x

Iklan

Shofiyah Qotrunnada

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2020

Rabu, 8 April 2020 08:16 WIB

Menyingkap Kemewahan di Balik Kapal Phinisi Felicia di Labuan Bajo


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah kapal layar menyerupai kapal Viking berlayar mengarungi lautan Nusantara dengan gagahnya, diiringi oleh hembusan angin yang mendorongnya membelah gelombang. Jika rasa letih mulai menghinggapi para penumpang kapal tersebut, bersinggah akan menjadi pilihan baginya. Badannya yang terbuat dari material kayu menambah kesan elegan, namun nuansa tradisional tetap melekat di dalamnya. 

Memiliki nama Kapal Phinisi Felicia, bersinggah pada salah satu destinasi prioritas Indonesia, Labuan Bajo. Hal ini yang menjadikannya sebagai salah satu magnet penarik kunjungan wisatawan menuju destinasi tersebut. Ibarat pertunjukan pada sebuah panggung, kapal Phinisi Felicia adalah salah satu primadonanya.

Phinisi Felicia tergolong sebagai kapal wisata tradisional dengan didukung oleh ciri khas yang dimilikinya, berupa badan kapal yang mayoritas terbuat dari kayu. Menurut Ardiwidjaja, seorang peneliti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, kapal tradisional merupakan kapal kayu yang dibangun dan didesain secara tradisional berdasarkan pengalaman pembuatnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ciri khas kapal tradisional mayoritas didesain dengan dilengkapi komponen layar, kecepatannya cenderung rendah dan ukurannya mulai dari perahu kecil yang disebut kelotok atau ketingting yang dapat menampung 10 penumpang, hingga bus air berupa perahu panjang (long boat) yang dapat menampung mencapai puluhan penumpang. 

Kapal berjenis phinisi pada umumnya merupakan kapal layar tradisional khas asal Sulawesi Selatan yang memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, terkandung sebuah filosofi di dalamnya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu kala sudah mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia. Lalu, apakah ciri diatas turut menggambarkan Phinisi Felicia? 

Tentu saja, sebagai salah satu varian atau jenis dari beberapa kapal phinisi yang singgah di Labuan Bajo, Phinisi Felicia dikategorikan sebagai kapal bertipe luxury yang dimiliki oleh Plataran Private Cruises. Bagi kebanyakan wisatawan, kapal ini cenderung cukup sulit untuk disewa. Calon penumpang seringkali harus membooking setahun di muka, demi mencicipi kemewahannya. 

Fasilitas yang dimiliki oleh kapal Phinisi Felicia setara dengan standar hotel dengan kualitas bintang lima. Terdapat dua pilihan area makan indoor dan outdoor turut mendukung kemewahan yang dimilikinya. Walaupun tergolong sebagai kapal termewah, kapal Phinisi Felicia hanya dapat menampung 15 penumpang dan memiliki lima kabin. 

Selain kapal bertipe luxury, terdapat dua tipe kapal phinisi lain yang dapat disewa saat mengunjungi Labuan Bajo dengan kategorisasi fasilitas dan kapasitas penumpang yang berbeda. Kedua tipe kapal tersebut antara lain kapal phinisi tipe reguler yang serupa dengan kapal premium biasa. 

Kapal tersebut hanya dapat menampung penumpang sebanyak 10 penumpang serta dilengkapi empat kabin dengan bentuk kapal yang telah mengalami perubahan pada bentuk aslinya. Selain itu, terdapat kapal phinisi dengan tipe premium yang sekilas memiliki kemiripan dengan tipe reguler. Phinisi bertipe premium dapat menampung hingga 20 penumpang dan memiliki tujuh kabin. Kapal tersebut memiliki fitur fasilitas yang menyerupai kapal phinisi bertipe luxury

Sebuah fakta mengungkapkan bahwa pada tanggal 19 Januari 2020, Presiden Joko Widodo telah melakukan penjelajahan selama 45 menit di perairan utara Labuan Bajo dengan menggunakan kapal Phinisi Felicia. Beliau telah menjadi salah seorang saksi yang membuktikan betapa nyamannya berlayar menggunakan kapal tersebut. 

Seperti pepatah tak ada uang tak ada barang, untuk menikmati perjalanan dengan menggunakan Kapal Phinisi Felicia diperlukan uang yang tidak sedikit. Harga sewa kapal tersebut dibanderol sebesar Rp 45 juta hingga Rp 60 juta per harinya. Namun, terlepas dari harga sewanya yang cukup fantastis, hal tersebut tentu saja sebanding dengan kenyamanan, kemewahan serta pengalaman yang diperoleh. 

Keberadaan kapal tradisional berjenis phinisi menjadi salah satu potensi pengembangan atraksi wisata berbasis nautical sebagai bagian dari wisata bahari. Wisata nautical dapat dikategorisasikan sebagai wisata yang menawarkan berbagai atraksi seperti rekreasi menaiki perahu, marina, kapal pesiar, berolahraga air serta pariwisata berbasis air seperti wisata margasatwa laut (taman laut), sejarah dan pendidikan maritim, turut meliputi komponen terkait darat seperti hotel atau resor serta kafe atau restoran.

Destinasi wisata Labuan Bajo yang identik sebagai destinasi bagi para wisatawan untuk melakukan island hopping alias berwisata dari satu pulau ke pulau lain, turut menjadi habitat yang ideal bagi keberadaan kapal wisata Phinisi Felicia. Ibarat membuat masakan, kapal wisata merupakan bumbu pelengkap yang makin menambah lezat masakan yang disajikan. 

Hal tersebut tentunya berlaku bagi keberadaan Kapal Phinisi Felicia pada destinasi wisata Labuan Bajo yang notabene merupakan destinasi wisata unggulan. Satu hal yang pasti, ditengah berkembangnya zaman yang makin modern dan sarat dengan kecanggihan teknologi ini, diharapkan keberadaan kapal tradisional berjenis phinisi tetap terjaga, tidak hanya pada nilai orisinalitas-filosofis yang dimilikinya, tetapi juga bagi eksistensi ekosistem laut disekitarnya. 

Diharapkan, upaya pelestarian lingkungan tidak hanya terhenti pada tataran jargon belaka, tetapi diimplementasikan secara nyata di lapangan. Dengan demikian, keberadaan alat transportasi tradisional sejenis Phinisi Felicia menjadi selaras dengan kondisi alam sekitarnya yang lestari, tak hanya terhenti sebagai sebuah “aksesori” atraksi wisata belaka. 

 

Ikuti tulisan menarik Shofiyah Qotrunnada lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler