bebatang pohon iman, melambai diterpa angin-angin sakal terus menjauh. sebuah tingkap diliputi salju, jutaan kilometer dari kesendirianku.
kulukis potretmu yang terserak di akun IG, milik mereka yang tak kukenal, namun sangat mengenal sajak-sajakmu; senja di pelabuhan kecil, derai-derai cemara, juga aku.
pada sebatang rokok yang disulut di sudut bibirmu, kugambar hidup yang sia-sia jadi abu, bagai usia yang terus aus, sementara dunia terus berputar, waktu bertukar, ada saja yang bertengkar dalam kalendar.
mereka yang merekayasa genetika nenek moyang kita, menyeret perempuan-perempuan masalalu kita, dengan ajak, dengan sajak, bahkan bajak, sama sekali tidak bijak. meski, lidah kita tidak sepasih Haji Agussalim, Hatta, atau siapa pun yang menguasai banyak bahasa, bagi semesta dalam semesti.
entah, bagaimana Banda Neira yang kusua di suatu channel, membawa pada aroma tubuhmu yang jalanan, yang berontak, menjadi si kalah di bawah pohon cemara, yang terus luput setelah sehidup dengan derai-derai. dalam gema, dalam dada, dalam nada-nada yang ternoda di mata manusia, kita telah menating budi, menating puisi, kepada kitab pejinak binatang jalang, seperti penjinak bom dalam kekalutan Sutan Takdir Alisjahbana.
Kubang Raya, 3 Agustus 2022
Muhammad Asqalani eNeSTe. Kelahiran Paringgonan, 25 Mei 1988. Menulis sejak 2006. Adalah Pemenang II Duta Baca Riau 2018. Mengajar English Acquition di TK Islam Annur Bastari dan English Daily Conversation di Smart Fast Education. Ia belajar Bahasa Spanyol secara otodidak. Menjadi Mentor Menulis Puisi di Asqa Imagination School (AIS). Aktif di Community Pena Terbang (COMPETER). IG: @muhammadasqalanie. Youtube: Dunia Asqa
Ikuti tulisan menarik Muhammad Asqalani eNeSTe lainnya di sini.