Ekonomi Membaik, Permintaan Mineral Meningkat

Rabu, 17 Februari 2021 07:39 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bank Dunia, IMF, dan beberapa institusi memprediksikan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2021 naik hingga 5,5 persen. Prediksi tersebut akan memberikan dampak positif bagi permintaan komoditas mineral dan logam negeri. Faktor pasar dan pergerakan harga komoditas global menjadi mempengaruh produksi dan penjualan mineral di Indonesia.

Untuk memulihkan perekonomian global yang diakibatkan dari wabah coronavirus sepanjang tahun 2020 lalu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dari negara masing-masing dalam menemukan solusinya. Di Indonesia sendiri, tingkat produksi dan penjualan seluruh komoditas terkena dampaknya, salah satunya komoditas mineral.

Faktor pasar dan pergerakan harga komoditas global menjadi pengaruh produksi dan penjualan mineral di Indonesia. Sugeng Mujiyanto selaku Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM menjelaskan untuk sisi produksi, realisasinya berada di bawah target. Sementara pada sisi penjualan, beberapa komoditas mampu melebihi target. 

Di antara produksi tembaga, emas, perak, dan timah, yang mampu melampaui target adalah nikel sebesar 2.316.500 juta ton atau 120 persen dari target yang terdiri dari Ferronickel 1.462.300 ton dan Nickel Pig Iron sebanyak 860.500 ton. Sementara produksi nickel matte sebesar 91.700 ton atau 127 persen dari target.

Dikutip dari Kontan.co.id (14/2), Sugeng menjelaskan bahwa Covid-19 memiliki dampak terhadap produksi mineral tahun 2020. Meskipun sebagian besar produksinya di bawah target, namun olah nikel mampu menunjukkan kenaikan. Sedangkan untuk sisi penjualannya, Sugeng menambahkan selain timah dan nikel matte, sisanya mengalami peningkatan.

Pendemi coronavirus ini membawa keberuntungan bagi komoditas mineral. Komoditas mineral di Indonesia memiliki peluang yang lebih bagus jika dibandingkan dengan komoditas lainnya dalam memperbaiki ekonomi negeri yang tidak stabil ini. 

Pada industri kendaraan listrik, komoditas mineral memiliki peran di dalamnya. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dari baterai lithium adalah nikel. Ini berarti, dunia membutuhkan nikel dan mineral penunjang lainnya. 

Sumber daya alam di Indonesia melimpah, dan itu bukanlah rahasia lagi. Belum lagi sejak Januari 2020, pemerintah menetapkan larangan ekspor nikel mentah, yang menyebabkan seluruh penjualan diharapkan dapat diserap pasar domestik. Upaya pemulihan ekonomi Indonesia di tengah pandemi coronavirus dimulai. Bank Dunia, IMF, dan beberapa institusi lain telah memprediksikan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2021 naik hingga 5,5 persen. Arif S. Tiammar selaku praktisi tambang dan smelter menjelaskan prediksi tersebut akan memberikan prospek positif bagi permintaan komoditas mineral dan logam negeri. 

Dikutip dari Kontan.co.id (14/2), Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto berharap, dari upaya mendorong realisasi hilirisasi dan pembangunan smelter yang melampaui target dapat meningkatkan permintaan di dalam negeri.

Adanya investor asing yang masuk untuk bekerja sama dengan pengusaha industri pertambangan adalah kabar baik. Namun, pandangan bahwa mereka "mengeruk" SDA masih tetap ada. Dibandingkan dengan kata "mengeruk", bukankah lebih cocok menggunakan kata "memanfaatkan"? Memanfaatkan berarti berguna bagi masyarakat luas, bukan hanya satu pihak saja yang merasakan keuntungannya. Bukankah begitu?

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler