Masyarakat Anomali
Oleh: Suhana Lim
Suka tidak suka kita semua terikat kepada alur, tata tertib, hukum, atau apapun istilahnya. Ini lah yang mengatur dan memungkinkan semua bisa jalan dan teratur.
Coba bayangkan andai matahari semau gue, terbit dari sembarang arah pada sembarang waktu. Bagaimana jadinya kalau malam tidak datang. Bagaimana pula kalau angin seenaknya tidak mau berhembus. Bagaimana kalau bumi mogok tak mau berotasi. Kalau masing-masing bersikap seenaknya sendiri-sendiri maka chaos lah alam.
Kehidupan manusia juga sama, kalau semua orang bersikap semau udelnya, tidak tertib, apatis dan cuek kepada hukum, tata tertib, aturan, timbullah anomali, masyarakat sakit. Perilaku negatif (korupsi, menindas, pelecehan seksual, dll) dianggap normal dan biasa saja.
Kesemerawutan lalu lintas, tidak jalannya hukum dan aturan, sikap yang makin brutal, sadis adalah pencerminan dari tidak jalannya aturan. Idealnya memang harus dimulai dari contoh dan sikap yang memimpin. Kepala baik maka badan dan anggota tubuh akan ikutan baik. Ikan busuk dimulai dari bagian kepala.
Energi masyarakat yang sakit akan memengaruhi energi lingkungan, jadi sakit pula. Energinya menjadi panas, stagnan, rusak dan busuk. Dari energi mati menjadi energi pembunuh. Sungguh sesuatu yang merugikan bagi semua pihak. Lokasi dan penhuninya punya aturan dan hukumnya masing-masing. Keduanya saling memengaruhi.
Ikuti tulisan menarik Suhana Lim lainnya di sini.