Jangan Memancing Ikan di Air Keruh Pandemi Corona
Jumat, 17 April 2020 09:13 WIB
Sebagian orang memang tega mengambil keuntungan justru di tengah kesusahan banyak orang. Mereka tidak peduli dengan istilah-istilah mentereng semacam solidaritas sosial dan kedermawanan. Mereka juga enggan menatap dunia sekeliling yang tengah berjuang menghalau Corona.
Lazimnya, pebisnis memiliki penciuman yang lebih tajam ketimbang kebanyakan orang dalam melihat peluang. Peluang dapat diartikan sebagai terbukanya kesempatan untuk melakukan sesuatu yang membuahkan hasil yang menguntungkan. Di saat pandemi corona, ketika banyak orang merasa terimpit dan tertekan, banyak pebisnis tidak kehilangan ketajaman dalam melihat peluang.
Sebagian orang berpikir inilah kesempatan untuk mencetak keuntungan. Contohnya, ketika kita membutuhkan alat pelindung diri, kita terpaksa mengimpor. Masyarakat terbengong-bengong, termasuk beberapa gubernur provinsi, ketika melihat kardus-kardus berisi alat pelindung diri itu bertulisan Made in Indonesia.
Ironis memang, kita mengimpor produk yang kita buat. Ironisnya pula, larangan ekspor baru dikeluarkan setelah di dalam negeri produk tersebut langka dijumpai. Bukankah itu prinsip permintaan-penawaran yang kapitalistik? Memang, dan prinsip itulah yang berjalan dalam hidup kita sehari-hari, meskipun kita mati-matian membantahnya.
Pebisnis yang baik berpikir setengah mati bagaimana menyelamatkan bisnisnya agar para karyawannya dapat terus bekerja. Mereka tidak mengail ikan di air keruh untuk kepentingan diri sendiri, melainkan ia mencari jalan keluar untuk puluhan hingga ribuan orang yang bekerja dengannya.
Di tengah impitan, sebagian orang juga masih mampu menjaga naluri kemanusiaan dan kedermawanannya dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk bederma. Pebisnis yang baik justru memandang krisis sebagai peluang untuk menolong dan membantu sesama manusia.
Ada peribahasa lama, yang dibuat oleh orang-orang tempo dulu, yang agaknya masih relevan dengan situasi kekinian. Peribahasa itu tidak lekang oleh waktu, tidak menyon ditelan zaman. Bunyinya sederhana: "Memancing di air keruh."
Peribahasa lama ini mungkin tidak begitu dikenal oleh anak-anak dari generasi milenial, tapi orang dewasa dari generasi lama niscaya masih ingat betul. Secara sederhana, maknanya ialah mengambil keuntungan di tengah kekisruhan atau kegaduhan atau kesusahan banyak orang. Ikan besar menggambarkan keuntungan yang tidak wajar lantaran mengabaikan keadaan sekeliling.
Peribahasa semacam itu lahir sebagai hasil refleksi dari perilaku manusia sehari-hari. Sebagian orang memang tega mengambil keuntungan justru di tengah kesusahan banyak orang. Mereka tidak peduli dengan istilah-istilah mentereng semacam solidaritas sosial dan kedermawanan. Mereka juga enggan menatap dunia sekeliling yang tengah berjuang menghalau corona. Sebagian lainnya menungganggi demi keuntungan diri sendiri. >>

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Di Balik Dugaan Manipulasi Angka Statistik ala Rezim Prabowo
Rabu, 27 Agustus 2025 18:54 WIB
Di Balik Amnesti Hasto: Prabowo dan Megawati Sepakat Mengubah Permainan
Sabtu, 2 Agustus 2025 08:59 WIBArtikel Terpopuler