x

Iklan

Iwan Septiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Juni 2020

Kamis, 11 Juni 2020 05:52 WIB

EBT Menjadi Penunjang Rasio Elektrifikasi Nasional

Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kendaualatan energi belum lengkap selama pengembangan pembangkit listrik Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih minim. Untuk mencukupi rasio elektrifikasi listrik nasional 100%, pengembangan pembangkit listrik EBT dirasa cukup menunjang.

Apalagi, bagi daerah-daerah di pedalaman yang sulit teraliri listrik. Oleh karena itu, dibutuhkan energi cadangan yakni EBT sesuai dengan kriteria alam daerah tersebut. Misalnya, seperti di Sumatera Selatan (Sumsel). Untuk daerah-daerah di pulau terluar, terpencil dan tertinggal, kebanyakan mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH).

Pembangkit jenis itu cukup hanya bisa dikembangkan dengan menggunakan arus air. Memang kendalanya, harga jual dari pembangkit listrik EBT masih mahal. Namun kelak, kendala harga itu ke depan bakal segera terurai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyusun regulasi baru mengenai feed in tariff atau yang akan mengatur harga jual beli untuk setiap jenis pembangkit EBT. Di mana, penetapan harga akan menyesuaikan dengan biaya pembangkit yang ada.

Nah, mengacu catatan Kementerin ESDM, sampai dengan akhir tahun 2019 ini, optimalisasi bauran energi primer pembangkit listrik masih dikuasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau masih diangka 60,50%. Sementara pembagkit gas (PLTG) 23,11% dan pembangkit listrik EBT 12,36%. Pemerintah menargetkan bauran pembangkit EBT mencapai 24%.

Sampai akhir tahun 2019 kemarin, kapasitas pembangkit listrik hijau ini sudah menembus 10.157 Megawatt (MW). Pemerintah membidik sampai akhir tahun ini kapasitas terpasang pembangkit listrik ramah polusi ini mencapai 10.844 MW.

Energi Baru dan Terbarukan

Salah satu perusahaan dalam negeri yang giat mengembangkan pembangkit ramah lingkungan ialah PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB). Anak usaha PT PLN (Persero) ini terus menggalakkan penggunaan EBT

Di bawah kepemimpinan Direktur Utama (Dirut) PT PJB, Iwan Agung Firstantra, PT PJB pada akhir tahun 2019 berhasil memproduksi listrik dari EBT sebanyak 1.250 MW atau setara 8,9% dari total kapasitas pembangkit terpasang miliknya sebanyak 14.000 MW.

PJB bahkan sudah melakukan uji coba co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton. Adapun uji coba ini menggantikan sebagian batubara dengan kayu atau wood palet. Sampaik akhir tahun 2019 perkembangan sejauh ini, uji coba secara bertahap sampai dengan volume 3% dari target 5%. 

Selain itu, PT PJB juga tengah melakukan kajian dan uji coba untuk PLTU tipe Circulating Fluidized Bed (CFB) di Sumatera. CFB ini bisa  melakukan co-firing sampai 30% dengan menggunakan cangkang kelapa sawit atau biomass lainnya. Adapun kapasitas di Sumatera 510 MW.

Dan penerapan EBT lainnya telah dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Air Cirata (PLTA), berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1 MW. Penerapan EBT ini dijadikan sebagai pusat studi.

Rencana PT PJB ke depan akan dibangun PLTS terapung di waduk Cirata. Jika PLTS terapung di Cirata itu sudah bisa produksi, nantinya akan digunakan ke seluruh dam yang ada di Indonesia.

Sementara itu, untuk meningkatkan produksi listrik di PLTA Cirata, PJB melakukan modifikasi cuaca untuk memaksimalkan curah hujan. Asal tahu saja, curah hujan menjadi sumber PLTA Cirata. Selain di Cirata, uji coba EBT juga tengah dilakukan di PLTA di Tulungagung. 

Ikuti tulisan menarik Iwan Septiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu