x

Iklan

Wahyu Dian Andriana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 November 2021

Senin, 22 November 2021 19:37 WIB

Solusi Meningkatkan Kualitas Literasi Masyarakat Indonesia melalui Budaya Literasi sejak Dini

Pembiasaan literasi sejak dini dibutuhkan oleh Indonesia. Pembiasaan yang terus diterapkan akan berubah menjadi pembudayaan. Pembudayaan itulah yang nantinya akan berperan dalam proses peningkatan kualitas literasi di Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Problematika budaya literasi menjadi momok terbesar bagi Indonesia sejak dulu. Budaya literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hasil survei penelitian dari PISA menyatakan, Indonesia menduduki posisi peringkat ke-62 dari 70 negara. Posisi tersebut secara eksplisit menandakan, kualitas dan kuantitas pengembangan budaya literasi belum berhasil. Rendahnya minat literasi masyarakat Indonesia menjadi cerminan diri mereka dalam bertutur dan berperilaku. Masyarakat Indonesia cenderung mengimplementasi sesuatu hal yang diamati dan ditemukan secara mentah.

Apa saja faktor yang melatarbelakangi rendahnya kualitas dan kuantitas budaya literasi masyarakat Indonesia? Siapakah sosok yang memiliki peran utama untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas budaya literasi di Indonesia? Lantas, apa upaya yang harus diterapkan?

Menurut Deliani (2020: 1), literasi adalah suatu keterampilan atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, seperti keterampilan membaca, menulis, berbicara, menyimak, menghitung, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan. Literasi harus ditumbuhkan secara konsisten mulai sejak dini untuk menjadikannya sebagai budaya yang melekat dalam diri seseorang. Akan tetapi, faktanya literasi belum membudaya sepenuhnya. Hal itu disebabkan oleh tiga faktor:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Faktor keluarga

Keluarga adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan literasi pada tingkat dasar. Keluarga menjadi wadah tumbuhnya minat literasi pada anak sejak dini. Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam proses penanaman literasi. Peran itu dapat dilakukan dengan cara menjadikan literasi sebagai suatu kebiasaan anak sehari-hari. Orang tua harus menyadari kebiasaan literasi tidak hanya untuk anak. Orang tua juga harus turut serta dalam aktivitas pembiasaan literasi. Apabila aktivitas atau kebiasaan literasi di dalam keluarga belum terlaksana secara optimal, hasil yang akan didapatkan juga belum maksimal, seperti orang tua yang jarang mengajak anaknya untuk membaca buku.

2. Faktor kebiasaan

Kebiasaaan yang baik akan menimbulkan dampak yang baik pula. Kebiasaan literasi yang sudah tertanam sejak dini, akan membuka cakrawala pengetahuan anak lebih luas. Berbeda halnya ketika anak tidak memiliki kebiasaan literasi, cakrawala pengetahuannya tidak akan terbuka secara luas dan lebar. Tidak hanya itu, kebiasaan lain seperti bermain gawai yang terlalu lama juga akan menurunkan dan menghilangkan minat anak terhadap bacaan. Sebab mereka terlalu asyik dengan gawainya. Hal tersebut tentunya juga diselimuti oleh rasa malas membaca. Rasa malas membaca adalah suatu keadaan yang sulit untuk diubah apabila tidak diiringi oleh upaya yang konsisten.  

3. Faktor sarana dan prasarana

Budaya literasi tidak akan berjalan lancar apabila tidak disertai fasilitas yang memadai. Realitanya, fasilitas pendukung budaya literasi sudah cukup memadai, mulai dari ketersediaan buku bacaan, perpustakaan, toko buku, dan lain-lain. Akan tetapi, fasilitas tersebut tidak dimaanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. Hal itu menyebabkan asumsi terkait fasilitas literasi yang belum mencukupi kebutuhan literasi masyarakat Indonesia.

Faktor-faktor tersebut sebagai pemantik untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas budaya literasi masyarakat di Indonesia. Perbaikan itu tentunya tidak terlepas dari peran dan kesadaran dari setiap individu mengenai pentingnya budaya literasi. Peran dan kesadaran tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap rendahnya minat literasi masyarakat. Oleh sebab itu, perlu beberapa upaya yang harus diterapkan oleh masyarakat Indonesia sejak dini guna meningkatkan peringkat literasi Indonesia.

1. Menyediakan perpustakaan di dalam rumah

Perpustakaan adalah salah satu unsur terpenting dalam budaya literasi. Keberadaan perpustakaan di dalam rumah menjadi cikal bakal lahirnya budaya literasi. Apabila suatu keluarga menyediakan dan memberikan fasilitas perpustakaan dengan bahan bacaan yang lengkap, akan menumbuhkan daya minat anak untuk mengeksplorasi isi bacaan.

2. Menyusun jadwal aktivitas literasi

Aktivitas literasi menjadi suatu pembiasaan yang harus terus dikembangkan secara bertahap. Hal itu dapat dilakukan dengan cara membuat peraturan untuk menerapkan aktivitas literasi secara rutin setiap harinya bagi semua anggota keluarga. Peraturan tersebut dapat dibuat dengan sederhana, seperti wajib membaca buku minimal 15 menit per hari.

3. Melakukan aktivitas literasi di luar rumah

Rasa bosan terhadap budaya literasi memanglah suatu hal yang wajar dialami oleh semua orang, terlebih lagi bagi anak usia dini. Maka dari itu, untuk mensiasati hal tersebut orang tua harus sigap membantu mereka menemukan hal-hal baru di luar rumah. Orang tua dapat mengajak anak untuk melakukan aktivitas literasi di luar rumah, seperti pergi ke toko buku, perpustakaan, membaca di taman, dan lain lain.

Berdasarkan faktor rendahnya minat literasi masyarakat Indonesia, diharapkan upaya pengembangan literasi sejak dini dapat membantu Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas literasi di Indonesia. Agar ke depannya peringkat literasi Indonesia tidak lagi berada di posisi terbawah.

Ikuti tulisan menarik Wahyu Dian Andriana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu