x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Selasa, 4 Mei 2021 12:51 WIB

Literasi Cuek Bebek, Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

Binatang bebek memang tidak cerdas lagi santai. Berbeda denan anjit yang gesit, cerdas dan tajam. Tapi kenapa bebek lebih selamat daripada anjing? Itulah literasi cuek bebek

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pasti, semua tahu dong binatang bernama bebek?

Konon kata orang pintar, bebek itu binatang dengan tingkat kecerdasan yang rendah. IQ bebek katanya lebih rendah daripada Anjing. Intelegesia bebek mungkin slow. Sementara anjing IQ tinggi. Maka anjing mudah dilatih, pendengarannya pun sangat tajam. Di atas kertas, bebek memang kalah gesit dibanding anjing. Tapi bebek bisa jadi binatang yang tergolong cuek lagu sabar walau tidak cerdas.  

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saking cueknya, banyak orang memakai istilah “cuek bebek”. Karena bebek, skiapnya acuh tak acuah. Santai saja. Tapi bebek pun tidak usil dan tidak pernah mau mengurusi ucapan atau perilaku orang lain. Makanya, “cuek bebek”.

 

Banyak orang lupa. Bebek itu hebat. Karena faktanya. Di jalanan, hampir tidak pernah ada atau terdengar ada BEBEK MATI karena tertabrak. Sementara ANJING banyak yang mati di jalanan karena tertabrak. Bebek memang tidak cerdas. Tapi nyaris lebih selamat daripada anjing yang lebih cerdas. Ironis juga ya.

 

Kok bisa sih, bebek tidak pernah tertabrak di jalanan?

Itulah hebatnya bebek. Sekalipun tidak secerdas anjing, bebek itu hidupnya istimewa. Karena bebek hidupanya selalu berjamaah, selalu bersama-sama. Bebek selalu kompak dalam satu Langkah dalam hidupnya. Kemana pun perginya, bebek selalu bersama rombongannya. Tidak terpecah-pecah. Bahkan barisannya sangat teratur. Maka saat menyeberang jalan, seluruh “pengguna jalan” akan berhenti semua. Untuk menghormati rombongan “para bebek” melintas. Bebek selalu kompak, selalu bareng-bareng ke mana pun

 

Berbeda dengan anjing. Tidak kompak dan lebih suka “jalan sendiri-sendiri”. Maka wajar bila anjing ketemu anjing bukannya kompak, malah berkelahi. Saling ribut. Setelah itu, lari terbirit-birit ke jalanan.  Akhirnya tertabrak mobil. Mati deh anjing itu. Ikut berduka cita ya Njing..

 

Sebut saja, namanya “literasi cuek bebek”.

Tidak apa hidup tidak cerdas asal selamat. Santai tapi kompak seperti bebek. Jangan seperti di medsos atau grup WA. Pilpres sudah rampung masih saja saling nyinyir, saling sindir. Ribut soal perbedaan. Berdebat soal masa lalu kok tudak selesai-selesai. Orang yang hidupnya ribet. Aneh. Bila tidak sama, kenapa tidak boleh beda ya?

 

Maka, ada baiknya gerakan literasi pun berjiwa seperti “bebek”. Namanya literasi cuek bebek. Apapun keadaannya dan apapun kata orang, tetaplah kompak. Taman bacaan di mana pun harus tetap eksis. Demi tegaknyatradisi baca dan budaya literasi. Taman bacaan itu “jalan sunyi” maka harus kompak dan penuh kebersamaan. Jangan tercerai-berai, nanti bisa bernasib kayak anjing. Mendingan kompak kayak bebek, biar selamat.

 

Literasi cuek bebek. Mungkin hari ini relevan dan bisa jadi filosofi hidup.

Selain kompak dan penyabar, bebek itu pandai bersosialisasi. Apalagi sesama bebek. Tanpa memandang umur, pangkat, jabatan atau asal usul mereka. Bahkan, pasukan nenek selalu punya naluri untuk peduli pada lingkungannya. Saling menyayangi sesama bebek.

 

Belajar dari bebek. Tetaplah jaga kekompakan, jaga kebersamaan. Hingga kapan pun dan di mana pun. Tidak perlu ngotot atau nyolot. Cuek bebek saja. Karena bebek tahu “serigala itu hanya memangsa domba atau binatang liar yang keluar dari rombongannya”. Salam literasi #KampanyeLiterasi #LiterasiCuekBebek #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler