x

Iklan

Irfansyah Masrin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 Januari 2020

Jumat, 1 April 2022 14:06 WIB

Potensi Kecerdasan Manusia

Semakin tinggi kecerdasan intelektual seseorang, ia kian mengusai bidang-bidang tertentu yang jarang dikuasai orang lain. Mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, memiliki fokus dan konsentrasi yang konsisten pada bidang-bidang rumit. Namun, serendah-rendahnya kecerdasan intelektual seseorang, ia selalu memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan sekecil apapun dalam hidupnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jika kita berbicara soal intelegensi atau kecerdasan, maka yang terbersit dalam pikiran kita bahwa kecerdasan itu adalah kemahiran seseorang dalam sebuah bidang atau bidang-bidang tertentu yang ditekuni. Ada yang mahir public speaking, mahir dalam bidang teknologi informasi dan informatika. Lalu ada yang unggul di bidang sosial dan pemberdayaan, ada pula yang cerdas dalam politik, wira-usaha, dan sebagainya.

Namun kecerdasan yang ingin dipaparkan di sini adalah berkaitan dengan segala potensi pada diri manusia, didasarkan pada berbagai indikator umum yang ada di setiap diri seseorang. Hal ini diungkapkan bahwa kecerdasan-kecerdasan itu dimiliki hampir oleh setiap manusia yang sehat secara akal dan jiwanya. Baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional.

Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang dilandaskan pada kemampuan seseorang dalam berpikir cepat dan tepat serta kemampuannya dalam mengambil keputusan secara bijak dan penuh pertimbangan yang adil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik akan berpikir secara matang tentang keputusan-keputusan dalam hidup. Biasanya orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik memiliki tes intelegensi yang tinggi (IQ di atas rata-rata). Karakter seseorang yang didominasi oleh kecerdasan intelektual ini biasanya ia menjadi pakar dalam bidang-bidang yang rumit bagi mayoritas orang, seringkali mengusai orang lain dan kadang menjadi pemimpin.

Semakin tinggi kecerdasan intelektual seseorang maka semakin ia mengusai bidang-bidang tertentu yang jarang dikuasai oleh orang lain. Sejatinya orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual ini memiliki fokus dan konsentrasi yang konsisten pada bidang-bidang yang rumit. Serendah-rendahnya kecerdasan intelektual seseorang adalah ia memiliki kemampuan yang tepat dalam pengambilan keputusan sekecil apapun dalam hidupnya.

Kecerdasan sosial hampir dimiliki oleh setiap orang. Meski tidak semua orang, tetapi mayoritas orang mampu menghadapi dunia sosial dan berinteraksi dengan orang lain, terlepas dari lebih dan kurangnya kemampuan seseorang dalam berinteraksi.

Kecerdasan sosial seseorang juga dapat didasarkan pada dua tipe karakter yang dimiliki oleh seseorang, karakter introver dan ekstrover. Seseorang yang memiliki tipe introver cenderung pendiam, membatasi diri berinteraksi dengan orang lain bahkan menutup diri untuk berhubungan dengan banyak orang kecuali pada hal-hal yang dianggap penting.

Orang dengan tipe introver memang memiliki kecerdasan sosial yang kurang, tapi seringkali orang-orang dengan tipe introver memiliki kecerdasan intelektual yang baik, pendiam tapi cerdas dalam bidang-bidang tertentu. Dalam dunia pekerjaan pun orang dengan tipe introver lebih banyak bekerja pada bidang-bidang yang tidak membutuhkan interaksi langsung dengan banyak orang, bagian laboratorium, penelitian tertentu, farmasi, operator dll.

Namun berbanding terbalik dengan tipe ekstrover yang lebih open mind, terbuka terhadap orang lain, menjalin interaksi yang hangat dengan banyak orang dan biasa pandai mempengaruhi orang lain. Tipe-tipe ekstrover ini memiliki kecerdasan sosial yang tinggi dan seringkali berada di bidang-bidang yang berhubungan dengan publik, baik sebagai diplomat, politisi, budayawan, seniman, aktivisis sosial, petinggi sebuah organisasi atau komunitas masyarakat dan segala hal apapun yang berhubungan dengan publik. Kadang-kadang kebohongan menjadi senjata bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi ini.

Selanjutnya kecerdasan spiritual dimiliki oleh para Agamawan dan orang-orang yang berkonsentrasi pada pengkajian tentang nilai-nilai dan religiusitas, supranatural dll. Orang-orang dengan kecerdasan spiritual yang tinggi lebih dominan memilih aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan ritual dan ibadah.

Jikapun berhubungan dengan publik, orang-orang dengan kecerdasan spiritual yang tinggi ini semata-mata hanya menjalankan misi agama, mengingatkan orang lain tentang Tuhan, moralitas dan pentingnya berdakwah. Kecerdasan spiritual ini hampir ada di setiap orang-orang dengan latar belakang apapun, kecuali ateis dan kaum materialis.

Terakhir, kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang berhubungan dengan aspek afektif pada diri manusia. Aspek ini sangat rentan berada pada diri seseorang. Ia dapat menjadikan seseorang terlihat begitu mulia bahkan sebaliknya dapat membuat seseorang menjadi hina.

Perasaan takut, berani, bahagia, bersedih dan marah adalah unsur-unsur yang terdapat dalam aspek afektif atau emosi. Emosi dapat dibagi ke dalam emosi positif dan negatif. Emosi positif adalah kecenderungan seseorang memperlihatkan perasaan yang bahagia, tertawa, berani dan sebagainya. Sedangkan emosi negatif adalah seseorang yang tampak bersedih atau menangis, takut, dan marah.

Kontrol diri adalah benteng dari kecerdasan emosional. Bahkan kecerdasan emosional ini lebih dominan pada diri seseorang daripada kecerdasan-kecerdasan yang lain, atau kecerdasan emosional ini akan mampu menutupi kecerdasan-kecerdasan yang lain jika seseorang tidak mampu mengontrol dirinya dari emosi negatif.

Banyak orang yang cerdas secara intelektual, ia pun memiliki interpersonal yang baik, mampu mempengaruhi orang lain hanya dengan lisan yang bijak dan juga memiliki kecerdasan spiritual yang juga bagus. Namun ketika ia tidak mampu mengontrol emosi negatifnya, menjadi pemarah, menjadi penakut menghadapi berbagai masalah, tidak mampu mengontrol dirinya, maka semua kecerdasan-kecerdasan yang tersebut sebelumnya itu akan berkurang nilainya.

Sederhananya adalah ketika ada orang yang pintar, bicaranya menggelegar, ia bijak, selalu menyampaikan dan menunjukkan hal-hal baik serta dikenal baik oleh banyak orang. Tapi karena ia adalah seorang yang emosional (negatif), menjadi tempramen dan sejenisnya, maka semua penilaian baik orang lain terhadap dirinya akan menjadi buruk, menurunkan kualitas dirinya.

Ada orang cerdas dan bijak namun ia pembohong dan orang lain mengetahui itu, maka ia tidak dipercaya lagi sebagai orang yang cerdas dan bijak. Ada seorang penyampai kebaikan, penasehat, pendakwah namun ia memiliki watak yang kasar, maka orang lain tidak akan menghormatinya lagi sebagai seseorang yang didengarkan nasehat baik darinya. Dan masih banyak contoh lainnya.

Karenanya mengontrol emosi negatif jauh lebih utama daripada terlalu menampilkan emosi-emosi positif, atau lebih baik diam. Karena tak ada yang dirugikan jika diam, juga termasuk tidak merugikan diri sendiri. Kecuali hanya berlaku pada orang-orang yang memiliki orientasi ganda dalam kehidupannya (bermuka dua/munafik).

Maka hanya dengan adanya korelasi atau deintegrasi ke empat aspek potensi kecerdasan manusia tersebut, akan mampu mewujudkan karakter cerdas yang utuh dan totalitas pada diri Manusia. Kesempurnaan kecerdasan manusia hanya mampu didapatkan ketika seseorang memiliki semua aspek tersebut. Dan untuk melihat dan menguji seberapa besar potensi kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, maka ia harus ditimpa dengan berbagai masalah yang rumit. Di sanalah peran ke empat potensi kecerdasan tersebut dapat terlihat. 

Orang yang memiliki kecerdasan yang sempurna, ia akan sangat bijak dan penuh kehati-hatian dalam memutuskan masalah berdasarkan pertimbangan yang matang (Kecerdasan intelektual). Ia juga akan mampu bertindak tanpa merugikan orang lain atau bahkan ia akan tetap peduli dengan berbagai masalah orang lain meskipun ia sendiri menghadapi masalah yang rumit (kecerdasan interpersonal/Sosial).

Di sisi lain kecerdasan spiritual akan di kedepankan sebagai jalan kembali bagi orang-orang yang cerdas, ia cenderung akan berimprovisasi dan merefleksikan secara sadar berbagai masalah yang dihadapi, bahkan akan kembali pada agamanya sebagai satu-satunya jalan yang diharapkan dalam menyelesaikan masalah. Tidak cukup di situ, orang yang memiliki kecerdasan yang sempurna akan tetap terjaga emosinya, ia akan mampu mengontrol dirinya dari berbagai terpaan masalah yang dihadapinya (sabar). Inilah yang disebut kecerdasan emosional.

Penyatuan berbagai dimensi kecerdasan itulah yang akan membentuk karakter Hasanah, Karimah dan Adzimah pada diri manusia. Apakah anda memiliki keempat kecerdasan tersebut secara utuh? Semoga kita senantiasa terus menjadi manusia yang lebih baik.

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Irfansyah Masrin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler