x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Selasa, 17 Agustus 2021 13:27 WIB

Merdeka Itu Perbuatan Bukan Ocehan, Catatan 76 Tahun Indonesia Merdeka

Merdeka itu perbuatan bukan ocehan. catatan 76 tahun Indonesia Merdeka

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dirgahayu Republik Indonesia. Selamat ulang tahun ke-76 Republik Indonesia. Saya banggsa menjadi warga negara Indonesia. Tanpa kecuali, dan siapa pun presiden-nya. Karena merdeka memang butuh sikap tegas. Merdeka itu memperbanyak perbuatan baik, bukan ocehan omong kosong.

 

Merdeka itu bukan sekadar perayaan atau peringatan. Tapi lebh dari itu, merdeka pun sebuah refleksi. Apa yang sudah kita kontribusikan kepada bangsa dan negara? Apa yang sudah dipedulikan untuk mengurangi masalah bangsa yang ada? Merdeka itu bukan merasa pintar lalu mampu mencari-cari kekuarangan bangsanya. Merdeka itu bukanmerasa benar lalu menyalahkan orang lain. Bahkan merdeka itu bukan “mencari segala hal yang ideal menurut pikiran Anda” justru Anda harus “menjadi yang ideal” seperti yang Anda ocehkan atau pikirkan itu. Merdeka!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Hari ini, makna merdeka pun butuh literasi. Agar kemerdekaan dan orang-orangnya pun lebih literat. Lebih realistis dalam hidup. Karena merdeka itu "lebih baik ikut memperbaiki keadaan daripada mengutuk kekuarangan yang ada”. Saat berani berceloteh maka harus berani pula bersyukur, itulah merdeka.

 

Merdeka di zaman begini, memang bisa jadi salah tafsir. Segala hal dikomentarin. Sebebas-bebasnya berceloteh. Seolah-olah pikirannya benar sendiri lalu semua pikiran orang lain salah. Seoalah apapun yang dilakukan orang lain salah. Sementara dia sendiri tidak melakukan apa-apa. Merdeka yang nothing ….

 

Coba kita bertanya dan berpikir, seburuk apa sih bangsa kita ini?

Olimpiade pun masih mampu berprestasi dan meraih emas. Aktivitas warganya pun masih normal-normal saja, hanya dibatasi sedikit. Pengendalian pandemi Covid 19 pun berhasil ditekan. Tidak separah di banyak negara yang memakan korban lebih besar dari Indonesia. Amerika Serikat itu GDP-nya 20 kali lebih besar dari GDP Indonesia. Tapi kasus Covid-19 positif di AS itu 17 kali lebih banyak dari Indonesia. Angka kematian Covid-19 di AS  pun 8 kali lebih banyak dari Indonesia jika dihitung per 1 juta penduduk. Itu fakta sekaligus realitas yang harus dipahami. Apalagi dibandingkan Afghanistan yang hari ini “terkapar” sebagai bangsa  akibat perebuatan kekuasaan.

 

Bahwa Indonesia hari ini, di usianya ke-76. Masih punya kekurangan dan keterbatasan itu pun harus diakui. Masih banyak orang miskin, masih punya utang negara, SDM-nya masih belum media, infrastruktur kesehatan masih mini. Semua itu harus diakui sebagai kekurangan. Tapi harus diakui pula, itu semua tidak seburuk yang dipikirkan orang-orang pesimis tentang bangsanya sendiri. Bila mau mengkritik bahkan menasehati pun sangat boleh. Tapi itu bukan  berarti memvonis atau menyalahkan orang lain. Memangnya , Anda siapa?

 

MERDEKA itu JIWA bukan RAGA.

Untuk apa merdekabila cara berpikir makin jauh dari realitas. Merdeka tapi tidak rasional. Merdeka itu untuk berbuat lebih baik. Merdeka untuk meraih prestasi, merdeka untuk menebar kemanfaatan kepada sesama anak bangsa. Untuk menjadikan bangsa Indonesia bisa lebih baik, lebih maslahat. Bukan malah sebaliknya.

 

 “Manusia yang MERDEKA itu manusia yang terbebas dari rasa iri, dengki, srei, dahwen, panasten dan patiopen. Sehingga menjadi manusia yang selalu setiti, nastiti, surti dan hati-hati”. Begitulah nasehat Ir. Soekarno, Presiden ke-1 dan pendiri bangsa Indonesia. Siapa pun yang merasa merdeka, harusnya mampu jadi “manusia BIJAKSANA sekaligus BAJIKSANA ”. Manusia yang bijak dan bajik.

 

Hari ini Indonesia berusia 76 tahun. Dan merdeka itu bukan hanya pekikan, apalagi bertindak semau-maunya. Merdeka pun bukan slogan. Padahal apatis lalu anarkis secara moral. MERDEKA itu kesadaran. Sadar untuk lebih bersyukur, lebih bertanggung jawab, dan lebih peduli atas keadaan bangsanya sendiri.

.

Bebas tanpa batas itu bukan MERDEKA. Apalagi bertindak semau gue. Merdeka bukan hanya membangun raga dan fisik. Tapi merdeka harus diimbangi untuk membangun jiwa atau batin warganya. Agar lebih bijak dan bajik. Karena me-MERDEKA-kan JIWA itu jauh lebih baik daripada me-MERDEKA-kan RAGA.

 

Merdeka itu jiwa yang tunduk kepada hati nurani. Bukan jiwa yang mudah ditaklukkan raga. Merdeka yang lebih literat. Dirgahayu Republik Indonesia. #76TahunRepublikIndonesia #DirgahayuIndonesi #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB