x

Iklan

Nina Karima

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Juni 2020

Senin, 29 Juni 2020 15:35 WIB

Kehadiran Model Layanan Manajemen Aplikasi (AMS) Baru untuk Mengatasi Kekurangan Talenta TI


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pekerja kantoran menunggu bus di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin 4 Agustus 2014. TEMPO/Subekti

Jumlah talenta di bidang TI terus menyusut, sehingga yang ada saat ini semakin kewalahan seiring tingginya tingkat keahlian yang dituntut teknologi baru. Menurut laporan “Data Survei Manajemen Talenta Gartner untuk CEO bidang Teknologi tahun 2020”1 yang dirilis Gartner: “CEO bidang teknologi menempatkan kemampuan untuk menarik dan mempertahankan talenta sebagai salah satu dari tiga prioritas teratas selama beberapa tahun mendatang.” (Untuk membaca lebih lanjut, Anda perlu berlangganan Gartner).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selanjutnya, seperti dilansir dalam “Prediksi Gartner untuk 2020: Negosiasikan Kontrak Perangkat Lunak dan Layanan Berbasis Awan untuk Mengelola Pertumbuhan Lokapasar dan Menekan Biaya Warisan”2, “Tiap tahun, biaya dukungan untuk perangkat lunak warisan terus meningkat, sedangkan manfaat yang diperoleh dari dukungan tersebut terus berkurang, sehingga makin banyak organisasi mencari pilihan dukungan pihak ketiga yang biayanya lebih rendah.”

Bagaimana Hal Ini Memengaruhi Kemampuan Perusahaan untuk Menghadirkan Layanan TI Baru atau Penting?

Banyak perusahaan menghadapi masalah biaya operasional yang kian menanjak dan produktivitas yang terus menurun. Perusahaan-perusahaan ini pun mulai beralih ke automasi atau swarming (membentuk tim lintas fungsi yang bersifat sementara untuk menyelesaikan masalah) sebagai pendekatan alternatif untuk mengatasi kurangnya talenta. Namun, kurangnya talenta dan pengetahuan ERP warisan ini terus menjadi hambatan, yang berujung pada menumpuknya proyek TI yang tertunda serta insiden yang tampaknya tidak pernah berhenti terjadi.

Apakah Para Penyedia Layanan Manajemen Aplikasi Memberikan Solusi?

Tidak juga. Mengapa? Sederhananya, karena model bisnis “land and expand” yang mereka gunakan, yaitu memulai dengan kontrak kecil sebelum menawarkan produk dan layanan lebih banyak, dijalankan berdasarkan jam kerja.4 Selama bertahun-tahun, industri Layanan Manajemen Aplikasi (Application Management Services/AMS) telah beroperasi dengan cara ini sehingga, menurut pengamatan historis dari Deloitte5, AMS yang berbasis nilai tergolong langka dan problematis.

Jadi, Apa Pilihan yang Tersedia? Berikut Ini Cara-cara Cerdik Mengatasi Kekurangan Talenta

Gartner menjabarkan pendekatan-pendekatan terpenting dalam “Cara Mengembangkan Rencana Tenaga Kerja Strategis TI”6 dan “Memulai Program Masa Belajar Anda.”7 Penelitian ini mencakup penggunaan metodologi mutakhir, seperti perencanaan skenario, untuk meramalkan jenis keahlian dan talenta yang mampu beradaptasi dengan pertumbuhan perusahaan sekaligus program untuk meremajakan tenaga kerja Anda.

Selain automasi dan swarming, sejumlah perusahaan juga menggunakan pendekatan yang lebih kreatif, seperti memanfaatkan gig economy (pasar tenaga kerja sementara). Perbedaan biaya tenaga kerja antarnegara menghasilkan kelompok tenaga kerja strategis tersembunyi yang tersedia di luar batas negara. Dalam “Penelitian Maverik: CIO Harus Memanfaatkan Kelompok Talenta Tersembunyi”,8 Gartner mengakui bahwa para CIO harus belajar memanfaatkan kelompok ini sebagai salah satu sumber daya penting dalam era bisnis digital. Namun, apakah itu cukup?

Tidak ada yang dapat menjamin ketersediaan dan kecocokan keahlian, tetapi keahlian-keahlian tersebut pada dasarnya sudah ada dalam model dukungan pihak ketiga yang independen. Cakupan model ini pun kian meluas hingga menyertakan Layanan Manajemen Aplikasi (AMS).

Perusahaan-Perusahaan Terkemuka Selangkah di Depan dengan Dukungan Terpadu dan Pendekatan AMS

Sejumlah perusahaan sudah mengantisipasi masalah kekurangan staf.

Salah satu contohnya adalah BrandSafway, perusahaan progresif di bidang teknik sipil dan konstruksi, yang menemukan nilai lebih dari menggabungkan dukungan pihak ketiga independen dan AMS dengan model penyampaian layanan TI terpadu untuk aplikasi Salesforce. “Sebelumnya, kami kesulitan mengelola tugas yang menggunung dan sangat memakan waktu, sehingga kami mempertimbangkan untuk merekrut personel yang dapat membantu mengelola beban kerja,” ujar Jay Fisher, CIO BrandSafway. “Kami juga tahu bahwa kami belum memaksimalkan potensi sistem Salesforce kami karena tumpukan pekerjaan yang tertunda ini."

Contoh lainnya adalah Promon Engenharia—perusahaan Brazil penyedia solusi infrastruktur untuk pelanggan di bidang tenaga listrik dan bioenergi, pertambangan dan metalurgi, minyak bumi dan gas, pupuk, bahan kimia, dan petrokimia—yang memilih untuk mengombinasikan layanan dukungan dan AMS untuk menyederhanakan operasi TI SAP.

“Kami percaya akan pentingnya TI dalam mencapai target bisnis kami, menciptakan keunggulan daya saing, dan mendukung pertumbuhan. Sistem ERP SAP adalah bagian penting dari strategi yang kami andalkan untuk bertahan dan beroperasi dengan lancar,” ungkap Marco A. Lamim, Information Systems Manager di Promon Engenharia.

Untuk mempertahankan sekelompok talenta yang berimbang dibutuhkan pakar yang memahami kebutuhan bisnis serta ramuan yang pas antara keahlian sistem warisan dan komputasi awan. Gunakan peta jalan berbasis bisnis untuk memandu pengembangan peta jalan keahlian TI yang dapat mendukung kebutuhan teknologi dalam jangka pendek maupun panjang.

Penulis: Pat Phelan dan Anne Plese

#  #  #

 

 

Ikuti tulisan menarik Nina Karima lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler