x

foto founding fathers

Iklan

Alfath Satriya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Juli 2020

Senin, 16 November 2020 19:43 WIB

Alam Pikiran Yunani: Sebuah Review Karya Mohammad Hatta

Sebuah ulasan buku karya Wakil Presiden RI pertama Bung Hatta. Buku ini merupakan buku pertama yang dibuat oleh Bung Hatta sekaligus dijadikan mahar oleh Bung Hatta ketika ingin menikahi ibu Rahmi. Kenapa Hatta memandnag penting untuk mempelajari filsafat Yunani? Setidaknya ada dua alasan. Simak dalam artikel ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Pemikiran filsafat Yunani merupakan salah satu pemikiran yang menjadi milestone berkembangnya pemikiran-pemikiran yang lain. Peradaban Yunani menjadi yang terdepan dikarenakan banyak filsuf-filsuf Yunani yang pandangan-pandangannya dijadikan benchmark oleh pemikiran-pemikiran berikutnya. Sebut saja Plato. Pemikiran Plato tentang negara masih dijadikan referensi dalam pemikiran politik barat yang masih sangat relevan untuk didiskusikan.

Mohammad Hatta melihat bahwa membahas pemikiran filsafat Yunani sangatlah penting. Setidaknya ada dua alasan mengapa penting mempelajari pemikiran filsafat Yunani. Pertama, filsafat perlu dipelajari untuk menajamkan pikiran dan memperluas wawasan. Filsafat merupakan Mother of Knowledge yang menjadi “pintu gerbang” untuk mempelajari  dan mengerti ilmu-ilmu lain dengan lebih mudah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, filsafat Yyunani merupakan awal mula dari peradaban barat. Pemikiran filsafat Yunani memberikan sendi-sendi bagaimana akhirnya “wajah” peradaban barat terutama dalam hal pemikiran politik dan pemerintahan. Rasionalisme dan intelektualisme yang mewarnai kehidupan peradaban barat juga diawali dari tradisi pemikiran filsafat Yunani.

Pembagian pemikiran filsafat Yunani

Mohammad Hatta di dalam bukunya membagi pemikiran filsafat Yunani menjadi 8 bagian.

  1. Filsafat Alam

Filsafat Alam ini merupakan pemikiran awal filsafat yunani. Inti dari filsafat ini adalah pemikiran tentang alam. Bagaimana alam ini bermula, apa yang mendasari alam merupakan pertanyaan-pertanyaan di dalam pemikiran filsafat alam. Pemahaman mengenai alam diproblematisasi dan digali terus menerus. Filsuf dari pemikiran ini adalah Thales, Anaximandros, dan Anaximenes.

 

  1. Filsafat Herakleitos

Herakleitos adalah seorang filsuf yang lahir di kota Ephesos di Asia Minor. Dia mempunyai pandangan tersendiri mengenai alam yang berbeda dari filsuf-filsuf sebelumnya. Dia mempunyai pandangan bahwa alam itu terus bergerak. Tidak ada yang boleh disebut dengan ada, melainkan menjadi . Semua yang ada di dunia ini terus melakukan proses pergerakan. Pergerakan yang terjadi di dunia/alam ini bukan pergerakan yang asal namun pergerakan yang dikendalikan oleh Logos yang berarti pikiran yang benar. Logos menjadi dasar perbuatan manusia. Oleh karena itu, memahami logos adalah kewajiban manusia.

 

  1. Filsafat Elea

Inti dari pemikiran Filsafat Elea adalah bahwa sesuatu “Yang Ada” itu satu, tidak berubah-ubah. Menurut pemikiran filsafat ini, kebenaran tidak hanya didapatkan dengan panca indera namun dengan pikiran yang memperhatikan. Pemikiran ini bertentangan dengan pemikiran filsafat Herakleitos, pemikiran filsafat Elea berpandangan bahwa sesuatu itu tetap sedangkan filsafat Herakleitos berpandangan bahwa sesuatu itu berubah-ubah (selalu mengalami pergerakan). Filsuf dalam pemikiran ini adalah Xenophanes, Parmenides, Zeno, dan Melissos.

 

  1. Filsafat Pythagoras

Dalam khazanah pemikiran filsafat yunani, Pythagoras mempunyai corak pemikiran tersendiri. Pythagoras mendasarkan pemikiran filsafatnya pada pandangan agama sehingga warna pemikiran filsafatnya bisa dikatakan cenderung mistik. Inti dari pemikiran filsafat Pythagoras adalah mendidik kebatinan dengan menyucikan ruh. Pythagoras percaya dengan konsep akhirat sehingga apa yang diusahakan manusia di dunia haruslah berkorelasi dengan tujuan hidup di akhirat. Selain itu, Pythagoras merupakan ahli matematika dia berpandangan bahwa Alam ini tersusun dalam angka-angka.

 

  1. Neo Filsafat Alam

Pemikiran mengenai filsafat alam muncul lagi dalam khazanah pemikiran filsafat yunani. Pemikiran neo filsafat alam ini sama seperti pemikiran filsafat Elea bahwa substansi tidak berubah-ubah. Pemikiran filsafat ini menjadi tonggak awal lahirnya filsafat materialisme yang berintikan bahwa semuanya terjadi dari benda atau materi. Filsuf dalam pemikiran ini adalah Empedokles, Anaxagoras, Leukippos, dan Demokritos.

 

  1. Filsafat Sofisme

Pemikiran filsafat sofisme lahir diantara pemikiran filsafat alam dengan filsafat klasik. Titik tekan dari pemikiran sofisme adalah bahwa persoalan filsafat bukan lagi terlertak pada kosmos/alam besar namun terletak pada manusia. Filsafat harus membahas manusia sebagai makhluk hidup yang berpengetahuan dan berkemauan. Pengetahuan dan kemauan manusia harus dijadikan topik utama dalam pembahasan filsafat. Selain itu, pemikiran filsafat sofisme juga berpandangan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak, semua hal di dunia ini bersifat relatif. Pendekatan yang dilakukan pun adalah skeptisme. Pandangan yang seperti ini akhirnya yang membuat peradaban yunani perlahan mulai runtuh. Di zaman kaum sofis ini seni berpidato atau yang kita kenal dengan istilah retorika mulai berkembang. Filsuf dalam pemikiran ini antara lain Protagoras, Gorgias, Hippias, Prodikos.

 

  1. Filsafat Klasik

Pemikiran filsafat klasik bisa dikatakan merupakan pemikiran filsafat yang paling populer dibandingkan dengan pemikiran-pemikiran yang lain. Pemikiran ini diawali dengan Socrates lalu dibangun secara sophisticated oleh Plato dan Aristoteles. Pemikiran filsafat klasik memberikan sumbangsih yang besar dalam teori-teori ilmu politik, hukum, sosial, dan ekonomi.

Socrates memberikan pengaruh yang besar dalam metode bagaimana mencari kebenaran. Menurut Socrates untuk mencari kebenaran kita harus melakukan perbandingan secara kritis. Sesuatu hal apabila mau dianggap valid harus selalu diuji dengan beberapa keadaan atau kejadian yang nyata. Metode pengujian kebenaran yang seperti ini dinamakan sebagai Metode Socrates.  Socrates juga meninggalkan nilai etik yang terkenal yaitu budi ialah tahu yang artinya budi baik manusia timbul dengan pengetahuan.

Setelah Socrates, pemikiran filsafat klasik dikembangkan lagi oleh Plato. Plato membuat konsep mengenai idea. Secara sederhana yang dimaksud dengan idea adalah pengetahuan, dalam hal ini menurut Plato, idea dapat diperoleh dengan pikiran yang mendalam. Gagasan idea ini awalnya hanya berkaitan dengan permasalahan logika namun berkembang terus menerus meliputi pandangan politik, sosial, bahkan agama.

Gagasan idea pun tidak bisa dilepaskan dari peran guru Plato, yaitu Socrates yang mempunyai adagium budi ialah tahu. Selain berbicara mengenai filsafat secara umum, Plato juga berbicara tentang suatu negara ideal. Menurut Plato, suatu negara akan berjalan dengan baik apabila dipimpin oleh seorang yang mencintai kebijaksanaan atau yang dikenal dengan istilah philosopher king

Setelah Plato, pemikiran filsafat klasik Yunani dikembangkan oleh Aristoteles. Secara umum, Aristoteles memiliki pandangan yang sama dengan Plato namun ada beberapa hal yang berbeda salah satunya mengenai bagaimana cara memperoleh pengertian. Menurut Aristoteles pengertian tidak diperoleh dari suatu hal yang umum namun dari suatu hal yang spesifik yang kita kenal dengan metode induktif. Sederhananya Plato seorang yang rasionalis sedangkan Aristoteles seorang yang empiris.

Selain itu, Aristoteles juga dikenal sebagai bapak “logika” . Dia yang memperkenalkan metode silogisme dalam menarik kesimpulan. Aristoteles juga membangun ajaran mengenai tujuan atau yang dikenal dengan teleologis. Dalam pandangan politiknya, Aristoteles menjelaskan bahwa setiap negara mengalami siklus naik turun dalam perjalanannya. Menurut Aristoteles sistem pemerintahan yang baik itu monarki, aristokrasi, dan politea/timokrasi. Sedangkan sistem pemerintahan yang buruk yaitu tirani, oligarki, dan oklokrasi.           

 

  1. Filsafat Helen-Romana (Hellenistik)

Peralihan pemikiran filsafat klasik menjadi filsafat Hellenistik disebabkan oleh ekspansi yang dilakukan oleh Alexander the Great. Pemikiran filsafat Hellenistik ini menggabungkan antara pemikiran filsafat Yunani dengan romawi. Selain itu, filsafat Hellenistik lebih memberikan perhatian pada ilmu-ilmu yang lebih spesifik dibandingkan teori yang umum. Pemahaman tentang filsafat diarahkan kepada hal yang lebih praktis ketimbang teoritis.

Secara garis besar, filsafat Hellenistik dibagi menjadi dua, yaitu masa etik dan masa religi. Masa etik terdiri dari 3 mazhab (school) yaitu Epikuros, Stoa, dan Skeptis. Pada masa ini inti dari suatu filsafat yaitu kesenangan hidup sehingga filsafat dianggap berguna apabila memberikan kesenangan hidup.

Sementara itu, masa religi terdiri dari 3 mazhab (school) yaitu Neo-Pythagoras, Philon yang terdapat di Alexandria, dan Neo-Platonisme. Pada masa religi filsafat dibelokan ke arah yang lebih mistis, rasionalisme tidak lagi dianggap penting. Irasionalisme kembali berkembang sehingga keinginan untuk berpikir secara merdeka dan bermartabat menjadi hilang digantikan dengan perasaan mistis yang tidak berdasar.

 

Kesimpulan:

Pemikiran filsafat Yunani bisa dikatakan sebagai salah satu kerajaan pemikiran yang besar. Pemikiran ini “menguasai” Eropa kurang lebih seribu tahun lamanya. Sampai saat ini banyak pemikiran-pemikiran terutama dalam ranah sosial, politik, dan hukum yang masih menjadikan pemikiran ini sebagai benchmark gagasan-gagasan mengenai kenegaraan. Selain itu, secara praktis dengan mempelajari filsafat kita diharapkan dapat melihat suatu hal atau fenomena menjadi lebih kritis, tajam, dan mengedepankan rasionalitas.

  

 

 

 

 

 

 

   

Ikuti tulisan menarik Alfath Satriya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu