x

kisah ramadan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 22 Mei 2020 10:27 WIB

Jangan Marah dan Kendalikanlah Diri Anda!

Kini, sangat sering kita lihat masyarakat yang mudah marah dan terpancing emosi akibat penerapan PSBB di bulan Ramadan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Marah dan tak mampu mengendalikan emosi, adalah bukti ada yang salah dalam diri.

(Supartono JW.22052020)

Lebaran tinggal satu hari. Semoga, dalam Ramadan Tak Biasa hari ke-29 ini hingga tiba Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah,  masyarakat Indonesia semakin dapat mawas diri dan dapat mengendalikan diri. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada yang memiriskan hati kita semua, bahwa sepanjang hidup kita sebagai umat muslim, di setiap ibadah Ramadan, dalam berpuasa, umat muslim selalu berhasil menahan lapar, haus, hawa nafsu, dan dapat mengendalikan diri menjadi sabar dan rendah hati. 

Namun, dalam ibadah Ramadan tahun ini, di tengah pandemi corona dan adanya peraturan PSBB, masyarakat menjadi sangat mudah marah, mudah emosi, gampang berkelahi, tak dapat mengendalikan hawa nafsu dan tak mampu mengendalikan diri. 

Bahkan, banyak sekali kasus lemahnya pengendalian diri seseorang yang hampir sepanjang penerapan PSBB, tersorot kamera televisi atau tersiar dalam berbagai media sosial, sedang menunjukkan adegan "tak mampu mengrndalikan diri". 

Terbaru, hari ini, Kamis (21/5/2020), seorang muslim yang jelas-jelas mengenakan gamis putih, malah harus bertindak kasar kata-kata dan tangan, saat diingatkan untuk mematuhi PSBB dan memutar balik ke wilayah asalnya oleh petugas gabungan polisi dan aparat. 

Sungguh, kisah nyata yang bukan setingan dan juga bukan sandiwara, membuat kita mengelus dada. Di mana akal sehat dan cerdasnya? Sudah tahu salah dan melanggar PSBB, diingatkan dengan sopan dan santun, bukannya sadar dan meminta maaf, malah berbalik "ngegas". 

Pantas saja kejadian langsung viral dan layak diproses secara hukum. Pertanyaannya, sejak diberlakukannya PSBB, berapa warga masyarakat yang memiliki perilaku semacam ini? 

Bahkan dalam beberapa hari ini, masyarakat juga tak dapat mengendalikan diri dengan tetap abai dan memaksakan diri memadati pasar dan mal untuk belanja Lebaran dan mudik ke kampung halaman, tak peduli protokol PSBB. 

Akibatnya, untuk pertama kalinya, sejak kasus pertama corona masuk Indonesia pada 2 Maret 2020, hari ini kasus terpapar corona memecahkan rekor tertinggi, hampir menyentuh 1000 kasus, karena masyarakat benar-benar abai dan tak mampu mengendalikan diri. 

Atas kondisi tersebut, nampak jelas bahwa betapa masih lemahnya manajemen pengendalian diri masyarakat kita. Faktanya, masyarakat mudah marah, kehilangan akal sehat, cenderung bertindak bodoh, menghina, diskriminasi, caci maki, anarki, dan sebagainya. 

Mengendalikan diri cara Nabi

Dalam hadis HR. Al-Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW menyatakan: "Janganlah engkau marah". Orang itu mengulangi lagi permintaannya sampai beberapa kali, Nabi Muhammad SAW tetap menjawab sama: "Jangan marah!" 

Dari hadis tersebut, dapat kita maknai bahwa, bila kita tak dapat mengendalikan diri, itu ibarat bara api yang menyala dalam hati. Jika tidak dipadamkan, maka bara itu akan membakar dan menjerumuskan orang yang marah itu dalam kenistaan dan kehinaan. 

Oleh karena itu, ada beberapa tuntunan Nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan pegangan sebagai manajemen pengendalian diri. Beberapa tuntutan itu adalah: 

Pertama, ketika mulai emosi dalam menghadapi suatu masalah atau kondisi, ucapkanlah a'udzu billahi minasy syaithanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk). 

Sebagai umat Islam, ucapan tersebut sudah mendarah daging, namun saat tak dapat mengendalikan diri, rasanya sulit mengucap a'udzu billahi minasy syaithanir rajim. Bagi yang masih sulit, maka harus terus melatihnya. 

Kedua, sabda Nabi SAW: "Apabila salah seorang di antara kamu marah, segeralah berwudhu karena marah itu ibarat api." (HR Abu Daud). "Marah itu karena setan, sedangkan setan itu diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Karena itu, jika engkau marah, berwudhulah." (HR Abu Daud). 

Wudhu juga sudah mendarah daging, namun seringkali bila marah, pikiran untuk mengambil air wudhu juga rasanya jauh. Harus dilatih. 

Ketiga, menurut riwayat Abu Hurairah, jika Nabi SAW marah dalam posisi berdiri, beliau lalu duduk. Ketika marah dalam posisi duduk, beliau kemudian berbaring, maka hilanglah marahnya." (HR. Ahmad dan at-Turmudzi). 

Berdiri, duduk, berbaring, apanya yang susah. Namun, saat marah dan tak dapat mengendalikan diri, pikiran ke arah itu juga seperti ditutup. Harus dilatih. 

Keempat, seperti dilakukan oleh Abu Dzarr, segerahlah beristighfar kepada Allah dan memohon maaf kepada yang dimarahi atau dihina, agar bara emosi itu padam, dan pengendalian diri menjadi lebih stabil, tenang, dan menjadi pribadi yang menyenangkan. 

Apa sulitnya mengucap istighfar. Namun, juga akan sulit terucap bila tidak dilatih dan dibiasakan. 

Kelima, pembiasaan puasa sunnah untuk lebih dapat mengendalikan diri, menstabilkan emosi, dan meredam gejolak nafsu amarah yang berlebihan. Karena puasa merupakan salah satu solusi pengendalian diri yang paling efektif. 

Bila tak dapat mengendalikan diri dan marah, puasa akan menstabilkan emosi, dan meredam gejolak nafsu amarah yang berlebihan. Nah, mengapa dalam bulan Ramadan dan ibadah puasa masih tetap marah dan tak dapat mengendalikan diri? 

Mari masyarakat semua, biasakan mengucapa 'udzu billahi minasy syaithanir rajim, wudhu, berdiri-duduk-berbaring, istighfar, dan puasa dengan niat yang benar, maka kita semua akan dapat mengendalikan diri, menahan marah. 

Ibadah Ramadan tersisa satu hari lagi. Yakinlah mampu mengubah diri yang dapat mengendalikan diri dan emosi. Aamin. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler