x

Gambar oleh Joseph Redfield Nino dari Pixabay

Iklan

Elva Marliah .

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Desember 2021

Kamis, 23 Desember 2021 09:50 WIB

Kedudukan Strata Sosial dalam Novel Student Hidjo Karya Mas Marco Kartodikromo

Artikel ini mengulas mengenai kedudukan strata sosial yang ada di dalam novel yang berjudul student hidjo karya mas marco kartodikromo

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mas Marco Kartodikromo, lahir pada tahun 1890 di Cepu dan meninggal pada 18 Maret 1932 di Papua. Mas Marco merupakan seorang yang berasal dari keluarga priyayi rendahan. Ia dikenal sebagai seorang penulis novel dengan terbitan luar Balai Pustaka. Salah satu hasil karyanya yang terkenal yaitu Student Hidjo (1919) merupakan terbitan luar Balai Pustaka. Bersama dengan beberapa rekannya, ia digolongkan sebagai salah seorang penulis bacaan liar, yang merupakan sebuah jenis bacaan yang diterbitkan di luar Balai Bahasa sebagai badan atau lembaga penerbit resmi Pemerintah Belanda.
 
Sebelum menjadi seorang penulis novel, Mas Marco Kartodikromo awalnya merupakan seorang pegawai yang bekerja di Nederlansch-Indische Spooweg pada tahun 1905. Di tempat itulah Mas Marco belajar bahasa Belanda. Setelah menjadi seorang pegawai, ia berpindah haluan menjadi seorang wartawan. Pekerjaan ini ia tekuni sejak ia bergabung bersama surat kabar Medan Prijaji di Bandung pada tahun 1911. Sebagai seorang wartawan Mas Marco Kartodikromo beberapa kali diperingati melalui detik pers karena beberapa tulisan yang ia buat. Ia kemudian dipenjarakan selama 100 hari, mulai 23 November 1915-26 Februari 1916.
 
Ketika ia keluar dari penjara, Mas Marco Kartodikromo kemudian dikirim ke Belanda oleh Pantjaran Warta. Selama ia tinggal di Belanda ia kagum dan terkesan dengan kehidupan orang-orang di Belanda. Ia mengagumi cara berpikir golongan sosialis Eropa. Kehidupannya di Belanda tersebut yang menjadi cikal bakal kelahiran novel Student Hidjo yang dinilai sebagai novel yang memberikan gambaran hidup bangsa Belanda dan pengaruhnya terhadap bangsa-bangsa lain, terlebih khusus bangsa Timur. Setelah Kembali ke Belanda, Mas Marco Kartodikromo kembali lagi berurusan dengan delik pers dan dipenjarakan selama 1 tahun. Kemudian ia dibebaskan, lalu bergabung menjadi Komsaris Sarikat Islam (SI) di Semarang dan bergabung pula bersama kabar harian Sinar Djawa. Dalam kabar harian itu, Mas Marco memuat beberapa syair yang mengkritik pemerintahan dan kuasa Belanda di Indonesia pada masa itu.
 
Pada tanggal 15 Desember 1919 Mas Marco mengundurkan diri dari Sina Hinia dan bergabung pada salah satu badan atau lembaga organisasi Wono Tamtoro, himpunan pegawai Dinas Kehutanan. Lalu, ia kembali lagi ke delik pers karena tulisannya “Syair Sentot” dan dipenjarakan selama 6 bulan. Sekeluarnya dari penjara ia pindah haluan ke Yogyakarta dan menjadi wakil sekretaris CSI Yogyakarta.
 
Selama di Yogyakarta, ia tidak merasa nyaman dan mengundurkan diri lalu pindah ke Salatiga. Di Salatiga, ia Kembali terkena delik pers karena tulisannya dalam Pemimpin. Ia kemudian dihukum kembali dan dipenjarakan selama 2 tahun di Weltervreden. Ia kembali ke Salatiga pada tahun 1923 dan menjadi anggota PKI dan menjabat sebagai ketua Sarekat Rakyat. Mas Marco kemudian harus mengakhiri aktivitasnya setelah terjadi pemberontakan tahun 1926. Ia menjadi salah satu korban yang dibuang ke Digul dan meninggal di sana pada tahun 1932 karena terserang penyakit malaria.
 
Novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo, terbit pertama kali pada tahun 1918 melalui Sinar Hindia, dan muncul sebagai buku tahun 1919. Merupakan salah satu perintis lahirnya sastra perlawanan, sebuah fenomena dalam sastra Indonesia sebelum perang. Buku ini diterbitkan kembali dengan dua versi pada tahun 2000, oleh Aksara Indonesia dan Bentang, keduanya penerbit dari Yogyakarta. Novel Student Hidjo dikarang oleh Mas Marco Kartodikromo ketika ia dipenjarakan oleh pemerintah colonial Belanda pada tahun 1918, seperti yang tertulis dalam pengantar penulis dalam novel tersebut.
 
Novel ini dipandang sebagai perintis tradisi sastra Indonesia karena telah menyuarakan semangat kebangsaan dan perlawanan terhadap kolonialisme. Novel ini mencoba berkisah tentang awal mula kelahiran para intelektual pribumi, yang lahir dari kalangan borjuis kecil, dan secara berani menggambarkan kehidupan di Belanda dan Hindia Belanda. Kisah ini diawali dengan rencana orang tua Hidjo menyekolahkan ia ke Belanda. Ayah Hidjo yaitu Raden Potronojo, berharap dengan Hidjo melanjutkan pendidikannya ke Belanda bisa mengangkat derajat keluarganya. Meskipun sudah menjadi saudagar yang berhasil dan bisa menyamai gaya hidup kaum priyayi murni dari garis keturunan, tidak lantas kesetaraan status sosial diperoleh, khususnya di mata orang-orang yang dekat dengan gouvernement, pemerintah kolonial.
 
Pada masa penjajahan, hanya kaum Bangsawan yang dipandang tinggi. Orang-orang yang berhasil sekolah tinggi sampai ke Negeri Belanda dianggap sudah mampu mengubah strata sosial dan akan dihargai disetiap stratanya. Pekerjaan sebagai saudagar yang ditekuni Ayah Hidjo dianggap belum cukup untuk mengangkat derajat keluarganya kemudian ia mengutus anaknya untuk melanjutkan sekolah di Belanda. Masyarakat Indonesia pada masa Kolonial Eropa dibedakan dalam beberapa golongan atau garis warna. Garis warna atau perbedaan warna kulit pada tanah jajahan sangat ketat diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Pemerintah Kolonial Belanda umpamanya membagi golongan sosial di Indonesia berdasarkan kepada hukum dan keturunan atau status sosial.
 
Kedudukan strata sosial pada masa kolonial ini, sangat terasa sekali pada awal kita membaca Student Hidjo. Golongan yang dapat kita rasakan adalah dari golongan Elite. Golongan ini adalah yang terbaik atau pilihan dalam kelompok masyarakat. Mereka dipandang status sosial yang tinggi sesuai dengan kedudukan atau pekerjaannya. Orang-orang yang termasuk golongan elite ini ialah para pejabat yang membantu pemerintahan kerajaan/kesultanan, missal mangkubumi, patih, perdana menteri, dan hulubalang. Pejabatpejabat ini sebenarnya kawula (abdi) negara atau raja sehingga mereka bekerja untuk kepentingan raja. Mereka juga menjadi penghubung antara raja dan rakyatnya. Para pejabat itu dikenal juga sebagai golongan priyayi. Pada masa kolonial, para priyayi yang bergelar Raden atau Raden Mas ini menjadi pejabat administrasi pemerintah kolonial Belanda. Mereka menjadi penghubung antara pemerintah kolonial dan rakyat yang dijajah. Dengan demikian, kedudukan para priyayi ini dimanfaatkan demi kepentingan kolonial.
Memasuki awal abad ke-20, golongan elite ini tidak hanya didapat secara turuntemurun. Rakyat biasa yang telah mendapatkan tingkat pendidikan tertentu dapat menjadi golongan elite. Mereka nantinya sangat membantu dalam memperjuangkan bangsanya. Mereka ini dikenal dengan golongan elite terdidik. Inilah tujuan yang hendak dicapai oleh Ayah Hidjo. Melalui novel ini, Marco dengan lembut, ringan, sederhana tapi tajam menyampaikan cita-cita dan pandangannya terhadap kolonialisme Belanda, termasuk dunia kapitalisme.
 
Dalam kritikan Mas Marco pada bagian ini, bahwa semua orang-orang pribumi haruslah berani berjuang mempertaruhkan derajat mereka dengan cara sekolah setinggi- tingginya. Ini terbukti ketika Hidjo sampai di Negeri Belanda, ketika orang-orang pribumi yang dating, mereka juga akan dihormati sekali. Sebab, orang Belanda berpikir bahwa setiap orang yang dating dari Hindia adalah orang-orang kaya. Sehingga maksud Marco disini adalah tidaklah perlu orang pribumi menghinakan diri kepada orang Belanda. Sebab ketika orang pribumi yang datang ke Belanda, mereka juga sebaliknya akan hormat dan juga kepintaran mereka tidak ada bedanya dengan orang pribumi. Selain itu, pengalaman Hidjo di Negeri Belanda telah membuka matanya. Ia melihat bahwa di negerinya sendiri bangsa Belanda ternyata tidak “setinggi” yang ia bayangkan. Hidjo menikmati sedikit hiburan murah ketika dia bisa memerintah orang-orang Belanda di hotel, restoran, atau di rumah tumpangan yang mustahil dilakukan di Hindia.

Ikuti tulisan menarik Elva Marliah . lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler