x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 31 Mei 2021 07:31 WIB

Kampung Literasi Untuk Mengubah Mind Set, Tantangan Gerakan Literasi yang Inklusif

Gerakan literasi bukan hanya aktivitas membaca. Justru tantangan terbesar gerakan literasi di Indonesia dalah “mengubah mind set” atau cara pandang masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gerakan literasi bukan hanya aktivitas membaca. Justru tantangan terbesar gerakan literasi di Indonesia dalah mengubah mindset atau cara pandang masyarakat. Hal itu pula jadi sebab gerakan literasi seperti jauh panggang dari api, menjadi tidak inklusif. Maka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di era digital sekarang ditantang untuk memposisikan diri yang sama dengan orang lain atau masyarakat di samping mampu melibatkan semua elemen masyarakat dan pemerintah. Cara pandang untuk lebih inklusif dan kolaboratif itulah yang dibutuhkan gerakan literasi.

M. Jumadi, Wakil Walikota Tegal sebagai narasumber menegaskan pentingnya pegiat literasi di mana pun untuk terus bergerak membangun tradisi baca dan budaya literasi. Untuk itu, literasi harus dilakukan secara kreatif dan disesuaikan dengan realitas sosial dan budaya di wilayah masing-masing. Maka untuk lebih inklusif, gerakan literasi harus libatkan semua pihak dan lakukan bersama-sama.

“Di Tegal, terminal bis pun ada  taman bacaan. Bahkan setiap desa ada taman bacaan. Karena membaca buku itu terbukti menjadikan manusia dan daerah lebih baik. Maka ubah cara pandang kita sebelum mengubah cara pandang masyarakat," ujar M. Jumadi saat Bimtek Peningkatan Minat Baca tahun 2021 yang diselenggarakan Direktorat PMPK Kemdikbud RI hari ini (28/5) di Bekasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam konteks itu pula, Direktorat PMPK Kemdikbud RI melakukan inisiasi program “Kampung Literasi (KL) Tahun 2021”. Nantinya, KL dapat menjadi poros pengembangan literasi masyarakat, termasuk dalam meningkatkan kemampuan 6 literasi dasar, seperti: literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial serta budaya dan kewargaan. Program KL sebagai momentum untuk mengoptimalkan taman bacaan masyarakat (TBM) sebagai agen perubahan di masyarakat, di samping  sarana penguatan TBM untuk bisa berkiprah lebih optimal di masyaraat.

Dihadiri 80 pegiat literasi Indonesia dari 45 kabupaten/kota, bimtek program Kampung Literasi sangat memberi pencerahan untuk revitalisasi gerakan literasi di Indonesia. Selain Wakil Walikota Tegal, ikut pula jadi narasumber: 1) Johar Winarni, 2) Mulya dari Itjen Kemdikbud, Hendry Biro Umum, dan Kantor Pajak. Kampung Literasi yang dijalankan TBM nantinya menjadi bagian dari upaya mendorong dan memfasilitasi masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM khususnya untuk pengembangan literasi masyarakat.

Maka poin penting dalam gerakan literasi adalah jangan berpikir sempit tentang literasi. Ada banyak hal yang dapat disinergikan melalui aktivitas literasi. Hanya untuk menggiatkan tradisi baca dan buaya literasi masyarakat. Lebih dari sekedar meningkatkan minat baca.

“Selain pegiat literasi harus terus bergerak. Mungkin saatnya dunia literasi mulai merangkul leader atau tokoh masyarakat untuk ikut peduli dan bersinergi. Literasi itu tidak hanya membangun fisik. Tapi juga membangun pikiran dan masa depan anak-anak serta masyarakat ke depan yang lebih literat,” kata Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka Bogor sebagai peserta bimtek Kampung Literasi PMPK Kemendikbud. Salam literasi #KampungLiterasi #TamanBacaanMasyarakat #TamanBacaan

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler