x

Beliau kerap disapa SDD

Iklan

Izza Zahraniah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2022

Rabu, 13 April 2022 20:10 WIB

Kritik yang Ingin Disampaikan dalam Puisi “Yang Fana Adalah Waktu”

Salah Satu Puisi Terbaik Karya Sapardi Djoko Damono

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa itu puisi? Puisi adalah karya sastra yang memiliki aspek dan unsur yang membangun puisi. Pradopo (2010:13) mengatakan bahwa puisi sebagai karya sastra seni puitis, kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Sifat puitis dari karya sastra (puisi) terletak pada pemunculan ketegangan-ketegangan dalam karya sastra. Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual : tipografi, susunan bait; dengan bunyi; persajakan, asonansi, alitrasi, kiasan bunyi, lambing rasa orchestra; dengan diksi.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai kritik yang ingin disampaikan dalam puisi “Yang Fana Adalah Waktu” karya Sapardi Djoko Damono. Beliau merupakan seorang pujangga Indonesia terkemuka, yang dikenal lewat berbagai puisi-puisinya, yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat popular. Penyair yang tersohor namanya di dalam maupun di luar negeri ini juga sempat mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Ia juga pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar serta menjadi redaktur pada majalah Horison, Basis, dan Kalam.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Puisi “Yang Fana Adalah Waktu” ini dibuat pada tahun 1978. Dikutip dari buku antologi sajak Hujan Bulan Juni, berikut isi puisinya :

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:

memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa.

                                    “Tapi,

yang fana adalah waktu, bukan?”

tanyamu. Kita abadi.

 

Makna berupa kritik kepada manusia terlihat jelas dalam karya Sapardi kali ini. Dalam puisi  ini Sapardi sengaja membuat puisi dengan pemahaman yang sarkatik dengan cara membalikkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang fana sedangkan waktu adalah sesuatu yang abadi. Sapardi ingin mengingatkan kepada manusia bahwa waktu terus berjalan dan seiring berjalannya waktu maka, manusia akan bertambah tua dan manusia sering kali telat menyadari bahwa mereka tidak menggunakan waktu mereka dengan baik. 

Pada bait pertama larik dua, tiga dan empat “memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa”. Memliki makna bahwa manusia terus-menerus mengejar hal yang tidak penting atau mengejar kesenangan yang instan sampai pada suatu hari mereka sadar bahwa apa yang mereka kejar tidak bermaanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Kesimpulannya Sapardi ingin memberitahukan kritik kepada manusia serta mengingatkan manusia agar selalu melakukan hal yang bermanfaat, jangan pernah membuang-buang waktu untuk hal yang tidak penting karena sebenarnya yang fana adalah manusia sedangkan waktu akan selalu abadi.

 

Sumber :

Krismastuti, Fembriana. (2020). “Analisis Semiotik Terhadap Kumpulan Puisi Perahu Kertas Karya Sapardi Djoko Damono. Skripsi. Klaten : Universitas Widya Dharma

https://beamingnotes.com/2016/08/25/analisis-puisi-yang-fana-adalah-waktu-karya-sapardi-djoko-damono/

Ikuti tulisan menarik Izza Zahraniah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB