x

Menara menjadi satu-satu bangunan yang tidak dipugar dari masjid tertua di Bali yang berada di Gelgel, Klungkung ini. (Tempo/Charisma Adristy)

Iklan

Yasir Husain

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Maret 2021

Jumat, 5 Maret 2021 08:45 WIB

Tentang Hijrah dan Hati yang Gelisah


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudahkah Anda berhijrah? Pertanyaan tersebut sudah seringkali terdengar, bahkan telah menjadi trend di kalangan milenial saat ini. Namun begitu, masih banyak yang tak memahami untuk apa sebenarnya mereka berhijrah. Katanya hijrah, tapi kok masih gelisah? Bilangnya hijrah, tapi kok hatinya masih tertaut sama makhluk? Gerakannya hijrah, tapi kok prinsipnya tidak?

Hijrah itu menyeluruh, dari hati ke kata dan perbuatan. Hijrah adalah berpindah dengan meninggalkan keburukan-keburukan, menuju tatanan baru yang dipenuhi kebaikan-kebaikan. Siapa dan apa saja yang pindah? Tentu yang awalnya buruk. Hati yang sebelumnya tertutupi dengan noda hitam akibat dosa, berpindah meninggalkan segala sumber dosa. Lingkungan yang sebelumnya menjadi sumber maksiat, diganti dengan menuju lingkungan baru yang tak menjerumuskan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap gerak, ucapan, tingkah, teman, fasilitas, dan apapun yang sebelumnya memberi pengaruh buruk, gantilah dengan suasana baru yang memberikan pengaruh-pengaruh positif. Pindahlah ke tempat di mana kamu bisa lebih dekat ke jalan Allah. Beralihlah ke situasi di mana kamu tak lagi mudah berbuat dosa, dan membuat hatimu selalu gelisah.

Ketika gerakan dan penampilanmu telah terlihat baik, namun hatimu masih sering gelisah karena makhluk, coba dicek lagi. Jangan-jangan yang kamu katakan hijrah hanyalah untuk terlihat baik di depan orang-orang. Ketika tuturmu telah indah, namun masih tak bisa menepati janji, coba dicek lagi. Jangan-jangan yang kamu pahami tentang hijrah, hanyalah kepandaian merangkai kata. Padahal hijrah itu menyeluruh. Padahal hijrah itu harus total, tak mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan.

Hijrah itu menuju Allah. Bergerak melaksanakan perintah-Nya, hidup dalam petunjuk-Nya, dan istikamah di atas kebenaran berdasarkan aturan-Nya. Bukan memformat segala kebaikan untuk diselaraskan dengan pengakuan makhluk. Bukan merekayasa penampilan, agar mendapatkan pujian dunia. Hijrah itu karena Allah, bukan karena selain-Nya.

Dengan berhijrah, bukan berarti kamu mengubah dirimu, tapi mengganti segala yang buruk pada dirimu dengan segala yang baik. Segala yang buruk itu, tentu bukanlah pada apa yang tampak saja. Tapi menyeluruh ke segala hal yang berkaitan denganmu. Ucapanmu harus sesuai perbuatanmu, tingkahku harus sejalan dengan hatimu yang harus menjadi baik.

Hakikatnya, sejak kita ber-Islam, saat itulah sebenarnya kita telah berhijrah. Saat itulah kita harus total menjalani hidup ini berdasarkan aturan Allah yang disampaikan dalam Islam. Allah Swt., berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Ketika kamu telah mengaku beriman, artinya kamu harus siap membawa dirimu total untuk ber-Islam. Menyeluruh. Bukan hanya dalam gerak, atau pada kata saja, tapi seluruh jiwa ragamu haruslah beramal berdasarkan petunjuk Allah dalam Islam.

Jika kamu telah mengaku berhijrah, tapi sampai saat ini hidupmu masih dipenuhi dengan kegelisahan, jangan-jangan hijrahmu setengah-setengah. Kamu membawa gerak dan katamu untuk berlaku baik, tapi kamu meninggalkan hatimu yang masih tenggelam dalam maksiat, masih tertutupi dengan noda hitam akibat dosa. Hijrah itu menyeluruh, dari hati ke kata dan perbuatan.

Ikuti tulisan menarik Yasir Husain lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler