x

Iklan

Meri Ana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Sabtu, 1 Mei 2021 17:32 WIB

Tren Masa Kini Buat Nikel dan Batubara Naik Harga

Kontribusi sebesar 30 persen dari Indonesia diberikan untuk produksi nikel. Bahkan jumlah tersebut merupakan 22 persen dari cadangan global. Tidak mengherankan apabila mereka menjuluki negeri ini sebagai rajanya nikel dunia, di tahun 2020 lalu saja Indonesia mampu memproduksi nikel sebanyak 760 ribu ton. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kontribusi sebesar 30 persen dari Indonesia diberikan untuk produksi nikel. Bahkan jumlah tersebut merupakan 22 persen dari cadangan global. Tidak mengherankan apabila mereka menjuluki negeri ini sebagai rajanya nikel dunia, di tahun 2020 lalu saja Indonesia mampu memproduksi nikel sebanyak 760 ribu ton. 

Dengan memanfaatkan kekayaan nikel ini secara maksimal oleh karenanya pada awal tahun 2020, pemerintah telah memberikan larangan dalam mengekspor bijih nikel. Larangan tersebut memiliki tujuan baik salah satunya yakni menggenjot perusahaan smelter dalam negeri untuk terus berkembang dalam mengolah nikel menjadi barang-barang dengan nilai tambah. Harapannya, produk nikel Indonesia dapat bersaing dengan negara maju di luar sana. 

Prospek harga nikel dunia di tahun 2021 mengalami kenaikan, hal ini berdampak pada perusahaan pertambangan nikel termasuk di Indonesia menjadi primadona. Kenaikan harga nikel ini dipicu oleh tingginya permintaan baterai lithium yang berasal dari nikel, adapun baterai tersebut merupakan komponen terpenting electric vehicle atau mobil listrik. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti yang telah disinggung di atas mengenai dampak kenaikan harga nikel, Rusman selaku Direktur Utama Nice Nickel Indonesia (NNI) turut merasakan hal baik tersebut. Dikutip dari aktual.com, dirinya mengatakan bahwa kinerja perusahaan mendapat sentimen positif terkait kenaikan harga nikel. Bahkan, bekerja sama dengan pihak smelter, perusahaannya sudah mendapatkan perjanjian penjualan nikel dengan jumlah yang besar. 

Meskipun adanya coronavirus yang sempat melumpuhkan perekonomian negeri perlahan dapat pulih kembali. Produksi kendaraan listrik terus berjalan, artinya nikel terus menerus dibutuhkan oleh dunia. Bukan hanya nikel saja yang memiliki sentimen positif, pun juga dirasakan mineral lainnya yakni batubara. 

Nikel dan batubara ibarat dua sahabat yang selalu berjalan berdampingan, berjalan terus maju. Pemerintah telah menetapkan harga batubara acuan (HBA) untuk bulan April 2021 sebesar US$86,68 per ton. Angka tersebut naik sebesar 2,61 persen jika dibandingkan bulan Maret 2021 yakni US$84,47 per ton. Melonjaknya kenaikan harga ini seiringan dengan kenaikan harga nikel yang diprediksikan terus mengalami peningkatan. Kedua mineral ini sama-sama berperan penting dalam industri kendaraan listrik. 

Mari kita pikirkan. Jika ingin mengolah nikel, maka perlu menghidupkan smelter. Agar proses pemurnian nikel berjalan maka dibutuhkan batubara sebagai bahan pokok penghidup smelter. Semakin banyak nikel yang diminta, maka semakin banyak pula batubara yang diperlukan. Permintaan banyak maka harganya mengalami kenaikan. 

Komoditas nikel dan batubara menjadi pusat perhatian dunia, dan Indonesia kaya akan kedua mineral tersebut. Nikel dan batubara dapat menghasilkan cuan yang besar untuk Indonesia. Indonesia mendapatkan untung sekaligus berdiri sendiri mengikuti tren produksi kendaraan listrik. Benar begitu? 

 

Ikuti tulisan menarik Meri Ana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler