadi beban bahkan sebaliknya hafalan yang tidak lancar bahkan sangat membebani dalam murajaah. Dengan begitu, memiliki hafalan yang sedikit tapi lancar lebih baik dari pada fokus dalam hafalan baru tapi melupakan hafalan lama.

Selanjutnya, pada metode keempat, kita akan membahas tentang gonta-ganti mushaf. Dalam pembahasan ini, perlu kita ketahui bahwa ternyata mengganti mushaf sangat berkaitan dengan kelancaraan hafalan yang kita miliki, dikarenakan setiap mushaf berbeda tata letak ataupun jumlah ayat dalam satu halaman. Dengan begitu, kita harus tetap memakai satu mushaf tanpa harus menggonta-gantinya.

Ada juga yang mengatakan, bahwa sangat sulit untuk memurajah hafalan ketika sekeliling kita tidak ada yang memurajaahnya. Nah, disinilah kita melangkah ke metode kelima, yaitu lingungan dan teman. Ketika lingkungan yang kita miliki lebih fokus terhadap ilmu duniawi, kita yang memulai untuk mengajak mereka dalam membagi waktu untuk mempelajari ilmu dunia dan ilmu akhirat, karena bagaimanapun juga ketika seorang lebih memfokuskan diri terhadap ilmu dunia maka ilmu akhirat tidak akan mengikutinya. Tapi sebaliknya, ketika kita memfokuskan diri terhadap ilmu akhirat maka ilmu dunia akan mengikutinya.

Metode keenam, yaitu paham terhadap apa yang telah dihafalkannya, ini adalah cara yang paling mudah dalam menghafal Al-Qur’an dan murajaah. Mengapa? Karena, dengan memahami arti yang telah dihafalkannya ataupun dibacanya dapat pula kita mentadabburi ayat-ayat tersebut, disinilah kita mendapatkan cara mudah dalam menghafal Al-Qur’an.

Melangkah ke metode terakhir, yaitu menyisihkan waktu khusus untuk bersama dengan Al-Qur’an. Metode yang satu ini sangat dibutuhkan untuk orang yang terlalu sibuk dalam pekerjaannya, dikarenakan jika tidak memiliki waktu khusus atau konsisten terhadap waktu yang telah dia tetapkan, maka dia akan melupakan hafalan yang telah dia hafalkan, dan melupakan pula waktu untuk bersama dengan Al-Qur’an.

Seorang penghafal Al-Qur’an memiliki tanggung jawab dalam memegang hafalannya, karena murajaah hafalan wajib bagi setiap orang yang telah menghafalkan Al-Qur’an, dan menghafal Al-Qur’an fardhu kifaya bagi setiap muslim.

Menurut para penghafal “kualitas hafalan tergantung pada murajaah”. Nah, ketika hafalan sering di morajaah dan mulai lancar, kita tidak senggan menjawab pertanyaan tentang hafalan yang kita miliki. Seorang yang canggu jika di tanyakan tentang hafalan, hanya orang yang tidak lancar terhadap hafalannya.

Banyak yang mengira bahwa fokus terhadap hafalan hanya dapat di miliki oleh anak yang tinggal di pondok tahfiz saja, bahkan seorang yang sibuk pun dapat megulang hafalannya ketika tekat yang dia miliki masih kuat yang terdapat dalam dirinya. Dengan begitu, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa kekuatan hafalan hanya di miliki oleh anak pondok saja, melainkan dapat juga dimiliki oleh seluruh umat muslim yang memiliki niat dan diiringi dengan tekat yang kuat.

Disini poin penting yang dapat diambil dalam pembahasan kali ini yaitu, setiap orang yang telah menghafal Al-Qur’an memiliki tanggung jawab dalam memegang hafalannya, dan mengamalkan apa yang didapatkannya dalam Al-Qur’an tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam “Barangsiapa yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya” dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam “Sampaikanlah walau hanya satu ayat”.

Buat para penghafal Al-Qur’an, harus tetap semangat dan istiqamah, karena balasan buat seorang yang selalu menjaga kalam Allah Azza wajalla yaitu memasangkan mahkota buat kedua orang tua kita. Nah, dengan begitu jangan lupa untuk murajaah hafalan.

 

 

 

NB      : Nasihat ini saya tulis untuk diri saya sendiri dan juga seluruh saudari muslimah dan saudara muslim di muka bumi ini.

Ikuti tulisan menarik CHADIJAH SUPARMAN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler