Pada 2 Maret 2020, untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif COVID-19 di Indonesia. Wabah yang berasal dari Wuhan tak hanya menyerang Indonesia, namun seluruh dunia yang mengakibatkan pandemi global. Sampai Agustus 2020, tercatat 22,6 juta kasus positif di seluruh dunia. Wabah ini tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat dunia, namun sektor perekonomian dunia juga mulai tumbang. Tercatat beberapa negara besar di dunia telah mengalami resesi ekonomi, seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Italia, Korea Selatan, Hongkong, Jepang, Singapura, dan Filipina.
Indonesia pun mulai was-was resesi semenjak meningkatnya PHK (pemutusan hubungan kerja) dari sebuah perusahaan. Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), hingga 31 Juli 2020, jumlah pekerja yang terkena PHK maupun dirumahkan, mencapai 3,5 juta jiwa lebih sepanjang pandemi COVID-19 di negara ini. Bahkan, Organisasi Buruh Internasional (ILO) melaporkan dampak pandemi COVID-19 juga berpengaruh pada tenaga kerja global. ILO memperkirakan jumlah hilangnya pekerjaan bisa bertambah mencapai 195 juta pekerja karena COVID-19 yang memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Melihat fenomena ini, rasanya menjadi pegawai atau pekerja yang masih dikaruniai pekerjaan sekaligus pendapatan bagaikan dijatuhi emas berhektar-hektar. Perumpamaan ini bukan berlebihan, namun kenyataannya adalah seperti itu. Saat pekerja lainnya terkena PHK, mereka harus melamar pekerjaan lagi dari awal yang di mana saat pandemi seperti ini tak semua perusahaan membuka lowongan pekerjaan. Jika sudah begitu, tak jarang pekerja yang ter-PHK ini banting setir menjadi pedagang atau melakukan apa saja agar keran ekonomi keluarga kembali terbuka.
Seluruh dunia sedang berjuang, untuk kembali stabil, begitu juga dengan Indonesia. Keadaan yang seperti ini, kita tak bisa menyalahkan siapa-siapa, baik pemerintahan dan perusahaan sudah melakukan hal yang terbaik, tentu untuk masyarakat dan pekerjanya.
Yang bisa kita lakukan adalah: bertahan dan berikan yang terbaik selagi kesempatan masih di pundak kita. Bertahan, karena keluarga masih membutuhkan kita sebagai penopang perekonomian dan kebutuhan mereka. Bertahan, karena perusahaan masih mempercayai kita sebagai pekerja yang akan turut membantu melewati krisis ini. Bertahan, karena semesta masih berpihak kepada Anda. Sudahkah kamu mencoba bertahan di kala pandemi ini?
Ikuti tulisan menarik Meri Ana lainnya di sini.