KAJIAN STRUKTURAL SASTRA BANDINGAN
CERITA RAKYAT “MALIN KUNDANG” DAN CERITA RAKYAT “BATU MENANGIS”
Hayati Nurul Khotimah
191010700077
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Pamulang
hayatinurulkhotimah@gmail.com
ABSTRAK
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di masyarakat pada masalalu, dan menjadi ciri khas setiap negara dengan budaya yang beragam,termasuk kekayaan budaya dan sejarah masing-masing negara. Beberapa cerita rakyat memiliki persamaan dan perbedaannya. Salah satu cerita rakyat yang memiliki kesamaan dari segi instrinsik adalah cerita rakyat Malin Kundang yang berasal dari Padang, Sumatera Barat dan cerita rakyat Si Batu Menangis yang berasal dari Kalimantan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan perbandingan cerita rakyat Indonesia dengan menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural menganalisis struktur cerita dan membandingkannya dengan menggunakan unsur intrinsik dan ekstrinsik pada masing-masing cerita. Hasilnya yaitu terdapat beberapa persamaan dan perbedaan cerita. contohnya tema dalam cerita menggunakan tema tentang kedurhakaan seorang anak terhadap ibunya karena merasa malu, menggunakan alur maju, beramanat tentang setiap manusia haruslah berbakti dan menyayangi orang tua. Pada cerita rakyat tersebut tersimpan pesan moral bahwa kita harus berbakti kepada orang tua,dan jangan pernah menyakiti perasaan seorang ibu,jika itu terjadi maka ibumu akan mengeluarkan doa yang berakibat buruk kepadamu serta menggunakan sudut pandang orang ketiga. Selain itu, terdapat kesamaan dari unsur ekstrinsik cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis yaitu mengenai latar belakang sosial budaya.
Kata kunci : Pendekatan Struktural, Sastra Bandingan, CeritaRakyat, Indonesia.
ABSTRACT
Folklore is a story that developed in society in the past, and is a characteristic of each country with a diverse culture, including the rich culture and history of each country. Some folk tales have similarities and differences. One of the folklore that has similarities from an intrinsic point of view is the folklore of Malin Kundang from Padang, West Sumatra and the folklore of Si Batu Crying from Kalimantan. The purpose of this study is to find a comparison of Indonesian folklore using a structural approach. The structural approach analyzes the structure of the story and compares it by using intrinsic and extrinsic elements in each story. The result is that there are some similarities and differences in the story. for example, the theme in the story uses the theme of a child's disobedience to his mother because he feels ashamed, uses a forward plot, mandates that every human being must be devoted and love his parents. In the folklore there is a moral message that we must be devoted to parents, and never hurt a mother's feelings, if that happens then your mother will issue a prayer that has a bad effect on you and use a third person point of view. In addition, there are similarities from the extrinsic elements of the folklore of Malin Kundang and Batu Crying, namely the socio-cultural background.
Keywords : Structural Approach, Comparative Literature, Folklore, Indonesia.
PENDAHULUAN
Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan nyata dapat dituangkan ke dalam sebuah karya sastra baik berupa puisi, cerpen, lagu, atau karya sastra lainnya. Menurut Luxemburg (Nurgiyantoro, 2010:12), karya sastra mencerminkan kehidupan. Pada setiap karya sastra mengandung unsur unik yang dapat membangun karya sastra dari dalam. Misalnya, cerita pendek fiksi memiliki tema, pesan, plot, karakter, latar, dan pusat cerita (perspektif). Setiap karya sastra juga mengandung unsur luar, yaitu unsur luar yang mempengaruhi isi karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik meliputi psikologi, sosiologi, filsafat, agama, sejarah, idealisme, politik, dan banyak lagi. Dalam karya sastra, disadari atau tidak, terdapat beberapa persamaan antara karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lain. Kesamaan antara kedua karya sastra ini meluas hingga perbedaan antar negara. Misalnya, cerita rakyat "Malin Kundang" dan cerita rakyat "Batu Menangis" menunjukkan persamaan dan perbedaan latar belakang budaya daerah tersebut.
Prosa rakyat dapat dibagi menjadi tiga kelompok: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale). (Novega, 2017) Mitos adalah prosa rakyat, legenda adalah prosa rakyat yang diyakini benar-benar terjadi, tetapi memiliki sifat mitos yang tidak dianggap sakral, dan dongeng diyakini benar-benar terjadi oleh pemilik cerita, prosa, dan dongeng tidak terikat waktu atau tempat (Dananjaja, 1984: 50). Seperti contohnya cerita rakyat “Malin Kundang” dan "Batu Menangis" melegenda karena berkaitan dengan lokasi dalam suatu cerita tersebut.
Cerita rakyat merupakan salah satu bukti kekayaan sastra Indonesia. Di dalamnya terkandung nilai-nilai moral yang sangat relevan dengan masyarakat pada masanya dan erat kaitannya dengan alam daerahnya. Cerita rakyat adalah sejarah masa lalu yang menjadi ciri khas semua negara dengan budaya yang berbeda-beda, termasuk kekayaan budaya dan sejarah masing-masing negara.
Menurut Wellek dan Warren (1989: 40), istilah sastra bandingan pertama dipakai untuk kajian studi sastra lisan, cerita rakyat dan migrasinya, bagaimana dan kapan cerita rakyat masuk ke dalam penulisan sastra yang lebih artistik. Istilah sastra bandingandalam hal ini, mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Sastra bandingan disamakan dengan studi sastra menyeluruh.
Teori yang digunakan dalam menganalisis perbandingan cerita rakyat Malin Kundang dan cerita rakyat Batu Menangis adalah teori struktural. Menurut Kurnia (1996:1-2) dalam kegiatan sastra bandingan terdapat beberapa pengertian, yaitu 1)sastra bandingan adalah kegiatan untuk mempelajari sastra lisan, terutama cerita rakyat dan penyebarannya serta menyelusuri waktu penulisan sastra lisan menjadi karya yang artistik, 2)sastra bandingan adalah kegiatan sastra yang menghubungkan dua kesusastraan atau lebih, dan 3)kegiatan sastra bandingan membicarakan sastra secara menyeluruh, sama dengan membicarakan sastra dunia, sastra universal, atau sastra umum.
Penelitian ini dilakukan untuk menguak sejauh mana perbedaan struktural maupun pemaknaannya. Adapun tujuan-tujuan dalam penelitian ini yaitu 1) menganalisisunsur intrinsik dengan pendekatan struktural, 2) membandingkan hasil analisis struktural untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kedua karya. Penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru bagi pembaca serta kesadaran bahwa vitalitas karya sastra dengan berbagai variasi bentuk mampu mewarnai khazanah kesusastraan serta pandai menyesuaikan dengan kondisi zaman.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka, tetapi menggunakan penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris (Semi, 1993:23). Dasar perbandingan yang dilakukan terhadap kedua cerita rakyat dilakukan berdasarkan perbedaan isi dalam ceritanya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan struktural. Pendekatan struktural digunakan peneliti untuk untuk membandingkan unsur intrinsik cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis. pendekatan struktural berkaitan dengan unsur-unsur pembangun karya sastra yang saling berkaitan. sejalan dengan pendapat Aminuddin (2000: 1) bahwa pendekatan struktural berkaitan dengan unsur intrinsik pembentuk cerita rakyat meliputi tema, latar, tokoh/penokohan, alur, dan amanat yang ada dalam sebuah cerita.
Sumber data penelitian ini adalah cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tabel pembanding struktural karya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik baca dan teknik catat. Sedangkan teknik analisis data yaitu dengan analisis data deskriptif kualitatif menurut Sugiyono (2012: 334) meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam tahap reduksi data, peneliti akan mencatat dan mengumpulkan data-data yang ditemukan. Selanjutnya pada tahap penyajian data, peneliti akan menyusun data-data yang telah dicatat untuk disajikan sesuai dengan aspek yang diteliti. Kemudian setelah data sudah tersusun, maka peneliti akan menarik sebuah kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis bandingan yang digunakan untuk membandingkan cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis dalam tulisan ini adalah menggunakan analisis perbandingan struktural. Dalam hal ini kajian perbandingan dibatasi pada tiga masalah, yaitu (1) alur, (2) tokoh dan penokohan, dan (3) latar. Kedua karya tersebut diidentifikasi titik kemiripan dan perbedaannya, kemudian ditentukan dasarnya mengapa terjadi kemiripan atau perbedaan antara cerita rakyat yang dibandingkan.
- Alur
Cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis memiliki alur atau plot yang tersusun secara konvensional. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita disusun demikian rupa hingga peristiwa mengalir menuju klimaks dan sampai di antiklimaks. Kejadian-kejadian terjadi secara periodik, yaitu disusun berurutan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Dalam kajian perbandingan ini, bandingan alur kedua cerita rakyat tersebut dianalisis dari peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang membangun alur cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis.
- Persamaan Alur
Salah satu unsur terpenting dalam suatu karya, apapun genrenya adalah alur atau plot. Dalam alur atau plot peristiwa atau kejadian dalam cerita tersusun sehingga membentuk sebuah karya. Peristiwa yang muncul pada plot adalah peristiwa yang disebabkan oleh lakuan tokoh-tokohnya. Plot merupakan pola keterhubungan antarperistiwa didasarkan pada efek kausalitas. Cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis sama-sama cerita yang menggunakan alut maju (progressive plot) dengan tahaptahap 1) pengenalan, 2) kompilkasi, 3) konflik, 4) klimaks, dan 5) penyelesaian. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 1
Persamaan Alur
NO |
TAHAPAN ALUR |
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG |
CERITA RAKYAT BATU MENANGIS |
1 |
Pengenalan |
Zaman dahulu kala ada sebuah cerita di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di Padang, Sumatera Barat. Ada seseorang bernama Mande Rubayah yang hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. |
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang ibu dengan anak perempuannya yang bernama Darmi. Ayah Darmi sudah meninggal saat dia masih kecil, dahulu mereka hidup berkecukupan. Namun setelah ayahnya meninggal, Ibu Darmi harus bekerja keras di ladang demi hidup mereka. |
2 |
Komplikasi |
Saat Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. |
Karena setiap hari bekerja di ladang, kulit ibu Darmi jadi kian gelap. Berat tubuhnya juga menyusut, semua dilakukannya demi Darmi putri satu-satunya. |
Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus, |
Saat lelah dia beristirahat sambil meminum air kendi yang di bawanya. Dia pun berdoa dalam hati,"Ya Tuhan tolong kami, ubahlah anakku dan lepaskan dia dari sifat malasnya." |
||
Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, dan kini jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dahulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. |
Akhirnya Darmi dengan terpaksa ikut perginya ke pasar dengan menggunakan payung, tapi dia berbisik kepada ibunya,"Bu nanti kita jalannya jangan berdampingan, ibu dibelakang ku saja." |
||
3 |
Konflik |
Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. |
Darmi yang tak ingin temannya tahu jika dia mempunyai ibu yang kotor dan jelek segera menjawab,"Oh...ini pembantuku, tentu saja bukan ibuku. Ih amit amit deh." Betapa sedihnya sang Ibu mendengarnya, namun hanya ditahan dalam hati. |
Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Ia tak percaya bahwa perempuan itu adalah ibunya. |
Sungguh hati Ibu Darmi semakin sedih melihat anaknya yang begitu tega, mengakui dirinya sebagai pembantu. Namun sekuat tenaga dia berusaha menahannya. |
||
4 |
Klimaks |
“Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis. |
Ibu Darmi tak kuasa menahan air matanya, dia sudah tidak tahan lagi dengan apa yang dikatakan anaknya itu. Maka dia pun berdoa dalam hati,"Ya Tuhan, hamba sudah tidak kuat lagi dengan sikap anak hamba. Tolong hukumlah dia agar menjadi jera." |
Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di pinggir pantai terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. |
Setelah selesai berdoa, tiba-tiba Darmi menjerit."Aaaahhhhh....ibu kenapa aku? Ada apa dengan kakiku? Kenapa tidak bisa digerakkan lagi,"ucap Darmi. Sedikit demi sedikit Darmi pun menjadi batu, ibunya menangis pilu."Maafkan aku nak, ini semua karena perlakuan mu terhadap ibu,"ucap ibu sambil menangis. |
||
5 |
Penyelesaian |
Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang. |
"Ampun bu...ampun...ampun bu...Darmi tidak akan mengulanginya lagi,"ucap Darmi.Darmi pun menangis dan merintih kesakitan sambil meminta ampunan kepada ibunya. Sayang, semua tak bisa kembali. Darmi pun tetap menjadi batu |
- Perbedaan Alur
Perbedaan alur cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis terletak pada tahap pengenalan dimana pada cerita Batu Menangis disampaikan sejak awal cerita Darmi hanya hidup bersama ibunya karena ayahnya telah meninggal, Sama dengan cerita Batu Menangis pada cerita Malin Kundang, Malin hanya hidup bersama ibunya namun ayahnya masih hidup hanya saja ayahnya pergi bekerja di negeri sebrang. Perbedaan alur cerita juga terjadi pada tahap penyelesaian dimana pada cerita Malin Kundang saat sang anak dikutuk menjadi batu tidak memohon ampun kepada sang ibu tubuh Malin Kundang juga tidak dapat berbicara, sedangkan pada cerita Batu Menangis saat dikutuk menjadi batu sang anak terus memohon agar dimaafkan oleh ibunya bahkan saat ia telah menjadi batu. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Perbedaan Alur
NO |
TAHAPAN ALUR |
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG |
CERITA RAKYAT BATU MENANGIS |
1 |
Pengenalan |
Malin hanya bersama ibunya saja karena ayahnya pergi bekerja di negeri sebrang |
sejak awal cerita Darmi hanya hidup bersama ibunya karena ayahnya telah meninggal |
2 |
Penyelesaian |
Dalam kisah Malin Kundang digambarkan bahwa sang anak tidak memohon ampun kepada sang ibu saat ibunya murka dan mengutuknya, batu tubuh malin kundang juga tidak dapat berbicara |
Dalam kisah Batu Menangis saat sang anak dikutuk menjadi batu ia terus memohon agar dimaafkan oleh ibunya bahkan saat ia telah menjadi batu |
- Tokoh dan Penokohan
- Perbedaan Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis adalah tokoh laki-laki muda dan tokoh perempuan muda. Satu-satunya yang menjadi perbedaan tokoh adalah pada pemberian nama. Nama tokoh biasanya menunjukan asal seseorang dan dapat disimpulkan jenis kelaminnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Perbedaan Tokoh
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG |
CERITA RAKYAT BATU MENANGIS |
||||
NAMA |
PERAN |
SIFAT |
NAMA |
PERAN |
SIFAT |
Malin Kundang |
seorang anak laki-laki |
awalnya memiliki kepribadian baik dan berbakti kepada orang tuanya sebelum ia merantau dan menjadi sombong |
Darmi |
seorang anak perempuan |
dari awal cerita hingga akhir digambarkan sebagai anak yang sombonb, angkuh, dan jahat kepada sang ibu |
- Persamaan Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis ini sama sama durhaka terhadap ibunya. Tokoh Malin Kundang dan Darmi dalam cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis sama-sama tidak memiliki saudara. Persamaan kedua tokoh yang terdapat dlam cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4
Persamaan Tokoh dan Penokohan
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG |
CERITA RAKYAT BATU MENANGIS |
||||
NAMA |
PERAN |
SIFAT |
NAMA |
PERAN |
SIFAT |
Malin Kundang |
seorang anak |
Durhaka Terhadap Ibu, Berkata kasar dan Melawan |
Darmi |
seorang anak |
Durhaka Terhadap Ibu, Berkata kasar dan Malas |
Mande Rubayah |
Ibu Malin Kundang |
Baik, Sabar |
No Name (Unknow) |
Ibu Darmi |
Baik, Sabar |
- Latar
- Perbedaan Latar
Latar terjadinya peristiwa dalam cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis berbeda. Perbedaan latar tersebut terlihat pada peristiwa-peristiwa yang muncul dalam cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis berikut ini.
Tabel 5
Perbedaan Latar
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG |
CERITA RAKYAT BATU MENANGIS |
Tempat : Di pesisir Pantai Sumatera, di kapalkapal, di pantai, di sebuah desa, di geladak kapal. |
Latar dalam cerita batu menangis adalah di pasar, pada siang hari, dengan suasana yang menyedihkan. |
- Persamaan Latar
Persamaan latar pada cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis hanya terletak pada latar tempat yaitu di sebuah pedesaan yang jauh dari kota.
KESIMPULAN
Hasil penelitian yang ditemukan membuktikan terdapat persamaan atara cerita rakyat Malin Kundang dan Batu Menangis. Persaman tersebut terletak pada motif. Kedua cerita tersebut berceritakan tentang seorang anak yang durhaka terhadap ibunya karena merasa malu. Selain motif, persamaan dan perbedaan kedua cerita terletak pada unsur instrinsik cerita yaitu alur, tokoh dan penokohan, serta latar.
Ikuti tulisan menarik Hayati Nurul Khotimah lainnya di sini.