x

cover buku Jokowi Calon Presiden Blusukan

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 30 Juni 2020 05:25 WIB

Mengapa Jokowi Terpilih Sebagai Calon Presiden Tahun 2014?

Alasan-alasan yang menyebabkan Jokowi dicalonkan sebagai Presiden Indonesia di tahun 2014.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Jokowi Calon Presiden Blusukan

Penulis: Paharizal

Tahun Terbit: 2014

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Penerbit Cakrawala                                                                               

Tebal: xii + 192

ISBN: 979-383-270-3

 

Buku ini mendokumentasikan saat-saat Jokowi digadang menjadi calon Presiden dan alasan-alasannya. Selain memuat survai-survai dan dinamika di PDIP, partai yang mengusungnya, khususnya keputusan sang Ketua Umum Megawati juga memuat kualitas Jokowi sehingga banyak rakyat yang mengusulkannya maju dalam pemilihan Presiden. Buku ini juga menjelaskan bagaimana partai-partai lain merespon wacana pencalonan Jokowi sebagai kandidat Presiden RI di Pemilihan Presiden tahun 2014. Tak lupa juga dibahas pemilihan pendamping Jokowi yang prosesnya cukup berliku.

Kemenangan Jokowi bersama Ahok dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta mengejutkan banyak orang. Setelah terpilih, Jokowi dan Ahok segera bekerja keras membenahi Jakarta. Keberhasilannya membenahi Kota Solo saat ia menjadi Walikota, dan kerja nyata di DKI inilah yang membuat nama Jokowi kemudian diwacanakan untuk maju sebagai calon Presiden Republik Indonesia.

Ketika wacana di masyarakat semakin merebak, berbagai lembaga survai memasukkan nama Jokowi untuk disandingkan dengan calon-calon yang potensial maju sebagai Presiden Republik Indonesia menggantikan Susilo Bambang Yudoyono yang sudah dua kali menjabat. Dalam buku ini dimuat 5 lembaga survai yang semuanya menempatkan Jokowi sebagai pilihan masyarakat yang paling tinggi. Kelima lembaga survai tersebut adalah Pusat Data Bersatu (PDB), Lembaga Survai Jakarta (LSJ), Indonesia Research Centre (IRC), Forum Akademisi Informasi Teknologi dan Litbang Kompas. Dalam survai yang diselenggarakan dari Desember 2012 sampai dengan Desember 2013, Jokowi menggungguli calon-calon beken yang sudah lebih dulu dikenal di kancah perpolitikan nasional. Ia mengalahkan Prabowo Subianto, Wiranto, Yusuf Kalla dan bahkan Megawati Sukarno Putri. Ia juga mengungguli calon potensial seperti Dahlan Iskan, Surya Paloh, Aburizal Bakri dan Oma Irama.

Mengapa Jokowi diminati oleh masyarakat untuk menjadi Presiden Indonesia? Selain dari gaya blusukan yang dikembangkannya saat menjadi Walikota Solo, kerjanya yang fokus untuk membenahi masalah utama Kota Jakarta, seperti banjir dan kemacetan dirasakan membawa hasil. Dalam hal mengatasi banjir misalnya, Jokowi memiliki strategi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Bersama Ahok yang memikirkan anggaran supaya ide-idenya bisa dilaksanakan, banjir Jakarta terbukti bisa berkurang. Kerja jangka pendeknya untuk membenahi saluran yang sudah mampet karena tidak pernah dibersihkan, jangka menengah dengan mengeruk 13 sungai dan waduk Pluit dan waduk Ria Rio, serta memaksa pemilih bangunan untuk membuat sumur resapan telah membuat banjir Jakarta bisa dikurangi. Kerja jangka panjangnya adalah untuk mengeksekusi saluran air bawah tanah ”deep tunnel” yang sudah pernah digagas oleh gubernur-gubernur sebelumnya. Jokowi bekerjasama dengan Kementerian PU dan World Bank membangun giant sea wall di pantai utara Jakarta.

Di bidang transportasi masal, Jokowi langsung mengekesekusi Mass Rapit Transportation (MRT) yang sudah dipikirkan sejak tahun 1960-an. Sementara pembangunan MRT sedang berjalan, kemacetan diatasi dengan penerapan aturan ganjil-genap. Jokowi dan Ahok juga menerapkan aturan parkir mahal di pusat-pusat kota.

Untuk mengatasi masyarakat miskin, Jokowi membangun rumah-rumah susun sewa. Masyarakat miskin yang menempati tanah negara, khususnya yang berada di bantaran sungai dipindahkan ke rumah-rumah susun yang disiapkan sebelumnya. Upaya ini tidak mudah, tetapi cukup berhasil mengatasi masalah pemukiman kumuh dan banjir. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jakarta, Jokowi dan Ahok menyediakan jaminan kesehatan dan jaminan pendidikan.

Sedangkan untuk membenahi birokrasi, Jokowi Ahok menerapkan lelang jabatan untuk posisi-posisi eselon di birokrasi DKI Jakarta.

Segala upaya yang dilakukan di DKI tersebut ternyata mampu menyerap simpati rakyat untuk memilihnya menjadi calon Presiden.

Bagaimana sikap partai-partai dalam merespon keinginan masyarakat ini? PDIP tentu pihak yang paling berkepentingan dalam hal ini. Sebelum nama Jokowi muncul, nama sang Ketua Umum, Megawati masih disuarakan oleh para kader untuk mencoba sekali lagi maju dalam kontestasi RI 1. Namun dengan munculnya Jokowi, PDIP memberikan lampu hijau. Meski sampai dengan menjelang akhir tahun 2013, PDIP belum terang-terangan mencalonkan Jokowi, tetapi sinyal-sinyal kea rah sana sudah mulai ada. Partai Amanat Nasioal dan Partai Demokrat pun juga berharap bisa mencalonkan Jokowi. Partai Demokrat meminta Jokowi untuk ikut dalam konvensi calon presiden. Namun sayang Jokowi tidak bersedia ikut konvensi. Partai-partai lain yang sudah lebih dulu mengumumkan calon presidennya, berharap Jokowi bisa dipinang sebagai calon wakil presiden.

Ketika akhirnya PDIP secara resmi mencalokan Joko Widodo sebagai calon presiden, maka publik dan partai-partai mulai menggadang siapa yang akan menjadi pendampingnya. Buku ini mendokumentasikan beberapa calon wakil presiden yang didengungkan menjelang pemilihan presiden tahun 2014. Calon-calon wakil presiden tersebut adalah Prabowo Subianto, Megawati Sukarnoputri, Aburizal Barie, Jusuf Kalla dan Dahlan Iskan. Selain dari kelima calon tersebut, ternyata Partai Demokrat ditengarai menjalin lobi-lobi dengan Megawati. Desas-desus yang keluar dari Hendrawan Supratikno, ternyata Pramono Edhie Wibowo dari Partai Demokrat digadang-gadang menjadi pendamping Jokowi. Tetapi kenyataannya pasangan Jokowi Jusuf Kallalah yang diusung di kontestasi RI 1 di tahun 2014.

Sebenarnya dinamika pemilihan presiden tahun 2014 ini sangat menarik. Sebab rakyat terlibat penuh dalam memilih calon presiden. Tidak seperti pemilu-pemilu sebelumnya yang dikuasai oleh partai politik, pemilihan presiden tahun 2014 justra diawali dengan calon yang dimunculkan oleh masyarakat. Meski pada akhirnya partailah yang menentukan, namun proses demokrasi berjalan dengan baik, sejak pemilihan kandidat.

Jokowi dipilih rakyat bukan karena dia memiliki garis darah politikus. Ia juga tidak dipilih karena kekuasaannya di partai politik. Rakyat (waktu itu) memilih Jokowi karena prestasi kerjanya sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI. Jokowi dipilih karena dia adalah sosok yang berani mengambil keputusan. Berani mengeksekusi dengan kalkulasi yang matang.

Semoga ke depan proses pemilihan pemimpin yang berbasis kinerja seperti pemilihan Presiden tahun 2014 akan terjadi lagi. Semoga elite partai tidak menelikung demokrasi dengan menutup calon-calon yang telah memberi bukti.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler