x

Ini adalah potret bahagia siswa-siswa SD Negeri 11 Rantau Selatan Kabupaten Labuhanbatu pada Acara hari Guru sebelum masa pandemi covid-19.

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Selasa, 12 Juli 2022 13:34 WIB

Selamat Datang Tahun Ajaran Baru 2022/2023

Tahun ajaran baru 2022/2023 dimulai. Ada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi peserta didik baru. Ada pula implementasi Kuka (Kurikulum Merdeka).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Tahun ajaran baru 2022/2023 dimulai. Sejumlah sekolah menggeliat. Peserta didik kelas I SD, kelas VII SMP, kelas X SMA dan SMK sebagai warga baru sekolah tampak melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Selain itu, ada hal penting lain bagi warga baru tersebut, yakni mereka akan menerima pelaksanaan Kuka (Kurikulum Merdeka).

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

MPLS

MPLS bertujuan sebagai pengenalan sekolah. Itu sebabnya, helat ini hendaknya lebih bernuansa menyenangkan. Menyenangkan adalah salah satu tujuan utama bagi siapa pun yang baru memasuki dunia persekolahan. Apalagi bagi siswa kelas I SD. Dengan menyenangkan, semangat mereka akan lebih berkobar.

 

Apa saja yang seharusnya dilakukan saat MPLS? Mengenalkan lingkungan fisik dan budaya sekolah. Dua hal inilah yang terpenting.

 

Peserta didik baru di berbagai jenjang, hendaknya diperkenalkan dengan tempat-tempat belajar. Tidak hanya ruang kelas. Tempat-tepat seperti: perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang unit kesehatan sekolah, sekretariat kegiatan Osis dan kepramukaan, kantin, area lapangan upacara yang kerap digunakan sebagai kelas pendidikan jasmani dan kesehatan, taman tempat mereka rehat di sela-sela jeda pembelajaran; harus diketahui oleh peserta didik baru.   

 

Budaya sekolah seperti pembiasaan dari awal masuk hingga mereka pulang pun, jangan diabaikan. Sekolah yang memiliki pembiasaan menyambut peserta didik ketika mereka memasuki gerbang sekolah, tentu  akan menyenangkan.

 

Suasana kekeluargaan sangat dirasakan kedua belah pihak. Para pendidik yang menyambut ramah anak didiknya, memberikan kesan sangat mendalam dan menyenangkan.

 

Apabila pembiasaan ini terus-menerus dilakukan, akhirnya menjadi salah satu budaya sekolah. Jangan dilupakan, pembiasaan yang tampaknya biasa ini menjadi luar biasa ini, tersebab penegakan disiplin dapat diterapkan dengan pendekatan yang ramah pula.

 

Saat penyambutan anak didik memasuki gerbang sekolah, mereka yang belum rapi busananya bisa diingatkan oleh Ibu Bapak Guru. Perhatian begini menambah kekonsistenan antara pihak orangtua dan sekolah, bahwa kerapian dalam berpakaian merupakan salah satu disiplin sekolah.

 

Pembiasaan lain, seperti sebelum masuk ke kelas, bagi peserta didik yang beragama Islam menunaikan solat sunah duha,  juga menegaskan bahwa aktivitas tersebut merupakan wujud syukur. Demikian seterusnya, hingga saat solat duhur melaksanakan solat berjamaah.

 

Dengan mengenal lingkungan fisik dan budaya sekolah, peserta didik baru tidak gagap melanjutkan perjalanan ke kelas berikutnya. Mereka akan memahami penuh kesadaran, bahwa di sekolah mereka bukan sekedar menimba ilmu. Akan tetapi, membudayakan adab santun demi kehidupannya kelak.

 

Pelaksanaan Kuka

Mulai tahun ajaran baru ini pula, sebagian sekolah melaksanakan Kurikulum Merdeka (Kuka). Apa yang perlu sekolah persiapkan?

 

Kesiapan pendidik atau guru.  Pelaksanaan pembelajaran ditumpukan kepada pendidik atau guru. Ini berarti, bahwa guru harus siap memahami seluk beluk Kuka. Pemahaman tersebut mencakup tentang hakikat Kuka. Implementasinya, guru hendaknya mampu membawa pembelajaran dengan semangat  Kuka.

 

Kuka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dalam proses pembelajaran guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

 

Di dalam kurikulum ini terdapat projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Ada berbagai tema yang dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh Kuka. Projek ini tidak bertujuan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

 

Kesiapan peserta didik.  Sebagai pelaku, subjek pendidikan, keberadaan peserta didik tak kalah penting. Budaya berliterasi yang sudah tumbuh pada jenjang pendidikan sebelumnya, akan dikembangkan dan dioptimalkan di sekolahnya yang baru.  

 

Budaya literat bagi peserta didik termasuk guru, merupakan syarat mutlak tercapainya sebuah capaian pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan. Tanpa itu, sehebat apa pun kurikulum yang digunakan dan kehebatan guru mengajar, hanya sia-sia apabila tidak ditunjang dengan budaya literat.

 

Belajar di era kini, memang berbeda dengan era sebelumnya. Itu sebabnya, apa pun kurikulum yang digunakan jika peserta didik siap, lulusannya kelak akan menyosokkan kualitas prima.  

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler