x

Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 25 Oktober 2020 13:59 WIB

Mikropon dan Trik Menguasai Sidang

Insiden dimatikannya mikropon anggota DPR oleh Ketuanya beberapa waktu lalu sebenarnya bukan hal baru. Mereka yang pernah aktif di organisasi kemahasiswaan mestinya masih ingat trik-trik mengatasi oposisi di dalam ruang sidang. Nah, mematikan mikropon itu salah satunya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Insiden dimatikannya mikropon anggota DPR oleh Ketuanya beberapa waktu lalu sebenarnya bukan hal baru. Mereka yang pernah aktif di organisasi kemahasiswaan mestinya masih ingat trik-trik mengatasi oposisi di dalam ruang sidang. Nah, mematikan mikropon itu salah satunya.

***

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun berupa benda mati alias tidak bernyawa, mikropon ternyata punya nilai penting bagi hidup manusia. Mikropon bukan hanya sangat dibutuhkan oleh petugas pengatur lalu lintas bus di terminal, atau untuk membantu para pejabat berpidato saat memberi pengarahan kepada bawahan, tapi juga penting saat ijab kabul dalam pernikahan. Begitu mikropon mati karena aliran listrik terhenti, kelabakanlah yang sedang berpidato. Pengantin laki-laki pun langsung gelisah, gawat jika sampai batal akadnya.

Ingat mikropon, ingat masa-masa jadi mahasiswa. Di dalam organisasi kampus pun, kompetisi di antara mahasiswa tak kalah seru. Banyak trik dilakukan oleh aktivis agar menang dalam pengambilan keputusan, misalnya saat memilih ketua baru yang biasanya memang gaduh. Di antara banyak trik itu, dua di antaranya sering dipakai, yaitu memperpanjang rapat atau sidang hingga dinihari dan memegang kendali atas hidup dan matinya mikropon.

Rapat organisasi mahasiswa mestinya bisa lebih cepat dibanding rapat parlemen, tapi kalau bisa dibuat maraton, kenapa mesti dipercepat. Pengambilan keputusan dibikin berlarut-larut dan alot, berjam-jam, dan ulur waktu hingga dini hari tiba. Banyak peserta sidang yang tidak memiliki daya tahan tubuh kuat untuk mengikuti rapat maraton. Banyak yang mengantuk, sehingga pikiran tidak lagi fokus, konsentrasi juga memudar saat melewati tengah malam.

Nah, ketika dinihari tiba, ketika lebih banyak orang yang kesadarannya makin menurun, dilakukanlah pengambil keputusan. Saat itu, akan lebih banyak peserta sidang yang mengiyakan apa kata pimpinan sidang, padahal jika mereka sedang melek penuh mungkin saja menolak keputusan itu. Ketua sidang lebih mudah mengetok palu saat dini hari ketimbang ketika masih sore. Mungkin saja banyak peserta sidang yang kemudian protes, tapi umumnya protes diabaikan.

Trik kedua yang sering dilakukan ialah memegang kendali atas hidup dan matinya mikropon—karena mikropon itu tidak punya nyawa, yang dimaksud hidup dan mati itu tidak lain di-on-kan dan di-off-kan. Pokoknya kuasai mikropon di ruang sidang, sebab peserta sidang biasanya akan melakukan interupsi saat sidang berlangsung. Teknologi memungkinkan pengendalian mikropon yang tersentralisasi

Jika seorang peserta sidang hendak melakukan protes, pimpinan sidang bisa mengambil inisiatif untuk mematikan mikroponnya, sehingga interupsi maupun protes itu tidak akan terdengar oleh peserta sidang lainnya. Jika kemudian terjadi kegaduhan, abaikan saja. Jika ada yang marah-marah, jangan ambil hati. Pertahankan mikropon sampai kapanpun; itulah trik yang diajarkan senior agar menang dalam mengambil keputusan.

Trik-trik semacam itu kelihatannya berguna di dalam praktik hidup berbangsa. Bagaimana keputusan politik yang memengaruhi hidup ratusan juta rakyat ditentukan oleh rapat-rapat maraton yang dinamikanya luar biasa sehingga rakyat bingung mengikutinya. Saat rakyat bingung, palu diketok. Jika ada yang protes atau interupsi, matikan saja mikroponnya. Kelihatannya, pengalaman berorganisasi semasa mahasiswa punya manfaat luar biasa bagi banyak orang yang kini duduk di kursi-kursi kekuasaan. Dengan dua trik itu saja, kemenangan sudah bisa diraih.

Oh ya ada satu trik lagi, sekedar intro: jika sedang memimpin sidang, jangan beri kesempatan berbicara kepada peserta yang kira-kira punya opini-kontra; pokoknya pegang erat-erat itu tombol on dan off yang nyambung ke mikropon peserta di floor. Bilang saja, waktu sidang habis, langsung ketok palu. Bahkan, palu sidang pun harus dijaga keamanannya, jangan sampai ketika tiba waktunya untuk mengetuk, palunya disembunyikan entah di mana—ini juga trik untuk memenangkan sidang pengambilan keputusan. Jika dirasa perlu, setelah membuka sidang, simpan palu sidang di saku jas. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler