x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 29 April 2020 11:58 WIB

Doa “Husnul-Khatimah” yang Sering Salah Kaprah

Tiap kematian adalah duka. Dan kehilangan orang-orang yang dicintai adalah puncak kesedihan, khususnya bagi anggota keluarga inti. Di tengah pandemi covid-19 saat ini, yang juga bisa bermakna musim kematian banyak orang, duka dan kesedihan itu dapat diringankan atau bahkan dihilangkan dengan meyakini bahwa orang yang meninggal dunia akibat wabah dijamin mati syahid, dan setiap syahid akan masuk surga.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saya tidak tahu sejak kapan mulainya. Namun beberapa tahun terakahir, hampir di semua group medsos dan juga dalam pergaulan keseharian, setiap kali ada orang meninggal dunia, kita umumnya akan mengucapkan, mendengar, atau membaca doa yang berbunyi begini: “Semoga almarhum/almarhumah husnul-khatimah”.

Maksudnya baik. Cuma doa “husnul khatimah” itu sebenarnya lebih diperuntukkan untuk orang yang belum meninggal dunia. Jika sudah meninggal dunia, doa husnul-khatimah tak begitu relevan lagi. Sebab mendoakan husnul-khatimah bagi orang yang sudah wafat adalah ibarat mendoakan atau berharap jenis kelamin tertentu bagi bayi yang sudah lahir.

Husnul-khatimah, secara bahasa berarti “akhir yang baik”, “penutup yang baik”. Dan akhir yang baik itu adalah akhir hayat hidup seorang mukmin. Tegasnya, hidup berakhir dengan cara baik, misalnya ditutup dengan kalimat syahadat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

(Catatan: penulisan husnul-khatimah juga sering salah, jika ditulis dengan khusnul-khatimal, kata khusnu ditulis pake “kh”. Yang benar, kata khusnu ditulis pake hurup “h” saja (husnu). Karana dalam bahasa Arab, tidak ada kata yang terdiri dari tiga hurup kha’-sin-nun (khusnu). Yang ada adalah ha’-sin-nun (husnu), yang bermakna baik atau kebaikan.

Ada kata lain yang mirip, kha’-syin-nun (khusynu) yang bermakna kasar. Terkait penulisan yang salah ini, yang membuat saya sering jengkel membacanya, karena juga acapkali dilakukan alumni-alumni pondok, yang mestinya tahu membedakan antara husnu dan khusnu).

Intinya, salah satu doa yang amat dianjurkan adalah mendoakan diri sendiri dan juga untuk orang lain, agar kelak di saat menghadapi sakaratul-maut, di manapun dan kapanpun, kita semua dikaruniai husnul-khatimah (penutup yang baik), yakni mengakhiri hidup di dunia ini dengan cara yang baik (husnul-khatimah).

Lantas doa apa sebenarnya yang terbaik dan pendek bagi orang yang sudah meninggal dunia?

Pertama, setelah kematian, yang diperlukan setiap orang beriman hanyalah karunia rahmat Allah, bukan yang lain-lain. Setiap doa untuk almarhum/almarhumah yang dipanjatkan oleh keluarga, sahabat, kolega, adalah ikhtiar dari orang yang masih hidup guna memaksimalkan peluang almarhum/almarhumah untuk meraih karunia rahmat Allah swt.

Kedua, doa shalat jenazah yang panjang itu sebenarnya hanya mengacu pada dua hal utama: memohon ampunan dan Rahmat-Allah (Allahummagfir-lahu-warhamhu) bagi mayit. Semua bagian lanjutan dari doa jenazah itu lebih merupakan penjelasan terhadap dua substansi utamanya (ampunan dan rahmah). Dan jika dikerucutkan menjadi tunggal, doa kematian sesungguhnya hanya satu: rahmat Allah swt. Sebab penentu tunggal dan/atau penentu akhir apakah seseorang masuk surga atau tidak adalah rahmat Allah swt.

Ketiga, menyebut kebaikan orang yang sudah meninggal dunia (almarhum) adalah doa positif. Demikian pula sebaliknya, menyebut kejelekannya adalah doa negatif. Karena itu, ada hadits yang mengatakan, “Sebutlah kebaikan orang-orang yang telah meninggal dunia! (udzkuru mahasina mawtakum). Karena itu pula, perbuatan baik selama masih hidup, bertujuan antara lain agar setelah kita meninggal dunia, ada orang yang menceritakan kebaikan itu (yang berarti doa positif untuk mayit).

Keempat, tiap kematian adalah duka. Dan kehilangan orang-orang yang dicintai adalah puncak kesedihan, khususnya bagi anggota keluarga inti. Semoga kita semua yang masih hidup kelak dikaruniai husnul-khatimah menjelang ajal; dan setelah wafat kita semua dijadikan orang-orang yang layak mendapatkan karunia Rahmat Allah swt.

Catatan khusus: di tengah pandemi covid-19 saat ini, yang juga bisa bermakna musim kematian banyak orang, duka dan kesedihan itu dapat diringankan atau bahkan dihilangkan dengan meyakini bahwa orang yang meninggal dunia akibat wabah dijamin mati syahid, dan setiap syahid akan masuk surga.

Syarifuddin Abdullah | Amsterdam, 28 April 2020/ 05 Ramadhan 1441H

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler