x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 22 September 2021 14:15 WIB

Taman Bacaan Bermasalah, Begini 4 Cara Mengatasinya

Begini 4 cara pegiat literasi atau taman bacaan bersyukur. Fokus pada solusi dan jangan keluhkan masalah. Insya Allah bantuan pasti datang, coba deh

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Alhamdulillah ya Allah, Kok semuanya jadi begitu mudah. Gampang dan selalu saja banyak yang bantu. Saya dan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor sangat pantas bersyukur. Taman bacaan ini, jujur saja, lokasinya tergolong jauh dari Jakarta. Minimal 75km atau butuh waktu 2 jam perjalanan. Selain macet dan melelahkan, terus apa yang mau diharapkan di taman bacaan ini? Rasa lapar, keluar biaya bahkan capek. Tidak ada untungnya ke taman bacaan ini, begitu mungkin kata sebagian orang. Memang begitu faktanya.

Tapi memang sudah jalannya. Apapun dan siapapun itu sudah ada jalannya. Mau sekuat tenaga berjuang pun, bila sudah semsetinya ya pasti berjalan. Seperti di TBM Lentera Pustaka. Biar jauh dan sepi dari keramaian ocehan orang, selalu saja ada orang-orang baik yang datang dan berkunjung ke taman bacaan. Entah berakti sosial, berdonasi buku, bikin CSR atau jadi relawan. Tiap hari Minggu misalnya, pasti saja ada tamu, ada relawan yang membantu atau orang yang datang sekadar berkunjung dan diskusi.

Bahkan hari ini, saya pun kedatangan “kawan lama” yang mungkin sudah 15 tahun tidak bertemu. Ehh kok justru dipertemukan di TBM Lentera Pustaka. Kawan saya rumahnya di Serpong, beliau dan teman-temannya sengaja datang untuk berbakti sosial ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Mungkin makan waktu 3 jalm perjalanan. Untuk apa ke taman bacaan? Untuk apa lagi selain berbagi kebaikan pada anak-anak taman bacaan. Menyumbang buku bacaan, permainan anak, tas dan buku tulis. Sambil membawakan makan siang untuk anak-anak TBM. Nyata betul, sudah 4 tahun ini, TBM Lentera Pustaka selalu dibantu dan dikunjungi orang-orang baik. Mereka yang peduli kepada taman bacaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Jadi, saya kira tidak ada alasan taman bacaan tidak bersyukur. Kegiatan sosial hanya untuk menyediakan tempat membaca anak-anak, bahkan pemberantasan buta huruf itu sudah baik. Bila ada kendala, hadapi saja dengan rileks. Insya Allah, bila jalannya sudah baik pasti ada saja orang-orang yang datang dan membantu. Jadi, berkiprah di  taman bacaan cukup dijalankan dan dikelola dengan sepenuh hati. Komitmen dan konsisten. Dan penting pula, maaf, saya kelola taman bacaan ini dengan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak. Dari korporasi, profesional, mahasiswa, komunitas, dan warga lokal. Ditambah tentunya,  relasi dan hubungan baik dengan rekan dan orang-orang baik . Tentu yang mau peduli ke taman bacaan, bukan yang tidak peduli. Karena mereka bila datang dan berkunjung saja mau, apalagi membantu.

 

Lalu bagaimana cara taman bacaan bersyukur?

Apalagi bila taman bacaannya terkendala, entah buku, anak atau fasilitas. Mungkin sederhana saja, taman bacaan fokus saja pada upaya mencari solusinya. Bukan meratapi masalahnya lalu jadi frustrasi. Menurut saya, selama ini terlalu banyak orang hanya fokus pada masalah. Bukan pada solusi. Sehingga kreativitas bahkan "keberntungan" pun enggan berpihak.

 

Bersyukur di taman bacaan. Panduannya kan begini, bersyukur itu cara untuk ditambah nikmat. Maka bila bersyukur maka apapun masalahnya pasti ada jalan keluarnya. Nah, taman bacaan perlu paham empat cara bersyukur:

  1. Bersyukur dengan hati. Yakini bahwa apa yang terjadi di taman bacaan itu sudah sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak usah terlalu optimis juga jangan pesimis. Syukuri saja dengan hati.
  2. Bersyukur dengan lisan. Lakukan ucapan yang baik-baik, doa yang baik agar apapun kendala di taman bacaan bisa diatasi. Tentu dengan bantuan yang Maha Kuasa.
  3. Bersyukur dengan tindakan. Nah ini penting, beryukur memang harus diikuti dengan perbuatan. Karena syukur bukan hanya omongan apalagi diskusi. Merapihkan buku, mendampingi anak membaca dan lainnya, itu semua tanda bersyukur. Terlepas dari masalah di taman bacaan sudah tuntas atau belum.
  4. Menerima yang ada dan merawatnya. Terakhir, bila keadaan mentok ya sudah, terima semua keadaaan dan rawat agar menjadi lebih baik. Inilah yang disebut sabar. Taman bacaan pun butuh kesabaran, selain proses yang baik.

Maka apa yang ingin saya katakan? Dengan tegas, saya dan TBM Lentera Pustaka harus bersyukur. Karena semua urusan di taman bacaan selalu ada solusinya. Masalah ada tapi tetap bisa ditangani dengan layak. Maka saya mengajak, siapa pun yang menjadi bagian TBM Lentera Pustaka untuk bersyukur dan terus bersyukur. Sekali lagi, apapun masalahnya tidak ada alasan selain BERSYUKUR. Karena di taman bacaan selalu saja ada orang baik datang. Sehingga semua urusannya, menjadi mudah. Apalagi taman bacaan, manfaatnya sangat besar. Isinya pun orang-orang sosial. Alhamdulillah-lah. Walau tentu, tetap waspada terhadap orang-orang jahat yang “memusuhi taman bacan”. Karena di taman bacaan selalu saja ada orang yang iri atau berprasangka buruk. Itu pasti ada dong. Tapi tidak usah digubris. 

 

Belajar dari TBM Lentera Pustaka ini. Siapa pun memang pantas untuk bersyukur. Syukuri, syukuri, dan syukuri apa yang ada, apa yang dimiliki. Sama sekali tidak ada alasan untuk mengeluhkan keadaan. Apalagi membenci atau memusuhi orang lain. Bersyukur saja, lalu bersabar. Itu sudah cukup untuk taman bacaan. Dan di taman bacaan, jangan pernah peduli atau ambil pusing dengan pendapat orang lain. Orang lain itu memang kerjanya “gangguin” karena tidak bisa “bantuin”. Taman bacaan hanya berbuat dan ikhtiar lalu berdoa. Itulah tanda syukur.

 

SYUKUR itu kata kuncinya. Syukuri satu hal dulu. Maka akan datang syukur-syukur yang lain. Jadi buat apa banyak mengeluh tapi jarang bersyukur. Itu manusia tidak literat. Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler