x

Ilustrasi pencarian kebenaran. Gambar dari Pixabay.

Iklan

Jaka Junie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 November 2021

Senin, 8 November 2021 17:25 WIB

Cerita Mini - Vivi

Ternyata bukan Vivi. Ada apa denganku?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mendung tersaput di langit. Mataku sama sendiri. Aku berdiri sambil bertanya-tanya, mana yang lebih dulu pecah jadi hujan di antara keduanya. Gerak tungkaiku semakin tak beraturan. Lagu Sabor a Mi yang dinyanyikan dengan sempurna oleh musisi jalan terdengar berbisik.

Aku tak sepatutnya memiliki perasaan semacam ini. Toh, semuanya telah jelas. Aku bukan lagi Paulo terjebak dalam tubuh asing ini. Dan, ciuman tadi adalah keputusan ceroboh, sedikit terbuka, dan layak diganjar. Tetapi, apakah hanya mencium bibir lekat di bibir? Apakah Vivi merasakan getar jiwaku dalam ciuman itu?

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Satu jam sebelum keberangkatan, aku masih berdiri mengungkapkan yang semakin jauh. Lorong-lorong panjang berkaca memisahkan aku dengannya.

 

Kehampaan yang nyata. Sadar atau tidak, aku mengharapkannya di sini. Aku tak ingin jarak jarak antara aku dengannya. Aku tak ingin lorong-lorong ini diciptakan sebagai batas. Taman, Bandara, dan yang pernah ada aku dengannya, aku tak ingin ada pemisah, tak ingin ada batas dengan semua tempat dengannya. Aku ingin memiliki waktu bersamanya kembali.

 

Aku menaiki tangga menuju peron. Di luar masih mendung dan angin ribut masih menghantam dinding kaca. Sekali ini aku berteman sepi, orang lalu lalang adalah orang lain. Mereka tertawa, tersenyum, tapi tidak denganku. Aku mengumumkan bangku-bangku panjang berderet-deret, aku memutuskan untuk duduk menghadap dinding kaca.

 

pasrah.

 

Aku tidak pernah pacaran dengannya, empat bulan lalu, Vivi mendatangiku. Ia ingin mewancaraiku sebagai pemenang lomba puisi di sekolah. Itulah awal kedekatanku dengannya. Tak berjalan selalu mulus, sering kami tampak cekcok. Tapi bukan yang besar, hanya kecil yang bisa menumbuhkan benih cinta antara kami berdua. Hingga perpisahan ini terjadi, aku harus pindah sekolah mengikuti orang tua bekerja. Aku mengecup yang merah, aku harap ia tau apa yang kurasa. Tapi ia diam, dan itu mencengangkan. Perempuan adalah makhluk yang penuh misteri. Hingga saat ini, ia tak juga berkata apa-apa. Bahkan menelepon pun tidak. Apa yang harus saya lakukan?

 

“Kamu baik-baik saja?” tanya seorang perempuan di sampingku. Bibirku lemah, aku tak mampu menjawab apa-apa. Betapa sulit memberi ruang untuk orang lain. “Hm..Paulo, nama yang bagus. Kamu berasal darimana?” ia melihat tiket yang aku pegang. “Kamu tak mau bicara, mungkin engkau letih, oke…”

 

“Vivi,” jawabku lemah.

 

“Vivi? Di mana itu? Itu nama tempat di Newyork? Itu tempat pariwisata? Oh tidak, mengapa nama itu muncul dalam daftar liburanku?”

Ia membuka itinerarynya, mencari-cari nama vivi dalam buku sakunya. Aku hanya terdiam. “Kau tau, aku sering liburan keluar negeri, Paris, London. Amsterdam, yah semua negara di Eropa sudah aku kunjungi,” ujarnya.

 

aku tak peduli dengan jawabanku, karena aku akan terus bercerita. Dan aku meningkat sendiri di dalam keramaian. Inikah cinta? Untuk mendekatinya aku harus mundur selangkah? Aku tercenung memotret, menyerap suasana untuk terakhir kalinya. Tiga anak laki-laki sibuk bertanya pada nenek mereka tentang langit-langit yang begitu jauh di atas. Dan aku melihat Vivi. Di antara mendung di langit sana, aku melihat Vivi.

 

Suara panggilan dari ujung mic sayup-sayup terdengar.

PANGGILAN

PANGGILAN DITUJUKAN KEPADA TUAN PAULO…

 

Aku membuka mata. Namaku disebut. Itu Vivi, pikirku. Kutengok kanan kiri. Bingung. Bergegas aku lari menuju suara panggilan itu. Tak kupedulikan tas bekalku, juga tiketku yang terjatuh. Aku hanya berlari, dan berlari menuju Vivi.

 

“Vivi…” teriakku tanpa melihat siapa yang ada di ruang operator itu. Suaraku kencang hingga terdengar sampai di mana tempatku duduk tadi. Orang-orang menoleh ke arahku.

“Anda, Tuan Paulo Neruda?” tanya operator penjaga.

“Bukan, saya Paulo de Matteo,” jawabku.

 

Hening.

 

Kemudian si operator melanjutkan pekerjaan.

PANGGILAN

PANGGILAN DITUJUKAN KEPADA TUAN PAULO NERUDA

 

Ternyata bukan Vivi. Dan panggilan itu bukan untukku.

 

Oleh jakajunie

Ikuti tulisan menarik Jaka Junie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler