x

Ilustrasi bergosip. shutterstock.com

Iklan

Lalu Azwar Hamzi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 September 2020

Selasa, 22 September 2020 06:37 WIB

Menuju Jenjang Dewasa

Arti dari kata dewasa yang sesungguhnya...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

          Ide saya ini muncul ketika saya mengerjakan tugas sebagai pengajar di salah satu sekolah negeri di Sukabumi Jawa barat (SMPN 3 cikembar). Pada waktu itu saya di minta untuk mengisi materi tentang masa depan untuk siswa kelas 9 yang sebentar lagi akan lulus dari sekolah tersebut. Jadi dari sini saya bertujuan untuk menanamkan kata dewasa yang sebenarnya untuk mereka, dengan harapan mereka menjadi lebih baik di masa depannya nanti.

          Dan langsung saya mulai pembicaraan hari itu dengan perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak. Perbedaan tersebut ada di kepala mereka sendiri, yaitu cara mereka menggunakannya atau cara berpikir mereka. Seorang anak-anak tidak mengenal yang namanya masa lalu dan juga tidak mengenal yang namanya masa depan. Dan yang mereka kenal hanyalah masa sekarang, dan oleh karena itu aktivitas kebanyakan anak-anak hanyalah bermain, lari ke sana kemari, loncat sana sini dan tidak peduli dengan apa yang terjadi nanti. Yang mereka pedulikan hanyalah "bagaimana caranya mereka bahagia pada hari itu. Dan intinya kebanyakan anak-anak tidak pernah merencanakan untuk masa depannya nanti.

          Dan adapun orang dewasa, orang yang benar-benar dewasa yang menggunakan akalnya dengan benar tidak akan kita jumpai melakukan sesuatu tanpa arti. Karena dewasa yang sebenarnya bukanlah umur seseorang saja melainkan cara berpikir mereka sendiri juga. Mereka akan mulai menyadari adanya lika-liku kehidupan dan mulai melihat adanya lubang yang harus mereka hindari untuk menuju tempat yang lebih baik lagi. Mereka mulai menuliskan rencana dan cita-cita mereka yang sebenarnya, entah itu di buku mereka ataupun di kepala mereka masing-masing. Dan pada akhirnya mereka akan mulai menempuh rencana tersebut agar sampai ke tujuan yang mereka inginkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

          Seorang ustadz dalam majelisnya menggambarkan jenjang kehidupan seorang manusia seperti jari jemari mereka sendiri. Dimulai dari kelingking, kelingking menggambarkan tentang masa kanak-kanak. Kecil mungil dan biasanya digunakan untuk membersihkan telinga hidung, intinya kebanyakan di pakai untuk hal seperti itu. Begitulah anak-anak tidak peduli dengan penampilan mereka bermain air bermain lumpur, dan bahkan mandi dengan lumpur.

Dan kita berangkat ke jari manis, jari manis menggambarkan tentang masa remaja seseorang atau biasa kita sebut dengan ABG (Anak Baru Gede). Kita lihat bagaimana seorang manusia memerlukan jari manis mereka, apakah seperti jari kelingking? Jawabannya tidak, akan tetapi jari manis adalah jari yang paling banyak diperhatikan oleh kebanyakan manusia. Mereka beri ia hiasan seperti cincin, dan ketika orang menikah mereka tidak menaruhnya di jari kelingking, jari tengah, telunjuk apalagi ibu jari, karena di situlah hiasan enak untuk di pandang.

Dan begitulah seorang remaja, mereka mulai memperhatikan penampilan mereka. Maka tidak heran kita melihat banyak wanita pada masa itu lebih sering melihat cermin, dan seorang laki-laki pada masa itu bertingkah seperti orang yang paling kuat. Kenapa mereka melakukan hal tersebut? Karena mereka mau mencuri hati lawan jenisnya dan di perhatikan.

          Dan adapun jari tengah, jari yang paling tinggi di antara semua jari. Jari ini menggambarkan masa dewasa seseorang masa yang akan menentukan masa depan mereka nanti. Mereka bekerja keras dan berusaha pada masa ini mampu mengubah jari telunjuk sebagai kata perintah. Dan pada saat itulah orang-orang mulai mengangkat ibu jari mereka dan mengatakan, "hebat sekali orang ini." 

Sebaliknya, jika mereka bermalas-malasan dan masih tidak peduli masa depan yang lebih baik, mereka tidak akan mampu mengubah jari telunjuk menjadi kata perintah, melainkan kembali seperti jari kelingking--jari yang digunakan seperti apa yang kita sebutkan sebelumnya. Dan orang tidak akan mengangkat ibu jari mereka untuknya. Melainkan mereka akan menurunkan ibu jari mereka dan mengatakan sesuatu yang sebenarnya tida mau kita dengar.

          Dan inilah pentingnya sebuah kedewasaan yang sebenarnya, maka rugilah orang yang terus menyia-nyiakan masa ini dengan hal yang tidak bermanfaat untuk masa depannya.

Ikuti tulisan menarik Lalu Azwar Hamzi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler