x

Referensi foto saya ambil dari https://www.google.com/url?sa\x3di\x26url\x3dhttps\x253A\x252F\x252Fwww.harapanrakyat.com\x252F2020\x252F01\x252Fini-teknologi-tercanggih-masa-depan-yang-segera-terwujud\x252F\x26psig\x3dAOvVaw0r2CTfHz_HfEfzyHTpMACg\x26ust\x3d1637047755042000\x26source\x3dimages\x26cd\x3dvfe\x26ved\x3d0CAsQjRxqFwoTCLiwvKXsmfQCFQAAAAAdAAAAABAD

Iklan

Aijin Isbatikah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 November 2021

Selasa, 16 November 2021 12:28 WIB

Dream of 2070

Seorang anak yang bermimpi menjadi seorang penemu teknologi canggih. Tiba-tiba saja ia berakhir di masa depan dimana dunia khayalnya menjadi kenyataan!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Teknologi Canggih Masa Depan

Apa salahnya jika aku memiliki cita-cita menjadi seorang penemu teknologi canggih? Aku menyukainya, walaupun sampai saat ini aku hanya bisa bermimpi. Aku utarakan cita-citaku itu di depan teman-teman dan guruku. Mereka bertepuk tangan dengan keras. Saat itu aku merasa seakan-akan melambung ke udara. Betapa menyenangkan mendengar berbagai pujian dari mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lain halnya dengan Gusti, salah satu teman sekelas yang gemar mengejek orang di sekitarnya. Ia mulai memperkeruh suasana dengan mengatakan bahwa aku sama sekali tidak memiliki keahlian sebagai seorang penemu. Lantas pertanyaan Gusti yang seketika membuat suasana hatiku semakin buruk ialah ‘apa yang sudah aku buat?’ ‘Apa yang sudah aku temukan?’

Karena masih berusia sembilan setengah tahun, aku tidak diperbolehkan memiliki ponsel oleh kedua orang tuaku. Maka dari itu, aku meminta ijin mama untuk meminjam ponselnya. Dengan segera, aku browsing sana-sini mengenai berbagai penemuan teknologi canggih pada abad ini. Kukira aku akan dapat membuktikan bahwa aku dapat membuat sesuatu yang lebih canggih daripada yang sudah ada. Namun ternyata setelah aku membaca berbagai penemuan yang menurutku ‘wah’ sekali, semangatku mulai pudar. Tubuhku serasa loyo. Bukti apa yang harus aku tunjukkan pada Gusti? Rasanya mustahil.

***

Pagi ini gigiku tanggal satu. Aku kira itu adalah suatu berkah. Aku bisa menyimpannya di bawah bantal dan tidak lupa menyebutkan keinginanku yang terdalam. Setelah itu peri gigi akan datang ke rumahku dan akan memberikan apa yang kuinginkan. Kurang lebih seperti itulah yang aku percayai setelah aku menonton tentang film tentang peri gigi.

“Solar, apakah kamu sudah siap?” mama mengetuk pintu kamarku. Dengan segera kusembunyikan gigi yang terbungkus plastik di bawah bantal. Lantas aku memejamkan mata dan berucap, ‘Aku ingin pergi ke masa depan’. “Solar, teman-temanmu sudah menunggumu.”

Setelah itu aku membuka pintu kamar. Aku memandang mama dengan wajah sedih. Mama malah tersenyum sembari terduduk di lantai. Kini tinggi mama tampak setara denganku.

“Seluruh tubuhku penuh cacar. Kenapa aku harus tetap mengadakan acara ulang tahunku?” ucapku sambil melihat benjolan-benjolan kemerahan di seluruh tubuhku.

“Undangannya kan sudah terlanjur disebarkan. Solar kan tidak ingin mengecewakan teman-teman. Nah, apalagi cacar di wajah dan leher sudah agak menghilang kok. Sudah dikasih salep kan tadi?”

Aku menganggukkan kepala dengan wajah pasrah. Mau bagaimana lagi, teman-teman sudah terlanjur datang dan seperti apa kata mama, aku tidak boleh mengecewakan mereka. Lagipula hari ini aku akan mendapatkan banyak kado. Kado dari papa, mama, teman-teman, dan peri gigi.

Aku dan teman-teman menyanyikan lagu ulang tahun sembari bertepuk tangan. Seusai menyanyikan lagu ulang tahun dan tiup lilin, aku segera meniup lilin sembari membuat permohonan yang sama, ‘Aku ingin pergi ke masa depan’.

Seusai pemotongan kue tar, aku makan bersama dengan teman-temanku. Kami bercerita kembali tentang cita-cita yang kami utarakan di depan kelas kemarin. Anji bercita-cita menjadi seorang dokter, Altira ingin menjadi seorang guru, Salea ingin menjadi seorang penyanyi. Altira membisikkan sesuatu di telingaku, “Nggak seperti Gusti yang nggak punya cita-cita. Bisanya cuma mengejek orang ajah euh.”

Mungkin karena Gusti merasakan tatapan aneh dari kami, ia langsung berjalan menghampiri. Perasaanku mulai tidak enak.

So Solar, kamu sudah membuat sesuatu yang canggih? Seperti handphone yang bisa berjalan sendiri? Atau malah jam weker yang bisa berlari?”

Aku langsung berdiri dihadapannya, walaupun ada perasaan takut karena badannya lebih tinggi dan gempal.

“Heh, memangnya kamu sendiri tahu apa soal teknologi canggih? Lagipula sudah ada tahu jam weker yang bisa berlari. Kamu kudet ya? Hahaha,”

“Ukh, memangnya kamu bisa membuat seperti itu? Makanya jangan suka mengkhayal dong. Nanti nggak bakal kesampaian.”

“Daripada Gusti nggak punya cita-cita. Siapa ya kemarin yang nggak bisa cerita apa-apa di depan kelas?” sindirku kemudian. Gusti mendengus kesal. Mama yang menyadari akan adanya aura membara di tengah-tengah acara, dengan segera menengahi kami.

***

“Mama, badanku nggak enak,” keluhku. Seharusnya malam ini merupakan malam yang istimewa. Tahun lalu, kuhabiskan malam untuk membuka kado ulang tahunku bersama dengan papa dan mama. Kini aku tidak sanggup membuka satu kado pun karena seluruh tubuhku terasa gatal, kepala terasa berat, dan mata terasa panas saat kupejamkan.

“Tiga puluh delapan derajat,” mama membaca termometer yang sebelumnya dikempitkan di ketiakku. Aku memutuskan untuk berbaring di atas tempat tidur. “Sudah minum obat kan? Nah, sekarang kamu tidur dulu ya, nak. Besok pagi kalau panasnya sudah turun, kita akan membuka kadonya bersama-sama.”

Sesaat sebelum mama beranjak pergi, kurasakan mata yang tidak terkontrol, kedua kaki dan tangan yang kaku disertai kejang-kejang, serta gigi terkatup kuat. Ingin rasanya kupanggil mama, tapi terasa berat. Mama juga tampak terlihat panik. Terdengar suara teriakan mama, “Pa! Anak kita kejang-kejang lagi!!!” Beberapa lama kemudian, pandanganku kian buram, gelap, dan menghitam.

***

Entah kenapa aku berada di tempat yang begitu gelap. Aku berjalan menyusuri jalan kegelapan hingga kutemukan sesuatu yang melingkar dengan penuh cahaya. Dengan penuh kehati-hatian ku dekati lubang cahaya itu. Aku pun melangkah masuk di dalamnya. Cahaya itu sesaat terasa menyilaukan. Ku buka mataku secara perlahan.

“Wuaahhh,” aku merasa takjub seketika. Apakah aku sedang berada di taman hiburan? Kukerjapkan mata berkali-kali. Apakah aku sedang bermimpi? Ku cubit lengan kiriku. “Awwh, sepertinya tidak! Ini nyata! Cihuy!”

“Selamat datang di kota Gresik, Solar,” tiba-tiba aku dikejutkan oleh  seorang wanita berkuncir kuda. Pakaian yang dikenakannya terlihat agak aneh. Seperti terbuat dari aluminium? Namun setelah melihat banyak orang yang mengenakan jenis pakaian yang sama seperti dirinya dengan style yang berbeda, dapat kupastikan bahwa aku yang tampak aneh dengan baju tidur yang ku kenakan.

“Siapa kamu?” aku agak ketakutan ketika mengetahui orang asing mengetahui namaku. Kalau dilihat dengan jarak sedekat ini senyuman wanita itu mirip sekali dengan senyuman mama.

“Perkenalkan nama saya adalah Solar di masa mendatang.”

“Hee? So.. So.. Solar??!” tunggu dulu, namaku kan juga Solar??!”

“Iya. Jadi saya adalah dirimu di masa depan.”

Aku berdiri selangkah lebih dekat.

“Tapi kenapa masih awet muda begini ya?” celetukku heran.

Wanita yang mengaku sebagai diriku di masa mendatang itu malah tersipu malu. Aku pun menjadi salah tingkah.

“Selamat datang di kota Gresik pada tahun 2070. Saya akan memandu anda berkeliling di kota ini selama 24 jam.”

Aku mengikuti Solar versi dewasa dari belakang. Namun baru beberapa langkah, langkahnya terhenti. Ia menekan tombol pada remote control yang sedari tadi dibawanya. Sebuah benda agak setengah bulat tiba-tiba muncul begitu saja didepannya. Aku memperhatikan benda itu dengan seksama. Terdapat ruang didalamnya.

“Ini adalah kendaraan pribadi anda di masa depan. Namanya siluet car. Pintu dan jendela ini terbuat dari kaca. Biasanya muat untuk tujuh orang. Silakan masuk.”

Wuah! Aku begitu terkesan dengan apa yang kulihat saat ini. Kukira masuk di dalamnya akan terasa keras dan dingin, namun ternyata di dalamnya begitu hangat dan tempat duduknya begitu empuk. Bukankah biasanya mobil terasa dingin karena ada air conditioner didalamnya?

“Silakan memakai sabuk pengaman,” aku segera mengenakan sabuk yang berada disebelah kiri. “Perjalanan kita mulai!”

***

“Jadi anak ibu memiliki riwayat kejang-kejang yang sudah terjadi lebih dari 2 kali dalam setahun. Cacar yang dialami oleh anak ibu dapat memicu kembalinya kejang demam yang penyebabnya dikarenakan oleh infeksi yang menyerang tubuh. Dikarenakan sering mengalami kejang-kejang, maka anak ibu kemungkinan mengalami koma.”

Mama Solar menangis keras di dalam pelukan suaminya yang berusaha menenangkannya. Mereka berdua tidak dapat berkata apa-apa lagi. Kemudian dokter wanita itu bangkit dari duduknya dan mengelus pundak mama Solar dengan lembut.

“Kami akan melakukan sebisa mungkin dan memberikan perawatan yang terbaik untuk anak anda. Jadi yang bisa ibu dan bapak lakukan saat ini adalah menemaninya serta berdoa untuk kesembuhan Solar.”

***

“Waah! Perjalanan tadi benar-benar membuatku takjub! Apalagi berada di siluet car benar-benar nyaman. Aku salut dengan mobil jaman now karena tidak mengeluarkan asap knalpot dan tidak menimbulkan polusi udara.”

“Bagian mana dari perjalanan tadi yang mengesankanmu?” pertanyaan dari nona Solar membuatku tidak berpikir terlalu keras.

“Hmm menurutku tower farming lebih melekat di kepalaku. Menanam sayur-mayur seperti sawi, wortel, bayam, dan lainnya secara vertikal dan bertingkat tampak unik sekali. Padahal kalau di jamanku, para petani masih menanam sayur-mayur di dalam tanah loh. Ini suatu kemajuan yang pesat!”

“Sebenarnya ide dari tower farming tidak jauh dari apa yang telah ada di masa lalu kok. Berdasarkan dari sejarah yang aku ketahui, ide tersebut ditemukan dari rumah susun pada jaman anda, Solar.”

“Waw, jadi semua ide yang luar biasa itu berasal dari sesuatu yang sederhana yaa??! Nona Solar mengiyakan perkataanku. Sesampainya di rumahnya, kami memasuki rumah yang pintunya tampak begitu kecil. Namun setelah masuk ke dalam, ruangannya tampak begitu luas, bahkan bertingkat.

“Sebelum kita ke tempat terakhir, ada baiknya saya akan mengobatimu dulu.” Setelah mendengar ucapan nona Solar membuatku menyadari bahwa sekujur tubuhku masih terdapat benjolan-benjolan yang aku sebut cacar.

Nona Solar membuka suatu kotak yang kemudian membuatku terkagum-kagum. Di dalam kotak itu keluar banyak robot mini. Mereka berbondong-bondong melihat kondisiku. Lantas masuk ke dalam lubang telingaku, tubuhku, bahkan lubang hidungku.

“Tenang saja, nanobots merupakan dokter mungil yang akan mengobatimu secara efektif,” ucapan nona Solar membuatku lega. Seluruh tubuhku rasanya geli-geli gimana gitu. “Asimosan! Tolong buatkan aku makan malam ya.”

Aku terkejut melihat kehadiran sebuah robot yang berjalan dengan gesit di depan meja dapur. Lantas ia menyalakan patung berbentuk burung beo yang kemudian memunculkan sebuah suara instruksi.

“Asimosan adalah robot pembantu kami. Dia sedang memasak sesuai petunjuk dari hello parrot. Ayo kita lanjutkan perjalanan terakhir. Setelah itu saya akan mengantarkanmu pulang.”

“Pulang?”

“Iya, pulang. Papa dan Mama Solar sudah menunggu Solar pulang.”

***

“Selamat ulang tahun yang kesebelas sayang. Mama buatin kue tar strawberry kesukaan Solar. Cepat sadar ya, sayang. Mama merindukanmu. Papa juga,” suara samar-samar itu membuatku kembali berjalan menuju lubang yang bercahaya. Sebelumnya nona Solar mengajakku untuk merayakan tahun baru. Disana begitu ramai. Banyak manusia dan robot yang meniup terompet, bersenang-senang, dan berdansa. Bahkan beliau memperkenalkanku dengan para Augmented reality X yakni gambar-gambar manusia yang ditampilkan oleh komputer canggih. Kami pun berdansa dengan mereka.

“Sudah saatnya Solar pulang. Sampai jumpa lagi, Solar,” nona Solar melambaikan tangannya sebelum aku memasuki lubang cahaya itu kembali. Seketika aku membuka mata. Papa, mama, dan teman-teman sedang merayakan ulang tahunku?

 

TAMAT

Ikuti tulisan menarik Aijin Isbatikah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB