x

cover buku Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga I

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 27 Juli 2020 14:45 WIB

Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga I

Sejarah Asia Tenggara secara total, bukan hanya dari sisi peristiwa-peristiwa, tetapi juga dari sisi budaya, geografi dan kependudukan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450 - 1680 I

Judul Asli: South East Asia in the Age of Commerce 1450 -1680

Penulis: Anthoyi Reid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Muchtar Pabotinggi

Tahun Terbit: 2014 (Cetakan III)

Penerbit: Yayasan Obor                                                                                         

Tebal: xxxiv + 322

ISBN: 978-979-461-108-1

 

Sebutan Asia Tenggara adalah sebutan orang Barat terhadap kawasan yang berada di bagian tenggara India dan Selatan China. Lord Mountbattenlah orang pertama yang menggunakan istilah Asia Tenggara (South East Asia). Orang India sendiri menjuluki kawasan ini sebagai wilayah Tanah di Bawah Angin, dan orang China menyebutnya sebagai Nan Yang (Laut atau wilayah Selatan).

Supaya Asia Tenggara bisa mewujudkan sejarahnya sendiri, Reid menuliskan buku ini. Reid menyatakan bahwa: “Sekalipun sangat beragam dalam hal bahasa dan kebudayaan, kawasan ini berhadapan dengan keadaan cuaca, lingkungan, dan perdagangan yang sama, dan karena itu mengembangkan seperangkat kebudayaan materiil yang sangat mirip” (hal. xxxi).

Menurut Onghokham Anthony Reid sedang menulis sejarah total Asia Tenggara. Itulah sebabnya yang menjadi perhatian Reid dalam buku ini adalah, geografi, demografi, pakaian, pesta rakyat dan kerajaan, perumahan, kebudayaan material, makanan, seks, kedudukan wanita versus laki-laki, dan lainnya yang sejenis (hal. xiv). Dalam buku ini Reid memang menjabarkan kondisi Asia Tenggara abad 15-17 dari sisi kesejahteraan fisik, kebudayaan material, pengaturan masyarakat, pesta, keramaian dan hiburan. Melalui hal-hal yang bukan kejadian-kejadian kronologis, Reid ingin menggambarkan situasi Asia Tenggara dengan lebih mendalam. Kejadian-kejadian kronologis semata hanya akan memotret hubungan antarorangkaya dan para pemimpin saja. Sementara menyajikan situasi sosial akan memberikan informasi yang lebih kaya terhadap wilayah ini. Artinya Anthony Reid sedang menulis sejarah total, bukan sekadar sejarah politik semata.

Dalam buku ini Reid menuliskan Sejarah Asia Tenggara tiga abad sebelum hegemoni Eropa menancap di wilayah ini.

Reid mengawali bukunya dengan menjelaskan Asia Tenggara sebagai satu kesatuan kawasan. Ia menggunakan faktor geografi untuk menjelaskan mengapa Asia Tenggara adalah satu kesatuan. Pulau-pulau di gugus selatan (Sumatra, Jawa, Bali dan Lombok) dan pulau-pulau di bagian utara (Kepulauan Filipina) serta daratan Asia yang berbatas laut di sebelah selatannya membentuk satu kesatuan geografis yang memungkinkan wilayah ini sebagai simpul pelayaran dan perdagangan dari berbagai wilayah lain di utara dan barat.

Reid juga berargumen bahwa Asia Tenggara adalah satu kesatuan manusia. Manusia Asia Tenggara adalah manusia yang memiliki rumpun bahasa yang sama dan praktik kebudayaan kuno yang relatif serupa.Manusia Asia Tenggara juga mempunyai kesamaan dalam bahan makanan, yaitu beras, ikan dan berbagai bahan makanan dari tanaman palma (kelapa, pinang, sagu dan sebagainya).

Sebelum membahas secara lebih mendalam kondisi Asia Tenggara di masa pra kolonial, Reid juga menjelaskan batas-batas wilayah yang dia sebut sebagai Asia Tenggara. Reid menyinggung wilayah Vietnam dan Papua dalam membahas batas wilayah Asia Tenggara. Reid memasukkan Vietnam ke dalam wilayah Asia Tenggara, meski secara budaya banyak dipengaruhi oleh China. Sedangkan Papua, Reid cenderung untuk memisahkannya dari wilayah Asia Tenggara (hal. 10).

Reid membahas beberapa hal tentang Asia Tenggara di abad 15-17. Abad yang disebutnya sebagai kurun niaga. Abad dimana pengaruh kolonial belum terjadi. Hal-hal yang dibahasnya adalah tentang: (1) Kesejahteraan Fisik, (2) Kebudayaan Material, (3) Pengaturan Masyarakat, dan (4) Pesta, Keramaian dan Dunia Hiburan. Reid menunjukkan bahwa dari segi keempat hal tersebut Asia Tenggara di abad 15-17 adalah sebuah satu kesatuan wilayah.

 

Kesejahteraan Fisik

Reid meninjau pertumbuhan penduduk di wilayah ini. Ia menggunakan data-data kependudukan dari sumber barat yang tersedia. Ia membandingkan data kependudukan Siam, Melayu, Jawa Barat, jawa Tengah, Bali dan Filipina pada abad 17 dan abad 18 yang tersedia. Ia menyimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah ini sangat lambat, yaitu hanya 0,2% saja. Pertumbuhan penduduk yang sangat lambat ini salah satunya adalah disebabkan karena terjadi kematian bayi. Meski penduduk Asia Tenggara pada masa itu mempunyai kebiasaan kawin muda dan mendapatkan pangan yang melimpah, tetapi kematian bayi dan perang menyebabkan banyaknya kematian. Rendahnya pertumbuhan penduduk adalah akibat dari peperangan lokal yang tiada henti (hal. 20). Perang kecil-kecilan yang terjadi terus menerus ini menyebabkan rusaknya sistem pertanian. Akibatnya tingkat kematian penduduk akibat perang dan akibat kelaparan sangat tinggi.

Meski pertumbuhannya sangat kecil, namun penduduk Asia Tenggara di abad 15-17 relatif lebih sehat daripada penduduk Eropa. Cuaca yang baik dan makanan yang tersedia menyebabkan harapan hidup orang Asia Tenggara lebih tinggi dari orang Eropa. Selain itu kebiasaan mandi, ramuan obat dan pijat adalah faktor yang mendukung harapan hidup orang Asia yang lebih lama.

Tentang makanan pokok, Reid menunjukkan pentingnya beras di wilayah ini. Ia membeberkan berbagai bukti bahwa di semua bagian wilayah ini, beras adalah makanan pokok yang disukai. Teknologi bertanam padi begitu berkembang di wilayah ini. Padi ditanam tidak saja di dataran rendah, tetapi juga di dataran tinggi. Bukan hanya sebagai bahan makanan pokok, beras juga menjadi komoditas yang diperdagangkan.

Selain dari beras, ikan adalah makanan utama masyarakat Asia Tenggara. Seperti halnya beras, ikan juga menjadi bahan komoditas yang diperdagangkan, meski skalanya tidak sebesar beras. Selain dari beras, wilayah Asia Tenggara juga menghasilkan rempah-rempah. Produk rempah-rempah inilah yang memicu hubungan Asia Tenggara dengan Eropa.

Orang Asia Tenggara tidak memiliki budaya makan daging sehari-hari. Daging dimakan sebagai bagian dari pesta ritual. Daging yang sering disajikan dalam ritual adalah domba, kerbau, ayam, itik, anjing, babi liar dan sebagainya. Di tingkat penduduk, kodok, cacing, penyu, kelelawar, ular, tikus dan serangga juga dimakan.

Orang Asia Tenggara pada umumnya meminum air dari alam. Sedikit saja yang memasak air tersebut. Selain dari minum air sebagai praktik sehari-hari, orang Asia Tenggara juga minum tuak (alkohol). Tuak diminum saat berpesta.

Dalam hal keramah-tamahan, orang di Asia Tenggara menyuguhkan sirih, pinang dan kapur. Reid menyatakan bahwa kebiasaan menyirih ini berasal dari Asia Tenggara (hal. 50). Kebiasaan ini menyebar sampai ke India dan China.

Bisa disimpulkan bahwa pada masa pra kolonial, penduduk Asia Tenggara hidup dengan cukup baik. Meski kadang-kadang mereka harus menghadapi perang lokal, namun mereka hidup sehat dengan makanan yang cukup.

 

Kebudayaan Material

Orang-orang di Asia Tenggara tidak terlalu menggunakan kekayaannya untuk membangun rumah. Mereka cukup puas hidup dalam rumah sederhana yang mudah dibangun. Bentuk rumah penduduk di Asia Tenggara pada umumnya sama. Rumah memiliki atap yang tajam untuk mengatasi air hujan yang lebat dan rumah berada di atas tiang. Rumah panggung ini berhubungan dengan bangunan rumah yang biasanya berada di atas air atau didaratan yang di bagian bawahnya dihuni binatang. Rumah memiliki ruang tamu, ruang tidur dan dapur dengan perapian.

Berbeda dengan rumah penduduk kebanyakan, bangunan untuk agama dan rumah raja dibangun permanen dan megah. Bangunan-bangunan keagamaan seperti candi dan masjid serta makan-makam dibangun dengan sangat megah pada periode ini.

Perbedaan antara orang kaya dan orang miskin ditandai oleh banyaknya kain yang digunakan di dalam rumah dan piring-piring emas yang digunakan oleh orang-orang kaya.

Penduduk Asia Tenggara juga mempunyai kebiasaan berhias pada tubuhnya. Penghitaman dan perataan gigi, pelubangan telingan dan merajah/tato pada kulit dan menata rambut adalah budaya yang menyebar di hampir seluruh wilayah ini. Mereka ini juga penyuka perhiasan dari emas. Kebiasaan tersebut tidak hanya berlaku pada perempuan, tetapi juga pada pria.

Sedangkan untuk pakaian, pada umumnya perempuan masih bertelanjang dada. Perubahan cara berpakaian ini sangat dipengaruhi oleh datangnya Islam dan Kristen di kawasan ini. Islam dan Kristen membuat perempuan di Asia Tenggara berpakaian lebih tertutup.

Orang Asia Tenggara menggunakan gerabah dan keramik dalam kehidupan sehari-harinya. Keramik bermutu tinggi kebanyakan didatangkan dari China. Sedangkan gerabah diproduksi secara lokal. Keramik dan gerabah ini digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum, tempat makan dan hiasan.

Kebudayaan material lain yang muncul pada periode abad 15-17 adalah kerajinan logam yang utamanya digunakan untuk membuat senjata. Teknologi peleburan besi sudah dikuasai oleh orang-orang di Asia Tenggara. Jawa bahkan sudah mengekspor keris ke India (hal. 123).

 

Pengaturan Masyarakat

Masyarakat Asia Tenggara adalah masyarakat yang longgar. Ikatan terkuat di wilayah ini adalah karena kekuatan personal untuk memberikan perlindungan. Suksesi sering tidak didasarkan kepada genealogi yang pasti, tetapi lebih kepada siapa yang paling kuat dan memiliki pengikut yang lebih banyak.

Sengketa dan peperangan seringkali bertujuan untuk mengumpulkan pengikut daripada merebut wilayah. Sebab wilayah teritorial bukan menjadi faktor utama untuk membangun kekuatan, melainkan banyaknya pengikut. Jumlah penduduk yang sangat sedikit menyebabkan pemimpin akan melakukan perang untuk merebut pengikut. Rakyat pun seringkali memilih untuk menghindari peperangan daripada mati-matian mempertahankan wilayahnya. Kebanyakan dari mereka memilih untuk melarikan diri ke hutan daripada harus mempertahankan pemimpin lamanya atau wilayahnya.

Khususnya di Jawa, peperangan sering dilakukan dalam bentuk duel antar pemimpin. Siapa yang menang, dia yang akan mengambil pengikut. Cara ini sangat efektif untuk menghemat nyawa yang mati akibat perang. Periode pra kolonial di Asia Tenggara juga ditandai dengan adanya tentara bayaran yang berasal dari India dan China. Bahkan juga tentara bayaran profesional dari Eropa.

Reid menyinggung hubungan kerja di masa ini. Asia Tenggara tidak mengenal tenaga kerja bebas yang bisa disewa atau budak yang diatur oleh negara. Tenaga kerja yang tersedia adalah budak hasil rampasan perang atau hasil penculikan. Sehingga sesungguhnya para budak ini adalah orang-orang bebas yang bisa saja kemudian naik kelas sebagai kelas ningrat.

Periode ini juga ditandai dengan adaptasi sistem hukum. Asia Tenggara mengadaptasi sistem hukum dari India dan Islam.

Lelaki dan perempuan mempunyai hak yang seimbang di Asia Tenggara. Para perempuan mempunyai posisi yang kuat dalam masyarakat dan keluarga. Para perempuan memiliki otonomi ekonomi. Mereka juga mendapatkan hak yang sama seperti lelaki dalam hal warisan. Kekayaan dimiliki bersama oleh suami dan istri. Demikian pun dalam hal memutuskan hubungan.

Perkawinan pada umumnya adalah monogami dengan tingkat perceraian yang tinggi. Perempuan mempunyai hak yang sangat tinggi untuk memutuskan hubungan perkawinan. Para perempuan juga menuntut kepuasan seksual dari lelaki. Para lelaki harus memasang logam di batang penisnya supaya bisa memberi kepuasan seksual kepada perempuan (hal 171).

Di banyak kasus perempuan menjadi pemimpin pemerintahan yang kuat.

 

Pesta dan Dunia Hiburan

Orang Asia Tenggara adalah orang yang banyak memiliki waktu luang. Mereka tidak perlu bekerja keras karena alam menyediakan segalanya. Reid menyebut orang Asia Tenggara sebagai homo luden. Mereka mempunyai banyak kesenangan, mulai dari pertunjukan, adu binatang, perjudian dan pesta-pesta. Pesta-perta besar sering dilakukan dengan pengunjung yang ribuan jumlahnya. Permainan adu binatang ini semakin terkikis seiring masuknya agama Budha, Islam dan Kristen ke wilayah Asia Tenggara.

Banyaknya waktu senggang menyebabkan seni tari, musik dan teater berkembang baik di wilayah ini. Tari-tarian yang indah berkembang di kalangan istana. Demikian pun dengan musik. Sedangkan teater banyak mengambil cerita dari India dalam pementasannya.

Selain dari hiburan tersebut, Asia Tenggara juga sangat kaya dengan permainan. Salah satu permainan yang terkenal adalah sepak takraw. Permainan ini dilakukan oleh bangsawan sampai dengan rakyat kecil di waktu luang mereka.

Wilayah ini, khususnya Jawa dan Bali penduduknya telah mengenal tulisan dengan baik pada abad 15-17. Hal ini sangat mengejutkan para pengelana Barat yang berkunjung ke Asia Tenggara pada masa itu. Bahkan wilayah ini sudah menghasilkan karya kesusatraan dalam bentuk tulisan.

 

Dapat disimpulkan bahwa pada abad 15-17 Asia Tenggara sudah menjadi sebuah wilayah yang terorganisir dengan baik. Mempunyai sistem kemasyarakatan yang memadai dan mempunyai kekuatan ekonomi yang mampu menopang kehidupan warganya.

Melalui buku ini Reid berhasil untuk menunjukkan bahwa kawasan Asia Tenggara adalah sebuah kesatuan wilayah secara geografis dan kependudukan. Dua kelemahan yang dilihat oleh Onghokham yang disampaikan dalam pengantar di buku ini ini adalah (1) Reid terlalu menonjolkan kesatuan Asia Tenggara, (2) Reid kurang mengelaborasi tentang banditisme yang juga menjadi ciri Asia Tenggara. Onghokham juga menyinggung implikasi dari hidup santai dari masyarakat Asia Tenggara yang tidak dibahas oleh Anthony Reid dalam buku ini.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler