x

Indonesia

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 20 Mei 2022 13:44 WIB

Hakikat Harkitnas adalah Semangat Persatuan

Semangat persatuan yang digagas oleh Boedi Oetomo menjadi spirit dalam menghimpun kekuatan dan mencegah perpecahan bangsa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bila embrio perpecahan bangsa terus dihembuskan dan para pelakunya seperti dibiarkan-dilindungi, untuk apa Harkitnas diperingati? (Supartono JW.20052022)

Lahirnya Orgaisasi Boedi Oetomo, di antaranya karena latar belakang adanya banyak ancaman perpecahan antargolongan dan ideologi di tengah perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Oleh sebab itu, persatuan yang digagas oleh Boedi Oetomo menjadi spirit dalam menghimpun kekuatan dan mencegah perpecahan bangsa. Apakah embrio perpecahan bangsa yang terus dihamburkan oleh para manusia yang katanya buzzer dan lainnya di media sosial hingga detik ini di urus dan digerus oleh Pemerintah? Apakah Bapak Presiden RI pernah menyentil para pegiat medsos yang selalu bikin keruh suasana?

Rakyat Indonesia sudah sangat geram lho, dengan keberadaan mereka! Dan manusianya, itu-itu juga!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Harkitnas ke-114, He-he-he?

Dilansir dari Surat Edaran Penyampaian Pedoman Penyelenggaraan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2022 oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, tahun ini Indonesia memperingati Harkitnas yang ke 114 dengan tema “Ayo Bangkit Bersama”.

Wow, sekali lagi, sebelum saya menyoroti apa siginifikansi dari Harkitnas sejak pertama diperingati oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) hingga Pemerintahan sekarang (tahun 2022). Tetapi, saya mengingatkan lagi bahwa berbagai peringatan Hari Besar Nasional (HBN) di Indonesia selalu berpatokan atas dasar kapan Keputusan Pemerintah mengakui dan menetapkan HBS itu.

Jadi, kali ini saya mengingatkan yang kedua kalinya, setelah peringatan Harkitnas tahun 2021 adalah PERINGATAN Harkitnas ke-62, bukan yang ke-113 oleh PEMERINTAH RI.

Dalam artikel saya sudah mengingatkan kepada Pemerintah, jangan bikin kisah yang salah tentang peringatan Harkitnas dan bisa jadi menyesatkan bagi rakyat, karena jelas tak logis.

Sekali lagi saya ulangi, Harkitnas itu, baru ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 sebagai peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.

Dengan demikian, maka peringatan secara resmi itu, dihitung sejak tahun diresmikan, yaitu 1959. Artinya, tahun 2022 ini, maka Harkitnas diperingati yang ke-63, bukan yang ke-114.

Miris, apa sejak tahun 1909, setelah Boedi Oetomo berdiri dan berusia 1 tahun, Pemerintah Indoenesia sudah memperingati Harkitnas ke-1? Lha, Pemerintahan RI saja baru ada sejak 1945, Hardiknas.baru ditetapkan pada tahun 1959.

Maaf, mengapa Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) tetap mengeluarkan pedoman penyelenggaraan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang ke-114 di tahun 2022 ini? Jangan mengada-ada, dong!

Bangga Boedi Oetomo, sedih temanya

Sebagai rakyat biasa, sungguh saya sangat bangga karena sejarah telah mencatat Boedi Oetomo berdiri di tahun 1908 dan menjadikan kelahiran tersebut, tonggak kebangkitan untuk cikal bakal lahirnya RI.

Tetapi diakuinya Gerakan Boedi Oetomo oleh Pemerintah RI harus menunggu sekitar 14 tahun dari RI merdeka. Dan, setelah melalui berbagai pertimbangan, Harkitnas baru ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 sebagai peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.

Atas peringatan Harkitnas yang mengada-ada ini, jujur, saya juga baru NGEH di tahun 2021. Saat itu, saya kaget membaca pedoman penyelenggaraan Harkitnas yang ke-113 di 2021 yang dibuat oleh Kominfo. Pasalnya, Negara Indonesia saja baru akan merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke-76 di Agustus 2021, sebab RI baru merdeka 17 Agustus 1945. Ini kok, Harkitnas sudah yang ke-113, diresmikan saja baru tahun 1959. Lucu?

Berikutnya, saat masuk kepada tema. Ternyata tema juga dikaitkan dengan kondisi Covid-19, sehingga tema Harkitnas yang ke-62, bukan ke-113 pada 20 Mei 2021 adalah: Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh!

Kini, di Harkitnas ke-63, yang tetap masih disebut Harkitnas ke-114, dengan mengambil momentum bangkit dari pandemi, tema Hari Kebangkitan Nasional 2022 adalah “Ayo Bangkit Bersama". Tema ini dipilih agar Harkitnas ini dapat menjadi momentum bagi bangsa untuk bersama-sama mengobarkan semangat bangkit dari pandemi Covid-19 yang telah lebih dari 2 tahun menyerang.

Dua tahun ini, 2021 dan 2022, ternyata tema Harkitnas ke-63, setelah ditelusuri maksudnya, tetap terlalu sempit. Jauh dari sejarah dan latar belakang yang dicitakan oleh Boedi Oetomo.

Sekali lagi, saya bangga ada Boedi Oetomo yang membikin kebangkitan sejak RI belum merdeka. Sekaligus sedih atas tema-tema Harkitnas yang dibikin oleh Pemerintah yang terlalu sempit. Tak menyentuh akar masalah bahwa kini, rakyat Indonesia terus terpolarisasi, terpecah. Para buzzer terus dibiarkan berkeliaran setiap detik bikin suasana keruh yang terus mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Mengapa tema Harkitnas tidak menyentuh akar masalah bangsa Indonesia yang faktanya terus terpuruk di luar dari persoalan corona, seperti hukum yang tajam ke bawah, rakyat yang terus menderita, pendidikan yang tercecer, hingga terus dibiarkan berkeliaran para buzzer tukang bikin onar dan perpecahan bangsa.

Di sisi lain, ada yang terus berpesta pora di atas penderitaan rakyat, yang hanya memikirkan kekuasaan dan harta, oligarki, dinasti, hanya berdasarkan kepentingan politik dan golongan.

Apa yang diperjuangkan, menyedihkan

Andai Boedi Oetomo masih hidup. Yakin beliau akan sangat sedih, melihat para pemimpin negeri ini di parlemen dan pemerintahan hanya asyik masyuk memikirkan untuk terus kebangkitannya sendiri. Kesejahteraannya sendiri. Rakyat hanya dijadikan atas nama demi mereka terus dapat mempertahakan kekuasaan dan terus meraup kekayaan dengan berbagai muslihat.

KPK pun diamankan dilemahkan, agar mereka-mereka terus dapat berpesta pora menggondol uang rakyat dengan berbagai dalih dan skenario, bukan dibangkitkan. Para pengadu domba terus menyulut perpecahan bangsa dengan dagangan utama SARA. Dan, mustahil bila semua itu mengalir begitu saja. Tanpa skenario dan penyutradaraan.

Kendati Boedi Oetomo telah tiada, saya yakin ARWAHnya pasti sedih, bangsa yang telah diperjuangkannya, kini hanya dijadikan bancakan orang-orang LICIK, perampas hak rakyat.

Apa yang kini terus terjadi di Indonesia, bila dikaitkan dengan sejarah Boedi Oetomo, siapa yang terus BANGKIT di Indonesia? Rakyat dan Bangsa? Atau parlemen, pemerintah, oligarkinya, dinastinya, dan para cukong, hingga para koruptor? Malah sampai kini, ada koruptor yang sengaja dihilangkan karena dia adalah KUNCI masalah yang dapat menghancurkan sebuah partai penguasa.

Wahai para pendzolim rakyat dan NKRI, Ingatlah! Dari catatan sejarah, lahirnya Boedi Oetomo mempelopori organisasi pergerakan di masa selanjutnya seperti Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan Muhammadiyah.

Boedi Oetomo adalah organisasi pertama di Indonesia yang bersifat nasional dan moderen dalam sejarah pergerakan kemerdekaan. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Sutomo beserta para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) pada tahun 1908.

Lahir karena pada masa itu, banyak ancaman antargolongan dan ideologi di tengah perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Semangat persatuan yang digagas oleh Boedi Oetomo menjadi spirit dalam menghimpun kekuatan dan mencegah perpecahan bangsa.

Selain itu, tujuan didirikannya Boedi Oetomo yang tercetus dalam kongres pertamanya ialah untuk menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat dengan fokus pergerakan di bidang pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.

Karenanya, Boedi Oetomo lahir untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain. Organisasi inilah yang menyatukan pergerakan di Indonesia dari yang bersifat kedaerahan menjadi nasional dengan tujuan akhir kemerdekaan.

Boedi Oetomo pun meletakkan tiga cita-cita bagi kebangkitan nasional yakni memerdekakan cita-cita kemanusiaan, memajukan nusa dan bangsa, serta mewujudkan kehidupan bangsa yang terhormat dan bermartabat di mata dunia.

Apakah peringatan Harkitnas 2022 atau 2021 dan sebelumnya, benar-benar sesuai spirit pergerakan Boedi Oetomo? Rasanya, kok selalu jauh panggang dari api. Bahkan tema pun, senantiasa bak sekadar SLOGAN.

Jadi untuk apa menyebut Harkitnas sudah yang ke-114? Mengapa yang terus nyinyir di medsos (Twitter), terus tebarkan kebencian, perpecahan, permusuhan, masih dibiarkan bebas? Masih diberi ruang dan uang? Banyak pihak yang sangat gerah, yakin termasuk Boedi Oetomo, meski sudah di SurgaNya.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler