Dari tempat itu, Joe Simpson menghabiskan tiga hari tanpa makanan dan nyaris juga tanpa air, merangkak dan kadang berdiri menyeret kaki patahnya melintasi gletser dan labirin crevasse yang membingungkan. Dalam kondisi sedemikian rupa, Simpson juga harus menemukan arah yang benar untuk dapat kembali ke tenda mereka yang jauhnya sekitar lima mil. Di samping itu, dibutuhkan juga keterampilan dirinya untuk mampu menemukan rute yang tepat melewati ceruk-cerus di gletser tersebut yang berjumlah ratusan banyaknya.
Merangkak dengan kaki patah, tanpa makanan dan minuman, melintasi gletser sejauh delapan setengah kilometer tentu bukan perkara yang mudah dan menyenangkan untuk dilakukan, namun demikianlah yang harus Simpson lakukan jika ingin tetap hidup.
Akhirnya dalam kombinasi kelelahan, kelaparan, mengigau, dan halusinasi, Simpson mencapai basecamp mereka, membuat kekagetan sekaligus kegembiraan luar biasa bagi Simon Yates dan Richard yang sudah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat itu dalam beberapa jam lagi.
Secara umum kisah survival yang dilakukan Joe Simpson di Siula Grande ini dianggap sebagai salah satu legenda mountaineering yang paling mengagumkan. Meskipun demikian, Simon Yates sempat dikritik secara luas mengenai keputusannya memotong tali saat itu.
Akan tetapi, Joe Simpson selalu tampil dan memberikan pembelaan terhadap rekannya. Keputusan Yates saat itu sama sekali tak dapat dihujani dengan kritik. Simpson mengatakan, ia pun akan melakukan hal serupa jika ia berada pada posisi Simon. Touching The Void di Siula Grande tidak pernah merusak kedekatan antara Simon Yates dan Joe Simpson, dan persahabatan antara kedua orang ini terus bertahan hingga sekarang.
Tulisan ini dikutip dari buku Dunia Batas Langit karya Anton Sujarwo. Bisa didapatkan di https://akasakaoutdoor.co.id/collections/e-book
Ikuti tulisan menarik anton sujarwo lainnya di sini.