x

Gambar oleh Tri Le dari Pixabay

Iklan

Fahmi Hasa, S.Pd., M.Or.

Dosen ITB; Bendahara Umum PSSI Jawa Barat; Ketua Bidang Kerjasama Perguruan Tinggi KORMI Jawa Barat
Bergabung Sejak: 25 Juni 2021

Rabu, 23 Februari 2022 19:07 WIB

Darurat Olahraga Permainan Anak

Kesehatan dan kebiasaan gaya hidup anak-anak Indonesia cukup mengkhawatirkan. Mereka terbiasa melihat contoh orang dewasa yang minim aktivitas fisik. Penelitian menunjukan screen of time anak-anak di Pulau Jawa berkategori tinggi, khususnya dalam bermain telepon genggam. Padahal anak-anak ini akan menjadi bonus demografi kelak. Perlu ada kebijakan khusus untuk memperhatikan peningkatan aktivitas fisik dan kebiasaan bergerak aktif pada anak-anak. Perlu edukasi dan sosialisasi olahraga permanainan anak kepada orang tua dan lingkungan anak-anak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Fahmi Hasan, S.Pd., M.Or.

Dosen Kelompok Keilmuan Ilmu Keolahragaan ITB

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia memiliki jumlah pendudukan sangat besar, 264 juta jiwa, 64.7% diantaranya didominasi generasi milenial (1981 – 1996), Gen Z (1997 – 2012), dan Post Gen Z (≥ 2013). Angka tersebut menjadikan Indonesia salah satu negara dengan kepadatan penduduk terbesar bersama India dan China. Namun banyak yang mengungkapkan bahwa kita mendapatkan keuntungan dengan adanya bonus demografi. Puncaknya bonus demografi tersebut dapat dirasakan pada tahun 2030. Bonus demografi  berarti bahwa usia produktif di wilayah tersebut memiliki jumlah yang signifikan lebih besar dibandingkan usia non-produktif. Hal tersebut dinilai dapat membantu suatu negera berkembang untuk semakin maju.

Namun, usia produktif yang dimaksud dalam bonus demografi tersebut akan benar-benar menjadi produktif jika selama karirnya tidak terganggu berbagai masalah, seperti kesehatan. Beberapa data menunjukan sesuatu yang membahayakan untuk mereka yang berada di usia produktif. Seperti tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia juga diiringi oleh tingkat kematian. Survei Sample Regristration System (SRS) pada 2014 di Indonesia menunjukkan penyebab kematian tertinggi pada semua umur adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK), yakni sebesar 12,9%. Sedangkan pada tahun 2016, 3 penyakit yang menjadi beban penyakit terbesar di Indonesia adalah penyakit jantung iskemik, stroke, dan diabetes. Penyakit-penyakit tersebut merupakan golongan dari penyakit tidak menular (PTM).

Angka lebih mengejutkan ketika kita melihat data terbaru dari Kementerian Kesehatan, melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Dalam riset tersebut ada 5 penilaian utama, yang pertama adalah gizi balita, kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan bayi, penyakit tidak menular, hingga gaya hidup masyarakat (aktivitas fisik, asupan makanan, dan aktivitas merokok). Pembahasanpun akan difokuskan pada angka yang mengalami kenaikan. Obesitas yang dialami masyarakat usia diatas 18 tahun terdapat peningkatan 100% jika dibandingkan 2007. Pada 2007 10,5% penduduk Indonesia masuk dalam kategori obesitas, 2018 menjadi 21,8%. Begitupun untuk angka penyakit tidak menular (PTM), PTM yang ada dalam Riskesdas antara lain seperti asma, kanker, stroke, ginjal, diabetes, penyakit jantung, hingga hipertensi. Untuk penyakit asma, masyarakat kita mengalami penurunan dari 4,5% pada tahun 2013 menjadi 2,4% pada tahun 2018.

Namun hanya pada penyakit asma saja berita baik itu ada, untuk PTM lainnya mengalami peningkatan. Penyakit kanker pada tahun 2013 sebanyak 1,4%, kini 1,8%. Penyakit stroke pada tahun 2013 7%, kini menjadi 10,9%. Kemudian penyakit ginjal pada tahun 2013 2%, pada tahun 2018 ada pada angka 3,8%. Untuk diabetes pada tahun 2013 sebanyak 1,5%, tahun 2018 menjadi 2%. Dan hipertensi pada tahun 2013 mencapai 25,8%, di tahun 2018 mencapai 34,1%. Seluruh PTM bisa dihindari jika kita memiliki gaya hidup sehat dan juga tingkat aktivitas fisik yang baik, data masyarakat Indonesia yang kekurangan aktvitas fisik, data tahun 2013 ada 26,1% masyarakat yang kekurangan aktivitas fisik, kini menjadi 33,5% yang kekurangan aktivitas fisik.

 

Olahraga Permaina Anak

Dari berbagai data tersebut, yang paling menghawatirkan adalah kesehatan dan kebiasaan gaya hidup anak-anak. Jika mereka terbiasa dan sering melihat contoh di sekitarnya yang minim beraktivitas fisik, dikhawatirkan akan dicontoh dan menjadi kebiasaa serta gaya hidup para anak-anak di kemudian hari ketika mereka beranjak dewasa. Di sisi lain, hasil penelitian menunjukan screen of time anak-anak di wilayah Pulau Jawa termasuk dalam kategori tinggi, khususnya dalam bermain telepon genggam. Meningkatnya dunia digitalisasi berdampak pada berubahnya kebiasaan permainan anak, mulai bergeser ke arah digital yang sering diakses melalui telepon genggam. Padahal, para anak-anak yang ada di tahun ini akan menjadi bagian dari bonus demografi yang akan Indonesia jalani.

Maka perlu ada perbaikan dan kebijakan khusus untuk memperhatikan peningkatan aktivitas fisik dan kebiasaan bergerak aktif pada anak-anak. Salah satu cara yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan edukasi dan sosialisasi olahraga permanainan anak ke orang tua dan lingkungan anak-anak. Karena pada realitanya, anak tidak mau bermain aktif karena tidak memiliki referensi cara bermain permainan aktif dari orang tua, ataupun linkungan sekitar, yang mendorong para anak akhirnya bermain melalui gawai yang biasa mereka lihat.

Olahraga permainan anak perlu digencarkan karena terbutki mampu merangsang ketertarikan anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan dan meningkatkan tingkat aktivitas fisik serta kebugaran anak. Olahraga permainan anak perlu sosialisasi dan edukasi perlu diberikan kepada orang tua dan lingkungan sekitar melalui kerja sama antara para akademisi olahraga permainan anak, pemerintah, komunitas, wirausaha dan juga media (penta helix).

Para akademisi diharapkan memberikan solusi melalui penelitian empiris yang mendukung percepatan pengimplementasian olahraga permainan anak yang efektif, komunitas memberikan pengalamannya di lapangan dalam mengatasi masalah bersama anak-anak, selanjutnya wirausaha diharapkan memberikan dukungannya untuk memfasilitasi berlangsungnya program olahraga permainan anak, media membantu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap isu pentingnya olahraga permainan anak untuk kepentingan para anak-anak, dan yang terakhir peran pemerintah diharapkan memberikan kebijakan nyata yang mendukung terlaksananya sosialisasi dan edukasi olahraga permainan anak. Upaya tersebut demi mewujudkan bonus demografi Indonesia yang berkualitas untuk mencapai Indonesia Emas tahun 2045.

Ikuti tulisan menarik Fahmi Hasa, S.Pd., M.Or. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan