x

Ajarkan mimpi kepada mereka, bahwa bagaimanapun kondisi yang kita hadapi kita harus terus memiliki harapan kepada kebaikan. Setiap orang memang punya kelemahan dan keterbatasan, namun jadikanlah keterbatasan tersebut untuk melecut semangat diri dan terus berjuang demi menggapai mimpi yang dicitakan.

Iklan

Irfan Hidayah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 21:27 WIB

Mewujudkan Cita-cita dengan BAGJA

Ajarkan mimpi kepada mereka, bahwa bagaimanapun kondisi yang kita hadapi kita harus terus memiliki harapan kepada kebaikan. Setiap orang memang punya kelemahan dan keterbatasan, namun jadikanlah keterbatasan tersebut untuk melecut semangat diri dan terus berjuang demi menggapai mimpi yang dicitakan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mewujudkan Cita-cita dengan BAGJA

Seperti kita ketahui, zaman selalu mengalami perubahan dalam berbagai sektor yang dipicu oleh perkembangan pemikiran manusia itu sendiri. Sekolah sebagai tempat belajar utama bagi peserta didik seharusnya mampu memberikan lingkungan yang mendukung dan sesuai. Guru sebagai pendamping pembelajaran harus mampu menuntun dan mengarahkan peserta didik agar menemukan alur belajar yang sesuai dengan kodrat mereka masing-masing.

Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan potensinya masing-masing. Mereka unik dengan segala sifat yang mereka miliki. Guru tidak bisa menyeragamkan pemikiran peserta didik menjadi sesuai dengan yang dia inginkan. Sekolah bukanlah pabrik yang mencetak peserta didik dengan pengetahuan-pengetahuan atas nama kurikulum. Setiap peserta didik merdeka dan memiliki cita-cita. Dengan memahami bahwa kondisi dan potensi setiap peserta didik beragam maka guru harus mampu untuk menggali semua kekuatan dan nilai-nilai positif yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat tumbuh dengan baik menjadi generasi yang sadar dan berkarakter.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ajarkan mimpi kepada mereka, bahwa bagaimanapun kondisi yang kita hadapi kita harus terus memiliki harapan kepada kebaikan. Setiap orang memang punya kelemahan dan keterbatasan, namun jadikanlah keterbatasan tersebut untuk melecut semangat diri dan terus berjuang demi menggapai mimpi yang dicitakan.

Sekolah merupakan tempat mencari ilmu dan mengembangkan karakter peserta didik hingga terbentuk sebagai Pelajar Pancasila. Setiap anak belajar bukan tanpa tujuan, mereka pasti mempunyai cita-cita yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut tentunya harus ada pendekatan yang dilakukan, misalnya dengan Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). IA merupakan model sekaligus pardigma manajemen perubahan yang memegang prinsip psikologi dan pendidikan positif serta pendekatan berbasis kekuatan. IA ini berfokus pada kekuatan, potensi, dan nilai-nilai positif yang dimiliki tiap anak. Guru berperan untuk menuntun anak sesuai kodrat alam dan zaman masing-masing. Guru tidak dapat menyamaratakan potensi tiap anak. Anak itu unik. Mereka memiliki minat, bakat, potensi, serta sikap yang berbeda-beda sesuai kodrat alamnya. Sebagai guru hanya bertugas menuntun laku dan tumbuh anak agar mencapai keselamatan setinggi-tingginya. Oleh karena itu, IA sangat diperlukan dalam mewujudkan mimpi tiap anak.

Peran sekolah sangat penting dalam penerapan model IA. Sekolah adalah tempat belajar utama yang memberikan lingkungan yang mendukung dan sesuai agar sekolah dapat mewujudkan visi sekolah dengan baik. Sekolah bukanlah pabrik yang mencetak pengetahuan atas nama kurikulum. Sekolah adalah tempat belajar. Kolaborasi dari berbagai pihak dibutuhkan agar terjadi perubahan dan perbaikan kualitas. Ada lima tahapan model IA yang biasa diakronimkan dengan BAGJA. BAGJA dalam bahasa Sunda bermakna Bahagia. Harapan ke depan anak-anak memperoleh kebahagian karena dapat meraih mimpi-mimpinya. Tahapan BAGJA yaitu B (Buat pertanyaan awal), A (Ambil pelajaran), G (Gali mimpi), J (Jabarkan rencana), A (Atur eksekusi).

IA mengedepankan paradigma bahwa tiap anak mempunyai kekuatan dan nilai-nilai positif. Guru selayaknya membimbing anak agar tumbuh kembang dengan baik dan secara sadar menjadi generasi muda yang berkompeten. Hidupkan mimpi-mimpi mereka, beri mereka harapan, ajari cara mengatasi kelemahan dan keterbatasan hingga mimpi-mimpi mereka terwujud. Guru sebagai agen transformasi perubahan harus memberi kemudahan, motivasi, dan memfasilitasi anak dalam belajara dengan melakukan hal-hal berikut: Kemitraan (jalin kedekatan emosional), Pengalaman nyata (bagi pengalaman kita), Kebersamaan (tanamkan indahnya kebersamaan dalam perbedaan), Partisipasi aktif (munculkan keingitahuan dan rasa tanggung jawab atas kewajiban dan hak mereka), Mandiri (tidak mengintervensi mimpi mereka), Manajemen (mengatur waktu dengan baik), dan Kearifan lokal (menyikapi tiap permasalahan dengan kondisi di daerah setempat).

Hal-hal tersebut di atas jika diterapkan dengan sungguh-sungguh maka akan terlaksana merdeka belajar yang disesuaikan dengan kodrat anak masing-masing. Guru hendaknya menumbuhkan kesadaran, kemandirian, dan memberikan kebebasan bereksplorasi tanpa adanya paksaan dan tekanan. Mari kita wujudkan merdeka belajar untuk melahirkan Pelajar Pancasila melalui pendekatan IA dengan tahapan BAGJA.

Ikuti tulisan menarik Irfan Hidayah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB