x

cover buku Tay Juhana

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 30 Desember 2020 06:16 WIB

Tay Juhana Pelopor Industri Kelapa yang Peduli Kepada Rakyat

Tay Juhana adalah seorang inovator, dia merintis berkebun kelapa di lahan datar rendah dan basah. Tay Juhana membangun perusahaan yang mengolah minyak kelapa. Menghadapi gempuran minyak kelapa sawit, dia melakukan inovasi membuat produk hilir dari buah kelapa. Ia berhasil. Simak kisah suksesnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Tay Juhana – Pelopor Industri Kelapa

Penulis: Tay Ciaying

Tahun Terbit: 2018

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Penerbit Buku Kompas                                                                         

Tebal: xiv + 362

ISBN: 978-602-412-321-5

 

Ungkapan yang tepat bagi sosok Tay Juhana alias Tay Jui Chuan - yang digambarkan dalam buku ini adalah seorang inovator yang pro rakyat. Tay Juhana memang seorang inovator, karena dia berani mencoba sesuatu yang baru, yaitu berkebun kelapa di lahan yang tak subur. Ia mencintai rakyat karena perjuangannya saat membangun perusahaan selalu memperhatikan kesejahteraan rakyat.

Kita mengenal merk KARA (santan dalam kemasan), tetapi tidak mengenal nama Tay Juhana. Padahal Tay-lah yang memproduksi santan kelapa segar dalam kemasan tersebut.

Tay lahir di Singapura tanggal 28 Oktober 1938 dari seorang imigran dari negeri Tiongkok. Kakek dan ayahnya adalah seorang pedagang kopra antarpulau. Ayahnya bermigrasi ke Singapura sambal terus berdagang kopra dari Pantai Barat Pulau Sumatra. Bahkan ayahnya sudah mendirikan toko kelontong di Kuala Enok sebelum Jepang masuk ke Indonsia. Toko tersebut sempat terbengkalai di masa pendudukan Jepang.

Tay Juhanda menghabiskan masa kecilnya di Singapura. Karena kenakalannya, ayahnya memutuskan memberhentikan Tay Juhanda dari sekolah untuk membantunya berdagang. Maka sejak tahun 1957 Tay mulai ikut perahu yang membawa kopra dari Kuala Enok ke Singapura. Tay ternyata sangat menyukai keputusan ayahnya. Setelah ayahnya pensiun pada tahun 1959 karena alasan Kesehatan, Tay mengambil alih usaha tersebut. Ia tinggal di Kuala Enok dan mulai membangun usaha. Pada tahun 1967 ia mendirikan PT Pulau Sambu di Kuala Enok. Pada tahun 1983, Tay memperluas pabriknya ke Sungai Guntung dan pada tahun 1993 ia mendirikan pabrik di Pulau Burung.

PT Pulau Sambu adalah salah satu perusahaan Indonesia yang mempunyai reputasi internasional. Perusahaan yang fokus kepada produk kelapa ini telah membanggakan Indonesia. Melalui PT Pulau Sambu, Tay telah mengubah Indragiri Hilir dari sekadar produsen kopra menjadi wilayah yang menghasilkan produk hilir kelapa yang mempunyai nilai tambah yang sangat tinggi. Meski PT Pulau Sambu sudah sangat terkenal, namun Tay Juhanda memilih untuk no profile (istilah yang dia pakai untuk menunjukkan bahwa dia tidak mau tampil).

Inovasi Tay dimulai dengan pemanfaatan lahan datar rendah dan basah yang tidak subur. Ia membangun perkebunan kelapa dengan membangun parit-parit sehingga kelapa bisa tumbuh subur. Selama ini jenis lahan ini diabaikan begitu saja. Sebab masyarakat terlanjur berpendapat bahwa lahan tersebut susah diolah. Namun berkat ketekunan Tay, lahan miskin tersebut bisa disulap menjadi kebun kelapa hibrida yang sangat menghasilkan.

Keberhasilan Tay ini pernah menarik Presiden Suharto untuk mengunjungi kebunnya. Presiden Suharto datang ke kebun milik Tay pada 14 Juni 1990 (hal. 16). Kekaguman Suharto atas upaya pemanfaatan lahan datar, basah dan tidak subur ini kemudian memicunya memberi penghargaan Satyalencana Pembangunan kepada Tay Juhanda pada tahun 1991.

Inovasi kedua yang dilakukan oleh Tay adalah saat ia menghadapi gempuran minyak sawit. Pesatnya perkembangan perkebunan sawit membuat produk minyak kelapa tergusur. Sebab minyak sawit lebih mudah didapat, harganya lebih murah dan lebih mudah disimpan dalam waktu yang lebih lama. Alih-alih merombak kebunnya menjadi kebun sawit, Tay malah melakukan inovasi dengan membuat produk hilir dari buah kelapa. Ia menciptakan kelapa parut kering, santan dalam kemasan, nata de coco dan VCO, serta produk dari kelapa segar lainnya. Inovasinya ini membuatnya tetap bertahan pada produk kelapa.

Tay adalah seorang yang sangat yakin akan pendapatnya. Ia gigih memperjuangkan supaya idenya bisa terwujud. Ia adalah seorang pekerja keras yang tak kenal menyerah. Upaya untuk menaklukkan lahan dan membuat produk non minyak dari kelapa membuktikan ketegarannya. Meski hanya bersekolah sampai setingkat SMP, Tay adalah seorang yang cerdas. Ia cepat belajar tentang hal-hal baru yang dijumpainya. Ia juga suka membaca buku. Tidak hanya berhenti pada mengumpulkan pengetahuan, Tay adalah seorang jenius yang bisa merangkai pengetahuannya menjadi sebuah pendapat baru. Lebih hebat lagi, Tay mampu mewujudkan pendapatnya tersebut menjadi sebuah karya.

Tentang kedermawanannya dan kecintaannya kepada rakyat, buku ini memuat banyak bukti. Ia selalu mengutamakan untuk membeli kelapa rakyat dengan segala kualitasnya (hal. 127). Ia menamakan produk santan kemasan dengan merk KARA (singkatan dari Kelapa Rakyat). Ia selalu mengutamakan orang-orang kampung yang ada di dekatnya untuk mendapatkan manfaat dari apa yang dibangunnya. Contoh yang diberikan dalam buku ini adalah tentang hubungan pribadinya dengan orang-orang lokal, kepeduliannya untuk membangun sekolah dan infrastruktur serta pemberdayaan SDM lokal.

Tay mempunyai hubungan personal dengan orang-orang yang dipercayanya. Contohnya adalah hubungannya dengan Aan dan Badaniah. Aan adalah seorang motoris perahu mesin yang dipercaya menjadi sopir Tay saat mengarungi sungai dan laut. Bukan hanya sebagai sopir, Aan sering dipercaya untuk mengirim dan mengambil uang dalam jumlah besar dari bank. Sedangkan Badaniah adalah Kepala Desa Kuala Enok. Selain sebagai Kepala Desa, Badaniah juga bekerja di PT Pulau Sambu dengan posisi manager. Tay mempercayai Badanian sebagai manager karena Badanian bisa dipercaya. Bukan hanya dengan kedua orang tersebut, Tay juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan orang-orang kampung yang menjadi keprcayaannya.

Tay membangun infrasrutktur dimana ia mendirikan usaha. Selain untuk memperlancar usahanya, infrastruktur yang dibangun juga bermanfaat bagi masyarakat yang ada di wilayah itu. Tay mendirikan sekolah dari jenjang SD sampai SMA/STM. Ia juga mengutamakan tenaga lokal untuk rekriutmen tenaga kerja di pabriknya.

Buku ini juga mengungkap kecintaan Tay kepada Indonesia. Meski ia lahir dan menjalani masa kecilnya di Singapura, Tay Juhana memilih untuk menjadi Warga Negara Indonesia pada tahun 1966. Ia mengganti namanya dari Tay Jui Chuan menjadi Tay Juhana. Kecintaan Tay kepada Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak ia menggantikan ayahnya berdagang kopra di tahun 1959. Meski sempat terkendala karena masalah sengketa Indonesia – Malaya, atau yang lebih dikenal dengan Dwikora di masa Sukarno, Tay kembali bersemangat berbisnis di Indonesia di awal era Orde Baru. Pada masa Dwikora, Tay bukannya pasif. Tay membantu logistic pasukan katak dari Indonesia dan membantu membebaskan tentara Indonesia yang ditawan oleh tentara Australia dan berhasil menyelamatkan beberapa diantaranya dari hukuman mati (hal. 79). Dari peristiwa itu Tay memiliki hubungan yang dekat dengan seorang Kapten KKO.

Seorang bisnisman ternyata tidak hanya peduli kepada keuntungan untuk dirinya dan keluarganya saja. Tay membuktikan bahwa menjadi bisnisman juga bisa memberi manfaat bagi masyarakat banyak dimana ia membangun usahanya. (559)

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler