x

Iklan

Dinda Anisa Nuraini

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 Desember 2021

Rabu, 8 Desember 2021 22:56 WIB

Kata Jadi Doa


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kata Jadi Doa

“Huft, ayok semangat pasti bisa”, kataku sembari berusaha menyemangati diri sendiri.

Melihat wishlist yang tertempel di dinding kamarku, membuat senyumku mereka. Aku pun menempelkan telepak tanganku ke dinding yang tertempel sebuah kertas bertuliskan beberapa wishlist sambil berguman,

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Allahuma sholli’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad”, gumanku sembari menutup mata.

Setelah selesai melafalkan kalimat tersebut, aku pun menarik telapak tanganku seraya membuka mataku. Senyumanku mengembang lagi, kemudian aku berucap.

“semoga terkabul, aamiin”, ujarku seraya berbalik pergi meninggalkan kamarku.

****

Hari ini tepat hari jum’at, kucing hitamku mati. Kucing hitamku yang sangat aku sayangi, kucingku yang selama bertahun-tahun ku rawat dengan penuh sayang. Hari ini, dia pergi meninggalkanku. Aku tak kuasa menahan tangisku setelah sampai di kamarku, mengambil bantal kemudian menenggelamkan wajahku diatasnya. Menangis, yah hanya itu yang bisa ku lakukan. Sejak tadi, sejak aku melihat kucingku dikuburkan, aku masih tegar. Aku tak mau menangis di depan keluargaku. Aku malu, aku gamau dianggap lemah. Namun aku tak kuasa menahan tangisku sesampainya dikamar.

Meskipun orang-orang bilang,

yah cuman kucing kok sesedih itu sih, lebay banget”

“ga papa ga papa kan bukan manusia juga yang ninggalin”

Ah, seandainya saja aku punya banyak tangan, pasti kan ku bungkam bibir mereka.

Mereka ga ngerti, karena mereka ga ngerasain. Mereka ga ngerti karena mereka sedang di emosi yang stabil, sedang di emosi yang baik-baik saja. Yah tapi aku ga minta banyak sih, aku hanya ingin mereka diam saja, bukan berusaha menghiburku dengan kalimat yang sama sekali tidak membuatku terhibur.

Ah, aku berharap hari ini cepat berlalu.

****

Beberapa bulan kemudian…

Setelah berbulan-bulan berlalu, aku berusaha terbiasa tanpa kucing hitamku. Berusaha untuk biasa saja, berusaha untuk berpikir positif dengan mengingat bahwa,

“pasti akan diganti dengan yang lebih baik”, pikirku demikian

Walau sulit rasanya berpikir positif disaat hati kita tengah sakit dan pikiran kita tengah kacau lumayan susah, namun aku tetap berusaha. Dan pada akhirnya tepat satu bulan yang lalu aku memilih mengadopsi seekor kucing temanku yang kuberi nama mochi.

****

Mochi, seekor kucing berwarna putih keabu-abuan tengah berada digendonganku, ia memang manja sekali, bahkan di usianya yang sudah delapan bulan, dimana usia seekor kucing yang cocok untuk kawin. Biasanya kucing usia 8-12 bulan, sudah mulai di dekati oleh si kucing jantan—fyi, kucingku betina--, namun ketika ada kucing-kucing jantan ke rumah, Mochi seakan-akan tak peduli, kemudian lanjut menghampiri ku seraya mengeong-ngeong. Aku pun geleng-geleng kepala seraya melihat kucing jantan tadi berlalu sembari berjalan dengan lesu.

****

2 tahun kemudian

“Meong-meong”

“oeng-oeng”

“meonggggggggggggggggggggggggg”

Yah seperti yang kalian fikirkan, rumahku saat ini penuh dengan kucing.

Terdapat kurang lebih lima belas kucing dirumahku, yang benar-benar membuatku kelimpungan. Pasalnya keribuat-keributan yang mereka ciptakan bisa membuat kepalaku dan kepala anggota keluargaku pusing bukan main.

Melihat piring dan gelas yang pecah akibat dari Micel dan Michi berkejar-kejaran, barang-barang diatas lemari yang jatuh akibat dari Low yang melompat-lompat guna menghindari cakaran Avy dan masih banyak sekali kekacauan yang terjadi.

“Aduh, aku ga berharap punya kucing sebanyak ini”, ujarku seraya memegangi kepalaku yang pusing melihat kejadian ini.

Yah Mochi memang sempat jual mahal dua tahun yang lalu, namun aku tak menyangka setelah drama jual mahal, esoknya ia dengan tidak tahu malunya, kawin di depan kami sekeluarga yang tengah menonton TV. Aku shock tentu saja, dan aku membiarkan karena beranggapan bahwa yah memang sudah umurnya.

Namun aku tidak menyangka bahwa ia akan memiliki empat belas anak dua tahun kemudian.

****

Setelah membersihakan serangkaian masalah yang ditimbulkan oleh Mochi sekeluarga, aku pun memasuki kamarku hendak mengistirahatkan tubuhku yang cukup lelah. Aku berjalan menuju tempat tidurku kemudian merebahkan badanku terlentang disana. Aku menatap langit-langit kemudian termenung sesaat.

Beberapa detik setelahnya, aku bangkit dari tempat tidurku, kemudian berjalan menuju dinding yang tertempel wishlist, aku melihat adakah dari harapanku bertahun-tahun lalu yang tercapai. Mataku menyusuri kemudian terpaku pada satu kalimat.

“mendirikan rumah buat kucing”

Aku terdiam, kemudian berpiikir, meresapi semua kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu dan yang terjadi sekarang. Lalu aku berguman,

“ oh ini yah” ujarku mengangguk-anggukkan kepala ku seraya berguman lagi.

“ emang apapun yang kita tuliskan, ucapkan itu bisa jadi doa yah, apalagi diiringi dengan shalawat nabi Muhammad saw”.

Ikuti tulisan menarik Dinda Anisa Nuraini lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB