x

Iklan

Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau)

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Agustus 2020

Senin, 22 November 2021 07:16 WIB

Antropologi: Ilmu Memanusiakan Manusia

Semestinya dengan akal yang dimilikinya, manusia menjadi bagian tak terpisahkan dalam rangka memanusiakan sesama manusia, dan juga berperan vital menjaga alam. Antropologi dalam konteks ini memiliki peran moril memanifestasikan konsep memanusiakan manusia. Alfred Louis Kroeber bahkan mengklaim antropologi sebagai ilmu paling humanis dan humaniora paling ilmiah. Lalu apa yang keliru dengan perdaban hari ini?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lagu populer berjudul Bingung karya Iksan Skuter, tajam menggambarkan realitas yang cukup meresahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam liriknya tertulis “Makin hari makin sudah saja menjadi manusia yang manusia, sepertinya menjadi manusia adalah masalah untuk manusia”. Maraknya kasus korupsi, ramainya saling hujat di media sosial, bertebarannya berita bohong, dan banyak kasus saling menyakiti sesama manusia lainnya sebagai penanda. Seolah mengarahkan manusia bukan mahluk yang beradab dan penuh cinta. Semestinya dengan akal yang dimilikinya, manusia menjadi bagian tak terpisahkan dalam rangka memanusiakan sesama manusia, dan juga berperan menjaga alam. Antropologi dalam konteks ini memiliki peran moril memanifestasikannya. Alfred Louis Kroeber bahkan mengklaim antropologi merupakan ilmu paling humanis dan humaniora paling ilmiah.

Membahas ilmu antropologi berarti mempelajari tentang manusia dan kemanusiaan, baik pada zaman dulu maupun sekarang. Sebagaimana makna harfiahnya anthropos berarti manusia, dan logos dipahami sebagai ilmu atau bernalar. Pada tataran spesifik antropologi mengkaji sejarah evolusi manusia, mulai dari perilaku dan karakteristik, komunikasi dan sosialisasi, serta budaya manusia. Studi antropologi mempelajari manusia primitif pun modern, serta masyarakat dengan budaya sederhana pun kompleks; secara holistik atau menyeluruh. Luasnya cakupan antropologi tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam dua cabang besar, yakni antropologi fisik atau biologi yang terdiri atas paleo-antropologi dan somotologi; dan antropologi budaya. Antropologi dinilai memiliki sumbangsih menjawab berbagai permasalahan manusia karena memang kajiannya berfokus pada manusia. Itulah sebab mengapa antropologi begitu unik dan menarik untuk dipelajari lebih lanjut.

Salah satu buku terbitan Intrans Publishing, karya Dr. Sugeng Pujileksono berjudul Pengantar Antropologi: Memahami Realitas Sosial Budaya dapat dijadikan referensi untuk memahami lebih jauh tentang kajian antropologi. Tulisan ini tidak hanya membahas antropologi dari sisi teori dan konsepsi, melainkan juga mengulas fenomena-fenomena teraktual guna menjelaskan praktik ilmu antropologi. Hal menarik yang dapat dipetik dari kajian antropologi bahwa pada hakikatnya manusia perlu terus belajar memanusiakan sesamanya. Kalimat itu setidaknya menegaskan semakin manusia mempelajari dan memahami ilmu tentang dirinya sendiri akan semakin mendorongnya mencintai dirinya dan sesama manusia. Tidak lain guna mewujudkan peradaban damai sesuai cita-cita luhur setiap umat manusia di belahan bumi mana pun dilahirkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di awal tulisannya, pengarang mengonfirmasi bahwa ilmu antropologi berhubungan dengan beragam disiplin ilmu yang membuat kajiannya luas dan menyeluruh. Karena itu, definisinya pun sering memicu diskusi panjang. Penulis menerangkan filosofi antropologi melalui analogi diskusi di ruang kelas. Secara bervariasi pendapat mahasiswa mendefenisikan arti antropologi. Ada yang mengartikannya sebagai proses evolusi manusia sejak zaman primitif hingga modern. Adapula yang berpendapat membahas keragaman manusia secara fisik. Mahasiswa lainnya berargumen bahwa antropologi mempelajari benda-benda fisik terdahulu atau kebudayaan materil. Jawaban lainnya mendefenisikan antropologi sebagai ilmu yang mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan kelompok manusia (etnolinguistik). Lalu mahasiswa berikutnya beranggapan bahwa kajian antropologi mencakup semua yang telah disebutkan kawan-kawannya. Demikian penulis menggambarkan kompleksitas kajian ilmu antropologi.

Perihal "Antropologi dan Konsep Kebudayaan" secara gamblang dan lengkap disampaikan pada bab awal. Selain itu disajikan pula menu tentang “Sistem Perkawinan dan keluarga” pada bab bahasan berikutnya. Ada pula bab bahasan “Sistem Religi dan Ilmu Gaib” yang mengulas konsep serta aplikasinya, khususnya di Jawa. Turut pula dibahas mengenai “Universalisme Kesenian” dengan beragam jenis disertai contoh. Berikutnya ditelaah terkait “Bahasa: Sarana Komunikasi Budaya”. Pada lembar selanjutnya disuguhkan tulisan bertema “Sistem Teknologi dan Perlengkapan Hidup”. Bab bahasan terakhir berjudul “Perubahan Kebudayaan dan Peran Antropologi dalam Pembangunan” yang akan mengajak pembacanya berimajinasi. Kesemuanya tulisan tersebut terangkum dalam buku edisi revisi yang disusun secara sistematis dan mengangkat isu-isu terkini.

Buku pengantar antropologi ini utamanya dapat dijadikan referensi oleh mahasiswa yang menekuni Ilmu Antropologi di semua tingkatan. Selain itu, akan berguna pula dipakai oleh peniliti yang berencana atau sedang mengkaji berkenaan dengan antropologi. Disarankan pula dibaca oleh pegiat lembaga swadaya masyarakat dalam berbagai isu guna memperdalam pemahaman akan ilmu memanusiakan manusia sekaligus menyebarluaskannya. Buku ini juga baik digunakan oleh masyarakat secara umum setidaknya untuk memahami sejarah dan filosofi ilmu tentang manusia dan kemanusiaan.

Ikuti tulisan menarik Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB